"Maskara."
"Maskara," Emely mengikuti ucapan pria setengah wanita di hadapannya penuh konsentrasi.
Sosok berbaju kemeja merah ketat menampilkan belahan dada yang membuat wanita manapun iri, duduk menyilang kaki dengan rok levis mini menampilkan kakinya yang putih dan mulus tanpa noda. Matanya terbelalak ketika Emely menampakan muka di depan pintu salon. Dia mengacuhkan Emely, Calum lebih sukses menarik perhatiannya. Tak terhitung kedipan mata yang dilontarkan pada pria jakung itu. Emely bersusah payah menahan tawa melihat wajah Calum, ia nampak menahan napas agar tidak melayangkan tinjunya ke arah manekin di sudut salon tempatnya duduk.
"Konsiler." Dia mengangkat benda lain.
"Konsiler," gumam Emely lugu.
"Paham? Atau kau tidak mengerti sama sekali dengan cara bicaraku?"
"Tentu saja, penjelasan Anda sangat mudah dipahami, apakah Anda memiliki chanel yootube?" Emely berkata dengan mata berbinar, ia memberikan pujian yang tulus.
"Tidak, aku terlalu sibuk di sini, tapi sungguh?"
"Tentu saja, cukup membuat rekaman selama proses make up saya yakin akan banyak ditonton."
"Ah, ia aku tidak pernah memikirkan itu sebelumnya. Aku bisa terkenal seperti Jessica."
"Jessica? Oh ia, dia bren ambasador salon Anda?"
"Pst, berhenti memanggilku Anda, panggil saja aku Vidia. Aku tidak menyadari kamu lebih pandai dari tampang bodohmu itu."
Emely berdecak kesal sembari menatap rambut pirang Vidia dengan poni ikal rata dengan alis.
"Jangan pernah menilai orang dari tampangnya, dan jangan kawatir! Kamu bukan orang pertama yang menganggapku demikian." Emely mengerlingkan matanya ke arah Calum yang duduk sembari memainkan hp.
"Calum itu pacarmu?" Vidia memelankan suaranya.
"Bukan!"
"Kamu tahu, kamu itu bisa menjadi cantik sama seperti gadis lain. Percaya padaku kalian adalah pasangan paling sempurna yang membuatku percaya jika Handsome and the beast ada di dunia nyata."
Emely mengigit bibir menahan diri tidak melelehkan tempat ini dengan tembakan lahar panas.
"Aku bercanda." Vidia memasang cengiran. Dia tampak manis. "Percaya padaku, aku akan membantumu mendapatkan dia."
"Vidia dia bukan kekasihku. Kami lebih dekat sebagai saudara."
"Aku meragukan itu." wajah Vidia berubah serius.
"Percaya padaku."
"Vidia," suara lain bernada riang juga tidak asing di telinga Emely terdengar.
"Ya, Sister." Vidia berdiri, sebelum itu dia meberikan bisikan. "Tunggu sebentar aku akan kembali kemari. Pelanggan paling manja datang ... aku benci meladeni dia!"
Vidia bergegas, ekor mata Emely mengikuti. Jantungnya seketika berdebar kencang. Untung saja dia masih berdandan sebagai sosok Emma. Marvin datang bersama dengan wanita yang dia temui dulu. Dengan cepat Emely meraih majalah di sisinya membuka dengan cepat menutupi muka. ekor matanya mencari Calum, pria itu sudah berada diluar, sepertinya dia sedang berbicara dengan seseorang melalui telfon.
"Tapi aku ingin kamu yang mendandani Vidia," terdengar suara manja itu bergema.
"Maaf, tapi kamu lihat gadis di sana. dia juga klien penting. Sebentar lagi dia akan menjadi tamu undangan di sebuah kastil."
"Vidia, aku akan mecari salon lain!"
"Tiffany, apa bedanya aku dan tangan karyawanku."
Emely berdir dengan cepat. "Vidia, jangan pedulikan aku. Aku akan kembali lain hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑹𝑬𝑩𝑶𝑹𝑵
AléatoireSeharusnya gaun putih, sebuah pernikahan impian bersama sang pujaan. Malang, takdir mengubah haluan. Gaun merah dari tetes darah, kepedihan dari penghianatan. Dunia si manis Emely berubah, sanggupkah dia bangkit kembali dan menghadapi kejamnya kenya...