Jantung Emely berdegup kencang, dia berdiri di depan cermin dengan tubuh bergetar. Berulang kali dia menarik napas panjang kemudian menegak air dalam gelas. Nyatanya usahanya sia-sia belaka. Dia sama sekali tidak bisa menangani ketegangan dan ketakutannya menghadapi malam ini. Calum mengajaknya menghadiri pesat dansa bersamanya. Untuk pertama kalinya dia menghadiri pesta bukan sebagai Emely yang dulu. Gadis berantakan tak karuan. Kini dia berdiri dengan gaun merah mengembang.
Ia memoles lipstik merah maroon sebagai hal terakhir dari dandanannya. Ia masih menggunakan softhells. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian malam ini jika harus terjatuh.
"Atagaaa!" suara Nari terdengar memenuhi ruangan, dia muncul mendadak dari pintu kamar. "Apakah aku benar-benar sedang melihat Putri Disney di sini?"
"Dimanah?" Emely melenggok ke kiri dan ke kanan tanpa menemukan orang lain di dalam sana.
Nari ikut menyeritkan dahi tidak mengerti.
"Kamu ..." Emely tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. Apa mungkin dia seorang indigo?
"Sister, hurry up!" Calum berteriak kencang.
"I am coming! You such a Devil!"
"Kamu dasar siput daun gemuk berlemak!"
Emely rasanya ingin melemparkan maskara ke wajah Calum. Dia mengajaknya dengan paksa.
Gadis itu melangkah menyeret gaunnya. Ocehan kesal tidak juga luntur dari mulut Emely sampai dia memasuki mobil. Ia sama sekali tidak sudi untuk duduk di samping Calum. Tangannya membuka pintu belakang mobil.
"WAAAAA!" pekikkan terlontar dari mulutnya. Bagaimana tidak, Jason duduk di dalam sana, sembari memainkan ponselnya.
"Bisa diam?" Jason bertanya dengan nada juteknya.
Emely menutup mulut dengan tangan, bahkan hingga mereka tiba. Dalam perjalanan, ia terus menatap lurus ke depan. Harusnya dia berada di samping Calum bukan di sisi beruang kutub ini.
Tempat yang mereka datangi adalah sebuah aula dansa besar. Emely jadi salah tingkah. Calum berjalan di depannya. Dengan cepat dia menyamai langkahnya dengan Calum lalu menarik tangan pria itu.
"Kenapa menggandeng tanganku? Aku bukan pacarmu!" Calum berbisik tajam.
"Lantas kenapa mengajakku!"
"Aku bercanda. Aku ke toilet sebentar. Aku merasa rambutku sedikit berantakan."
"Rambutmu baik-baik saja!" Emely berusaha menahan tangan Calum. Tapi pria itu bersikeras untuk pergi.
Emely memutar tubuhnya, dia sama sekali tidak menemukan Jason di belakangan. Fobia pada keramaian di tempat baru menyerang, menggetarkan sendi Emely. Tubuhnya melemah. Dia sama sekali tidak mengenali satu wajah pun di sini. Akhirnya dengan langkah teratur dia memojokkan diri ke sudut ruangan. Ke tempat makanan, dia dapat berpura-pura sibuk dengan cake atau apa pun yang dia temukan di belakang sana.
Hanya ada satu piring cake yang tersisa, tangan Emely bergerak dengan cepat meraihnya. Tangan lain terulur dan mengambil piring itu. Ia mengangkat kepalanya melihat sisa gerangan di sana. ia sudah cukup kesal untuk bertambah kesal pada hari ini.
Beruntung Marvin tidak mengenali dia.
"Untukmu saja!" Marvin mengembalikan piring itu.
Emely terdiam sesaat, dia menatap jas putih yang dikenakan Marvin. Jas itu adalah yang dia kenakan ketika dia mengutarakan niatannya untuk menikahi Emely. Satu bagian dari jas itu mudah di kenali. Sulaman benang emas di sisi kerah bagian kanan, "M&E"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑹𝑬𝑩𝑶𝑹𝑵
AcakSeharusnya gaun putih, sebuah pernikahan impian bersama sang pujaan. Malang, takdir mengubah haluan. Gaun merah dari tetes darah, kepedihan dari penghianatan. Dunia si manis Emely berubah, sanggupkah dia bangkit kembali dan menghadapi kejamnya kenya...