Kentang bulat di atas piring perak menyedot perhatian Emely. Bagaimana mungkin makanan sekecil itu mengenyangkan perutnya setengah hari? Dia menarik napas panjang, menyilangkan tanganya di dada lalu menengadah ke langit-langit rumah yang seolah bisa runtuh kapan saja.
Kali ini dia mengenakan piama usang entah milik siapa, benda itu ada di dalam kamar ini dalam kamar yang baru saja dia tepati, bersebelahan dengan kamar yang ditepati oleh Nari dan juga Ibunya. Kamar ini lebih bersih dengan cat putih membalur seluruh ruangan tanpa ornamen, hanya sebuah cermin kecil di sisi tempat tidur. Tempat tidur kayu coklat, kasur berisi bulu angsa, dan seprei putih juga selimut lagi-lagi warnanya putih. Kendati isi ruangan ini kusam, semua dalam keadaan bersih dan tidak ada yang sekusam air muka Emely yang sedang tersiksa.
Emely memejamkan mata, meraih kentang rebus di piring aluminium, sekali lagi dia meneliti kulit coklat kentang itu. Calum adalah sosok paling kejam di dunia, dia mengalahkan kekejaman seorang Ibu tiri, entah dari Cinderella ataupun Snow White. Bagaimana tidak, dia menyodorkan menu makanan paling sadis dari semua menu diet, dan Emely tahu dengan jelas, dari nilai gizi maupun sisi kesehatan, apa yang dia konsumsi bukanlah menu diet sehat. Barang kali, dia sedang membunuhnya secara halus.
Sulit ditebak apa yang dipikirkan oleh Calum, sedetik dia bisa menjadi malaikat berwajah manis lalu detik berikutnya dia adalah malaikat pencabut nyawa. Dia menyodorkan laptop pada Emely, memintanya untuk mencari semua data tentang Jesica, Mei dan sisa komplotan yang hendak membunuhnya beberapa bulan yang lalu.
Emely mengajukan permainan menggunakan dunia lain, lebih mudah menakuti orang ketimbang rencana balas dendam yang ada di kepala Jason ataupun Calum. Dia tidak keberatan didandani menjadi hantu. Mentah-mentah mereka menolak usul itu, dan satu cap baru mereka tempelkan di kepalanya, "Gadis bodoh."
Jadwal kegiatan Emely pun berubah, dia harus bangun pagi sekali, merenggangkan otot, lalu berlari mengelilingi kastil sebanyak 10 putaran, menu makanannya setiap pagi adalah 3 buah apel kecil. Makan siang semangkuk salad sayuran dan makan malam sebuah kentang rebus. Jelas saja menunya terbalik. Dia butuh kentang sebagai sumber karbohidrat di pagi hari, bukannya malam hari.
"Mellanie Hanz." Jason menunjukkan deretan foto Mei di sebuah papan setelah makan malam.
Emely berusaha melebarkan matanya, menyembunyikan kantuk. Pipinya memerah karena sebelum masuk ke ruangan mungil penuh berkas ini dia menampar dirinya berulang kali, agar Jason tidak menunjukkan wajah kesal. Dari ekspresi paling sering dia tampilkan adalah wajah datarnya. Namun, rupa kesal terpaling menakutkan, mirip kanibal merebus sup tubuh manusia.
"Usianya 42 tahun," Emely mengingat-ingat apa yang dia tahu tentang wanita bertubuh gempal dan ukiran alis melebihi jidat dengan ketebalan setara dua pensil alis habis sekali pakai. "Dia memiliki restoran di pusat kota, cukup ramai."
"Pernah masuk ke dapurnya?" Jason menarik kursi kosong di depan Emely.
Emely menganggukkan kepala, dia tidak ingin ditanya lebih lanjut tentang Mei. Wanita itu sangat baik pada dulu, bahkan baru saja dia mengenal Marvin, dia sudah mendapatkan makanan Italia gratis.
Awalnya, dia memperlakukan Emely selayaknya anaknya sendiri, mana dia tahu ujung-ujungnya dia menjadi orang pertama yang menjambak rambut lalu menggores sayatan pada kulit wajah dengan sadis, tak lupa tertawa jahat ibaratkan para penjahat kelas kakap berhasil.
"Jika kau pernah masuk ke dapurnya, kau harusnya tahu apa kelemahan mereka di dalam sana."
Emely menggeleng lugu.
"Dengar Emely, kita akan menggunakan tak-tik halus, menghancurkan mereka melalui cara lembut."
"Aku akan mencari tahu." Emely mengepalkan jari tanganya di atas meja. "Aku tahu distributor mereka, aku bisa menyusup di sana lalu."
"Lalu mengalihkan stok ayam ke sini hahahahaha." Calum menyembul dari tumpukkan kertas, sedari tadi dia bersemayam dalam tumpukkan kertas, sembari bersua foto. Bahkan kedua orang di sisinya tidak menyadari ada makhluk bernapas di dalam sana.
"Cari tahu kelemahan mereka, setiap restoran memiliki satu andalan juru masak atau resep rahasia, tapi..."
"Tapi," potong Emely "itu restoran Italia, bahan utama makanan mereka sengaja mereka datangkan dari sana, jika stok utama kita hancurkan itu artinya..."
"Mereka akan bersusah payah mencari stok lain," Calum menambahkan. "Dalam masa krisis, mereka akan mencari distributor lain. Dan lagi pun, butuh watu cukup lama untuk mengirimkan bahan makanan mereka, aku tahu masakan mereka, semua menggunakan produk impor agar cita rasanya tidak berubah. Sama sekali tidak kreatif."
Emely menganggukkan kepala, ini rencana konyol tapi, patut untuk di coba. Calum pergi lebih dahulu. Perut Emely kembali meronta, kentang tadi sama sekali tidak membuatnya kenyang. Dia menggigit bibir dan pamit pada Jason.
"Emely, sebentar."
"Ya."
"Mau menemani aku keluar?"
"Tentu." Emely bersemangat, hal yang dia inginkan adalah jauh-jauh darinya tapi, dia suntuk juga di tempat ini.
Jason mengajaknya ke luar dari area kastil, dia hanya membuntuti dari belakang. Mereka tiba di sebuah kedai kecil di pinggir jalan. Jason mengajaknya masuk. Dia hanya memesan 1 piring steak sapi. Emely menahan napas, dia hanya datang sebagai penonton. Godaan hidupnya terlalu berat.
Pesanan tiba, aromanya meruyak dan membuat perutnya makin keras menggunakan suara teriakan.
Jason mendorong piring itu ke depan Emely "Aku tidak akan membiarkanmu mati dengan resep diet konyol dari Calum."
03 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑹𝑬𝑩𝑶𝑹𝑵
RandomSeharusnya gaun putih, sebuah pernikahan impian bersama sang pujaan. Malang, takdir mengubah haluan. Gaun merah dari tetes darah, kepedihan dari penghianatan. Dunia si manis Emely berubah, sanggupkah dia bangkit kembali dan menghadapi kejamnya kenya...