6

111 3 0
                                    

"Hei kau!! Sini!" panggil seorang gadis dan aku pun kesana, "kau ini, dia tak ada jemputan bukannya kau ajak pulang sebentar lagi malam dan ia perempuan. Bagaimana sih ah!!" gadis itu memukul pundakku, "Aku harus menjaga hati pacarku, lagi pula itu bukan urusanku jika ia tak ada jemputan" jawabku.

"Heleh, jangan terlalu jual mahal" katanya, "siapa namamu?" tanyaku. "Hwang Eunbi dia Choi Yuna, sekarang kau antar dia pulang" kata Hwang Eunbi, "Naiklah" perintahku kepada Choi Yuna dan ia pun naik motorku.

"Hati hati!!" Hwang Eunbi teriak begitu dari belakang, "baik Sinb-yaa" jawab Choi Yuna. "Awas kalau sampai temanku terluka, kau berurusan denganku!!" teriaknya lagi, aku hanya diam. "Dimana alamatmu?" tanyaku, "dua gang lagi belok kanan dan rumah dengan cat krem itu rumahku" katanya.

"Oh iya, namamu siapa?" tanya Choi Yuna, "Xu Minghao di China, Seo Myungho di Korea" kataku. "Oh kau dari China? Perkenalkan namaku Choi Yuna bisa di panggil Yuju" Yuju memperkenalkan diri.

"Iya" hanya itu yang keluar dari mulutku, dan tak lama kemudian sampai lah kita di rumah dia. "terimakasih Seo Myungho" katanya, "iya sama sama" jawabku, ia tersenyum lalu masuk.

Aku pulang dan berjalan ke kamar mandi, mencuci muka dan lain sebagainya. Aku berfikir, Kim Rara sebenarnya tidak cuek. Tadi Jeon Sujin ketika di taman belakang sudah menceritakannya, Kim Rara ternyata Mood Maker di antara teman perempuannya.

Ia trauma jatuh cinta, karena dulu ia pernah di kecewakan oleh seorang lelaki. Itu membuatnya judes dengan lelaki, ia takut akan merasakan sakit hati lagi.

Coba saja kalau lelaki itu tak menyakiti Kim Rara pasti ia akan akrab dengan banyak orang, kata Jeon Sujin jika ada lelaki yang berusaha mendekatinya ia akan melihat usaha dari lelaki itu.

Cih... Sujin pikir aku peduli? Tidak sama sekali nyonya Jeon. Lagi pula aku sudah punya Cheng, mengapa aku harus mendekati Kim Rara yang dingin lebih dari es batu?.

"Minghao, bunda ke rumah sakit dulu ya" kata bundaku, "mau jenguk siapa?" tanyaku. "Nyonya Raeya" aku mendengar nama tante Raeya, "dia kenapa?" tanyaku.

"Ia pingsan tiba tiba" jawab bundaku, "bolehkah aku ikut?" daripada aku di rumah hanya bermain handphone dan menunggu chat dari Cheng yang tidak pasti lebih baik aku ikut menjenguk bukan? "Boleh" bunda tersenyum.

"Terimakasih, aku mengeluarkan motor dulu ya bunda" kataku sambil ke garasi, "sudah bunda ayo naik" kataku. "Iya Minghao" bundaku pun naik, "pegangan oke" aku menancap gas dan ke rumah sakit.

Ketika sampai di rumah sakit aku bertemu Kim Rara yang berkeringat berlarian kesana kemari, tak tertampak lelah di wajahnya ia berlari sangat kencang menuju lift, lift itu terbuka dan hampir tertutup ia pun masuk.

"Wah sama seperti kamu dulu di China jenguk Bunda ya" Bundaku tersenyum, "ah iya" aku nyengir dan mengingat ngingat. Ketika sampai di kamar tante Raeya aku melihat mata Kim Rara sembab, "hey kau kenapa?" tanya bundaku lalu memeluknya.

"Tidak tante, hanya menyesal gak bisa menjaga bunda" jawabnya memeluk kembali bundaku, "sudah sudah tak apa, kau lelah minum lah sedikit" kata bundaku mengambil minum di plastik yang ku bawa.

"Terimakasih tante Mirae" ia tersenyum lalu meminum air yang bunda kuberikan, "kau lelah Kim Rara biarkan tante dan Minghao menjaganya, kau tidur lah di sofa" kata bundaku.

"Iya, aku dari toko makanan di sebelah tapi jaraknya 35 meter jadi aku harus berlari biar cepat sampai dan ketika aku sampai tokonya tutup" Kim Rara menjelaskan sambil tersenyum ke arah bundaku.

"Kau bisa di antar Minghao kalau mau mencari makanan" kata bundaku, "tak usah tante merepotkan nanti" jawab Kim Rara. "Tak apa, Minghao antarkan dia ya" kata bundaku, "tapi ia mau istirahat bunda" jawabku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My mine! •Xu minghaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang