2

124 11 0
                                    

Pagi

Ah malas rasanya meninggalkan kasurku, walau kasurku jelek ia tetap menemani akitivitas favorite ku yaitu mendengarkan musik.

"Minghao-yaa hati hati" bunda melambaikan tangan ke arahku, "iya bunda" aku tersenyum dan berlari ke halte sambil memasang earphoneku aku melihat jalanan yang padat.

Ah Beijing... Semoga aku cepat cepat pindah ke Korea, aku melihat sekolahku dan tepat dengan berhentinya bus itu. Aku turun dengan malas, malas sekolah sungguh.

Aku masuk ke kelas dan menunggu guru, lalu Cheng Xiao datang aku melihatnya mulutnya seperti berbicara kepadaku hanya saja aku memakai earphone, ku buka earphone ku "apa?" tanyaku. "Temani aku seharian penuh ya Minghao" kata Cheng sambil tersenyum, "kalau bisa" jawabku sambil memasang earphone ku.

Ah mengapa disini sangat susah untuk berbaur, tak seperti di tempat tinggalku dulu. Jujur aku kadang malas merespon Cheng Xiao, ia terlalu nekat untuk mendekati ku dan laki laki lainnya.

Menurutku jika ia dingin atau pendiam ia pasti bisa mengambil hatiku, "Minghao, ada guru!" seperti nya perempuan itu teriak dan ketika aku melihat ke samping itu adalah Cheng Xiao.

"Ah! Ya Cheng!" aku buru buru melepaskan earphone ku, dan pelajaran pun di mulai aku merekam semua yang guru itu jelaskan. "Sekian dari saya terimakasih" guru itu keluar di barengi oleh suara bel istirahat, "yaa bu!!" jawab murid murid lainnya.

Tiba tiba aku mendapat telfon dari nomor yang tidak ku kenal lalu ku angkat siapa tahu itu penting.

"Hallo"

"Apa benar ini Xu Minghao?"

"Ya, saya sendiri"

"Aku hanya ingin memberi tahu, ibu mu jatuh dan masuk rumah sakit. Apa kau bisa datang? Ia memanggilmu sedari tadi"

"Benarkah?!! Oke begini, siapa nama lengkap ibuku? Lalu dimana rumah sakitnya?"

"Xu Mirae, di Rumah sakit beijing 7. Cepatlah Xu Minghao hanya kau yang kami butuhkan saat ini ayahmu sibuk kata ibumu"

"Tunggu aku disana"

Aku mematikan telfon dan berlari ke ruang guru lalu meminta izin untuk pergi sebentar karena ibuku masuk rumah sakit dan tentu saja pihak sekolah mengizinkannya. Yang aku bingungkan saat ini adalah bagaimana aku bisa ke rumah sakit tepat waktu, aku tidak membawa motor ku.

Cheng Xiao tiba tiba datang dan ia bertanya "Minghao apa ibu mu masuk rumah sakit?" ia tampak khawatir, "Ya Cheng! Ya!!" kata ku ngos ngos an karena habis berlari. "Kau bisa meminjam motorku ayo cepat kita ke rumah sakit" Cheng Xiao membetikan kunci motornya, aku dan dia berlari ke parkiran lalu aku yang mengendarai motor dan Cheng duduk di belakang.

Ketika sampai di rumah sakit aku berlari ke resepsionis nya dan aku bertanya dimana ibuku sekarang, "di kamar 205" jawabnya. Aku berlari ke lift dan lift sudah penuh tak mungkin aku masuk lalu dengan perasaan panik aku berlari menaiki tangga sampai ke lantai tiga.

Tak peduli seberapa cape diriku, yang penting aku tahu kondisi ibuku. Aku berlari mencari kamar ibuku dan ketemu, "Bunda, kau kenapa?" tanya ku berjalan ke arah bundaku yang terbaring, "bunda tak apa hanya jatuh saja" bundaku tersenyum menenangkan.

"Benarkah? Apa bunda terluka? Apa ada yang sakit?" tanya ku memeriksa tubuh bundaku, "tidak Minghao, bunda tak apa. Hanya kecapek an besok juga pulang" bunda mengelus pipiku. "Kau tampak berkeringat dan kelelahan, duduk dan minumlah" bynda menyodorkan ku segelas air putih.

"Tidak usah, buat bunda saja" kataku menolak, "bunda ada lebih banyak, kau terlihat capek nak minumlah" lalu aku meminumnya sampai habis.

My mine! •Xu minghaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang