𝕹𝖊𝖛𝖊𝖗 𝕳𝖚𝖗𝖙 𝕿𝖍𝖊𝖒

4.5K 355 1
                                    

“Calum, Please! I begging you!” Emely memasang pupy eyes, berharap pria yang sedang membersihkan papan selancarnya mau mendengarkan permintaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Calum, Please! I begging you!” Emely memasang pupy eyes, berharap pria yang sedang membersihkan papan selancarnya mau mendengarkan permintaannya.

“Apa?” Calum pura-pura meneliti papan biru dengan gambar hiu. Padahal label barang itu masih tertempel di sana.

“Beri aku pinjaman, nanti setelah menerima gaji masa percobaan aku ganti sepenuhnya.”

“Minta pada Jason!” Suara Calum santai.

“Tapi, tapi, tapi ...." Emely sama sekali tidak ingin mengingat kejadian semalam.  Tidak mau, kejadian itu terlalu mengganggu. Semakin dia berusaha melupakannya semakin sering kejadian itu mengambang di permukaan pikiran.

                            ***

Cairan merah pada bibir pria di hadapannya membuat tubuh gadis berpiama ungu itu kaku. Aroma amis ikut membuat isi perut bergejolak . Susah payah dia menggerakkan kaki agar berpindah kembali ke kamar. Lantai batu seakan memiliki perekat, sulit sekali dia mengayun kaki.

“Emely,” suara Jason membuat dadanya makin bergemuruh.

“Apa yang kau lakukan malam-malam begini?”

Emely hanya menggerakkan bola matanya, mencari cela agar dia bisa lari. Dia kehilangan kata-kata. Insting menderu menandakan tanda bahaya di depan mata. Pria itu adalah makhluk imortal, alasan dia memakai kaca mata, mengapa dia tidak pernah keluar ketika mata hari bersinar. Jawaban dari semua adalah dia bukan manusia.

“Aku antarkan kau ke kamar sekarang!” Jason menarik tangan Emely tanpa bertanya terlebih dahulu.

Emely berhasil mengendalikan dirinya, menepis tangan pria itu dengan kasar. “Aku bisa sendiri!”

“Kau berbohong!”

“Bisakah kau berhenti masuk ke dalam pikiranku dan membaca isinya?”

“Aku  tidak pernah masuk ke dalam pikiranmu, gadis bodoh. Dua bola matamu sama sekali tidak bisa berbohong. Tentang apa yang ada di dalam hatimu, matamu menelanjangi isinya.”

Dia kembali mengenakan kaca mata hitam. Vampir bisa memiliki kemampuan untuk menghipnotis, dia menutupi matanya agar efeknya tidak mengenai orang banyak, termasuk dirinya. Artinya apa yang dia alami murni karena tubuh dan pikirannya bukan pengaruh dari pria itu.

‘Masuk kamar!” perintah Jason lagi, “Kau harus tidur sekarang, agar besok bangun tepat waktu untuk penyamaranmu.”

“Tapi ...”

“Mulai besok, kau mendapatkan pelajaran tambahan selain bahasa Perancis, etika.”

Wajah Emely berubah lagi, tadi dia ketakutan sekarang berubah masam. Untuk apa dia belajar bahasa Perancis, bahasa itu membuat lidahnya keluh. 
***

Kejadian semalam membuatnya bangun pagi dan mendatangi kamar Calum, pria itu sedang mempersiapkan acara liburannya. Emely meminta pinjaman uang menyewa apartemen di pinggir kota. Arah berlawanan dengan rumah keluarganya. Sebuah apartemen murah ada di sana, dia melihatnya di internet semalam.

“Jason tidak akan mengizinkan. Don’t be silly! Pikirkan jika kau di sini, kau bisa menggunakan uangmu untuk membeli pakaian baru dan simpanan jika semua rencana kalian berdua berhasil.”

“Tapi Calum, dengarkan dulu. Jika aku terus di sini, apa yang di katakan orang-orang tentang aku? Aku tinggal di kastil berhantu?”

“Kau sudah tahu rumor itu?”

“Sudah."

“Siapa yang mengatakan padamu? Akan aku cari tahu orangnya. Lumayan untuk makan malam.”

Wajah Emely memucat, jadi selama ini Calum juga. Tenggorokan Emely mengering, kenyataan makin pahit untuk diterima. Apakah dia hidup kembali karena tradisi keluarga Vampir. Mungkin benar sesungguhnya dia tak bisa bertahan hidup kalau bukan di dalam tubuhnya sudah bercampur dengan darah mereka.

“Aku bercanda,” sela Calum sembari tertawa jahat setengah kejam, sisanya lagi dia mendadak kehilangan suara.

“First thing you have to do is...” tambahnya setelah menarik napas. “Minta izin pada Jason. Jika kau memutuskan untuk pindah, kemungkinan besar dia mengira kau akan kabur dari utangmu. Jangan lakukan itu. harga nyawamu sama sekali tidak berarti dengan sebanyak apa pun jumlah uang yang kau miliki.”

                                ***

“Tunangannya teman SMA-ku,” Edith menjawab pertanyaan Emely tanpa mengalihkan matanya dari layar komputer. Dia tidak sedang mengerjakan laporan. Di layar komputer di suguhkan berita terbaru aris Hollywood.

“Apa yang terjadi pada mereka?” Pancing Emely lagi.

“Tunangannya meninggal dalam sebuah penculikan.”

“Kau tahu kronologinya?”

“Oh, sudah pasti. Tapi aku memiliki permintaan sebagai gantinya.”

“Apa itu?”

“Aku mendapatkan tantangan untuk masuk ke kastil pinggir kota. Aku mengajak beberapa orang dan mereka menolak dengan senyuman ketakutan.”

Emely berpikir sejenak, bagaimana harusnya dia menjawab.
“Baik lah,” setengah memaksa kata itu keluar.

“Kenapa kau peduli pada Bos? Ya, dia memang tampan, tapi dia sudah menikah dengan wanita berparas rupawan dan bertingkah ala putri negeri dongeng itu.”

“Aku hanya bertanya, masih banyak yang lebih tampan.”

“Jadi, sehari sebelum pernikahan, Jesika adik dari Bos mengajak calon kakak iparnya di salon, dan di perjalanan, mobil mereka di tahan. Kemudian dibawa ke gudang pinggir kota. Jesica bisa meloloskan diri, tapi Emely ... oh! Temanku yang malang. Aku tidak sanggup mengingatnya lagi, aku bisa menangis.”

“Pernikahan mereka dibatalkan?”

“Tidak, pernikahan tetap berlangsung. Mengganti calon. Kau tahu aku curiga ada yang tidak beres di sana, dan aku benci Pinkan sahabat dekat Emely. Kupikir tidak ada guratan kesedihan sama sekali.” Edith menatap Emely, wajahnya berubah serius. Memelankan suaranya. “Aku dengar Jesica tidak menyetujui hubungan Marvin dan Emely ditambah sekarang, keluarga gadis itu mendapatkan masalah terus menerus semenjak anak sulung mereka pergi. Aku curiga semua itu berhubungan dengan Bos.”

Tangan Emely terkepal. “kalian boleh menghancurkan hidupku tapi jangan keluargaku!”

03 Oktober 2019

  𝑹𝑬𝑩𝑶𝑹𝑵 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang