Kisah 6: ASMARA EMBUN DI BUNGA

120 7 0
                                    

Sudah tiga hari ini, kegiatan Jantra dan Netra hanya latihan kanuragan, bercanda mesra gairah di sungai, berburu hewan, dan samadi memperlancar dan mempertebal hawa gaib jala jiwa masing-masing.

Bila malam tiba dan sedang tidak melatih samadi di atas batu, atau samadi di dahan lebar besar - di atas pohon, maka mereka tidur berdua di atas batu meja, yang memang selain mirip meja, namun cukup lebar dan cukup panjang untuk menampung tubuh mereka berdua tidur secara berhimpitan dan berpelukan dengan alas jubah-jubah luar mereka masing-masing.

Bila sedang ada kemauan kuat, terkadang Netra menyanyikan syair-syair lagu ciptaan Gurunya, bahkan sambil menyanyi ia berlatih ilmu Pedang Jantra Netra.

Sedangkan Jantra mengiringi nyanyian dan gerakan Netra dengan suara serulingnya, dengan maksud membimbing gerakan sekaligus menyalurkan energi kesaktiannya melalui gelombang suara ke dalam sumber energi kedigdayaan Netra.

Akibatnya Netra mengalami kemajuan pesat dahsyat luar biasa.

Seluruh yang berada di dalam dirinya bisa menjelma hawa pedang. Jiwa segetar pedang. Pedang segetar jiwa.

Segala yang ada di sekelilingnya bisa ia pakai sebagai pedang.

Kesemuanya ini tidak bisa terjadi bila tidak menggunakan Ilmu Pedang Jantra Netra, hasil ciptaan mereka sendiri, sejak awal mereka bertemu.

Bagi mereka berdua setiap kegiatan adalah dipakai untuk memperkaya ragam kepekaan gerakan pengembangan sendiri dan memperdalam  serta mempertebal ketangguhan ilmu kanuragan dan hawa gaib
jala jiwa digdayanya masing-masing.

Seperti pada fajar pagi hari keempat ini, selalu saja yang terbangun terlebih dahulu adalah Jantra.

Jantra juga sudah terbiasa untuk setiap pagi mengamati embun bening samadi sunyi di hujung daun.

Jantra mulai tertarik catatan di Kitab Kuning Coklat: Turun ke Lembah Hati.

Tentang prinsip

- Kehadiran Embun Hening Bening di Sunyi Bumi.

'Inti Murni Embun Hening Bening Samadi di Hujung Daun:

Ia hening maka bening.
Ia bening maka hening.

Ia ada bagaikan tiada,
ia bagaikan tiada namun sunyata ada,
karena hakekat dirinya adalah - tembus pandang.

Saat melihat embun juga melihat apa yang ada di balik embun.

Saat cahaya surya menyorot dirinya,

embun meneruskan dan memberikan kehangatan cahaya surya bagi yang berada di belakangnya.

Embun hadir tak lama,
Saat energi cahaya kian kuat ia menguap, dirinya ganti wujud sebagai uap menyatu udara dan cahaya.

Embun tak pernah ganas murka,
Ia cenderung lembut terbuka,
Ia menyejukkan dan menyegarkan,
Ia mendukung pertumbuhan yang butuh tumbuh.

Sungguh embun hening bening samadi di hujung daun, semakna murni dengan;
Asmara Embun Di Bunga.

Siapa mengerti
Ia semakin sunyi
Siapa sunyi
Ia semakin sakti.'

Ya, ya, agaknya ini bisa dijadikan inti murni Ilmu Kedigdayaan Tangan Kosong Asmara Embun di Bunga.

Mulailah Jantra duduk samadi di atas batu gajah yang tidak jauh dari batu meja, di mana Netra masih pules ketiduran, karena kemarin giat berlatih Ilmu Pedang Jantra Netra.

Jantra menyelami setiap makna tersembunyi dari catatan tentang embun.

Ia terapkan dalam inti sunyi pernafasan, dan inti hawa gaib jala jiwa. Juga ia padukan dengan jurus Pedang Jantra Mantra serta Ilmu Suara Pembalik Arwah yang telah memunculkan kedigdayaan irama suara serulingnya.

JANTRA JALA JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang