Kisah 9: GIBAS BUAS LIBAS GANAS

86 8 1
                                    

Dbum!

Jantra Jala Nyawa memukulkan tinju kanannya ke tanah

- Pukulan Sakti Cakra Samudera -

seketika memancarlah dengan dahsyatnya gelombang hawa gaib jala jiwanya,

bagaikan gelombang laut susul-menyusul,

mengganas, melibas,

dan bagaikan tembok raksasa berlapis-lapis

akan menggilas roboh seluruh pasukan kuda di depan Jantra Jala Jiwa.

Gelombang Dahsyat itu
Bagaikan nganga mulut raksasa akan mencaplok seluruh pasukan kuda liar.

Gelombang sangar digdaya itu merambat di tanah sekaligus di atas permukaan tanah.

Sehingga yang nampak mirip gelombang badai debu dan pasir, kerikil dan sampah di jalanan,

menggelombang lunjak-hulak tinggi ke udara setinggi 3 meter.
Membawa kekuatan mahadahsyat, petaka maut.

Segala Buas? Gibas!
Segala Ganas? Libas!

Sebentar lagi, gelombang murka giras itu akan menggulung dan mencaplok barisan berkuda yang kian menggila haus darah,

yang juga sedang melaju buas ke arah Jantra Jala Jiwa.

Untuk melibas remuk hancur raga Jantra Jala Jiwa.
Berikut raga Netra Nyala Nyawa.

Di lain pihak, saat yang sama,

Netra Nyala Nyawa sedang melesat ke arah barisan kuda yang menyerbu dari arah belakang mereka berdua.

Setelah menjauhi Jantra Jala Jiwa, lebih kurang sejauh 17 meter, maka Netra Nyala Nyawa melejit-lesat ke udara setinggi tujuh meter, dan mengambang di udara.

Ia menerapkan kesaktian Tataran 'Embun Menguap' dari 'Ilmu Mahadigdaya Asmara Embun di Bunga', ciptaan Anak Ajaib si Jenius Serba Mumpuni, Anak Tampan Penuh Rahasia dan Misteri: Jantra Jala Jiwa.

Setelah Netra Nyala Nyawa mengambang di udara, seperti kehendaknya, maka Netra secepat kilat mengibaskan pedangnya membentuk garis lengkung gendewa setengah lingkaran, ke arah barisan kuda yang melaju meringkik murka bersamaan penunggang kuda yang meraung-raung, kaki kuda pun berderap gemuruh, bagaikan robohnya bukit batu, menyerbu ke arah Netra Nyala Nyawa.

Seketika dari kibasan garis setengah lingkaran dari pedang Netra Nyala Nyawa memancarkan ratusan cahaya petir meledak-ledak dahsyat,

dan kaki akar petirnya yang ratusan terpencar itu, sungguh ganas petaka, seketika menyambar ke barisan kuda bagian belakang.

Serta menyambar sebagian orang dan kuda yang berada di tengah barisan.

Sehingga baik kuda maupun penunggangnya yang tersambar akar petir 'Ilmu Pedang Pembelah Jagad', saling muncrat berhamburan ke udara.

Sebagai campuran aneka serpihan dan potongan maupun gumpalan daging-tulang yang menggosong.

Aroma udara terbaui anyir darah, daging-tulang hangus, campur aroma kepulan sesak-pengap basi aneka debu dan aneka rupa jenis sampah jalanan.

Sungguh peristiwa yang sangat mengerikan untuk dilihat dan dikenang.

Suatu kekuatan dahsyat dan kemurkaan didih darah jiwa manusia digdaya
yang menghancurkan.

Mereka yang tidak hancur,
yang masih hidup,
yang cacat permanen,
serentak menjerit-jerit murka, melengking-lengking panik, meraung-raung histeris
dan menggelegakkan teriakan-teriakan kebencian dendam kesumat,

JANTRA JALA JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang