kabut menyelimat di sela-sela pohon-pohon raksasa yang tumbuh dengan rapat, mereka tak lagi berdaun, setiap lembaranya telah menguning bertumpuk di atas tanah dan menutupi jalanan. Langit tidak menumpahkan tangisnya, atau bahkan digantungi warna kelabu, namun jalanan menuju ke kota sebelah basah total. Kilatan cahaya memantul dari jalanan, beberapa paku tergeletak menonjolkan buntut tajam yang membuatnya berguna.
Sebuah mobil jeep bercat merah tua lewat, terdengar dengan jelas suara musik berdentum kencang, siapa pun yang berada di dalamnya memiliki indra pendengaran luar biasa, kuat dengan guncangan setiap detiknya. Mobil itu mendadak berhenti. Semua ban mendadak meletus. Mobil sempat hilang kendali selama beberapa menit sebelum berheti.
"Damage!" suara seruan telontar keras, sosok jakung turun dari mobil lalu membating pintu mobil.
"Kenapa?" sosok lain muncul, dia menggenakan baju kaus ketat tanpa lengan berwarna kuning, rambut sepanjang hingga bahu, dicat dua warna, biru tua di bagian atas dan kelabu separuhnya.
"Bannya mobilnya bocor!"
"Kan bisa di ganti!" desis wanita itu, kesabaran tidak terpancar dari wajah cembrut itu.
"Aku benci ini! kencan kita jadi tertunda Joana"
"Heh! I'm waiting for this so long!" gerutunya.
"Im sorry sweety. This is a good place for you and me," rayu Prima.
Kata-kata itu sama sekali tidak melunturkan awan mendung di wajah gadis itu.
"KYAAAA!" Joana tiba-tiba menjerit panjang. Ratusan serangga merayap ke arah mereka, beberapa ekor tikus tanah berwarna kelabu juga berlarian. Belum sampai di situ, suara koakan gagak memecah kesunyian, puluhan gagak bertebrangan memecah angkasa. Mereka menukik dan mulai terbang dengan kecepatan tinggi siap untuk menyerang, menyambar mangsa yang ada di depan mata.
Kedua orang itu masuk ke dalam mobil, terkurung di sana kurang lebih 30 menit.
Hantaman keras menghantam kaca depan mobil, cairan merah meleleh. Kedua pasangan itu kembali keluar dari mobil. Bau amis memenuhi udara, wajah mereka kelihatan memucat dan juga jijik.
"Ini darah." Prima mencolek cairan itu dengan jarinya.
"Tell me what happen? Kamu ingin mengerjai aku?" Joana makin berantakan. Dia barang kali mengis di dalam mobil tadi.
"Aku benar-benar tidak tahu Joana. Sungguh!"
"Kamu bohong, mana yang kamu bilang sehari ini denganku? Kamu pikir aku tidak cemburu melihatmu selalu dengan Sasa? Makin lama aku makin benci ini!"
"Dengar Joana!" Prima memegang kedua bahu kekasih gelapnya itu. "Aku hanya butuh uang Sasa, aku tidak membutuhkan dia. Apa lagi sekarang dia seperti gadis gila, berbicara tentang hantu ... untuk apa aku berpacaran dengan gadis gila."
Joana tidak memberikan respon wajahnya berubah makin pucat, dia tidak bisa berbicara sama sekali. Tanganya terangkat menunujuk ke arah belakang Prima. Prima berbalik perlahan. Suara besi terseret membuat tubuhnya bergidik.
Emly muncul dengan pakaian baru, gaun putih dengan kerah berkerut menutupi lehernya, khas kerajaan zaman dulu.
"Em... Emm... Emly! Ini tidak mungkin!" Prima menunjuk ke arah Emly. Tubuhnya berubah tegang.
"Killer!" Emely mendesis. Tubuhya bergerak mendekat, dia sama sekali tidak menggerakan kaki untuk berjalan, yang terlihat adalah tubuhnya melayang.
Joana sudah terlebih dahulu jatuh lemas ke jalan beraspal hitam.
"Kamu seharusnya sudah mati! Aku pastikan itu!"
"Ya, aku bukan manusia. Dan aku haus akan darahmu!" Emely mengangkat kapak di tangan kanannya. Noda merah melumuri baju putihnya perlahan. Cairan kental itu merembes dari dari tangan kirinya perlahan, tempat yang Prima lukai dulu. Darah itu makin deras memuncrat, membasahi baju putih polos Emely.
"Setelah kamu melakukan ini! Apa kamu pikir berhak mendapatkan pengampunan?"
"Kamu seharusnya sudah mati!" Tubuh Prima berguncang, air mukanya tidak karuan, takut, marah dan benci menjadi satu. Dia bergerak dengan cepat sembari mengepalkan tangan. Namun dia hanya meninju angin, tubuh Emely tertarik kebelakang dengan tiba-tiba.
Emely tertawa kejam. Prima diam tidak berkutik.
"Say good bye to your life. Psikopat!" Tubuh Emely bergerak dengan cepat. Namun sebelum itu, Prima terlebih dahulu jatuh kehilangan kesadaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑹𝑬𝑩𝑶𝑹𝑵
RandomSeharusnya gaun putih, sebuah pernikahan impian bersama sang pujaan. Malang, takdir mengubah haluan. Gaun merah dari tetes darah, kepedihan dari penghianatan. Dunia si manis Emely berubah, sanggupkah dia bangkit kembali dan menghadapi kejamnya kenya...