Kisah 18: SERIKAT PEMBEBASAN

137 6 1
                                    

Pagi ini, setelah waktunya untuk sarapan selesai, Wakil Kepala Suku Perkasa Rubagaca mengundang Semua Pelindung dan Penasehat, Panglima Perang dan Kepala Pasukan Bela Diri Istana, Kepala Pasukan Inti dan Kepala Pasukan Telik Sandi, Ketua Para Dedengkot Sakti dan Kepala Duta Gerak Cepat, Kepala Dokumen Istana dan Kepala Keuangan Istana, Kepala Peralatan dan Kepala Perbekalan, Jantra Jala Jiwa dan Patarung Jambra Wanggala, untuk wajib menghadiri Rapat Terbatas di Ruang Keputusan Khusus yang terletak di belakang Ruang Penyambutan dan Perjamuan Tamu Agung.

Ruangan ini dijaga ketat baik secara nyata Petugas Jaga maupun Petugas Tersembunyi secara rahasia yang terpilih dan ahli bela diri serta ahli mengintai datangnya bahaya. Baik dari kemungkinan mata-mata musuh maupun orang-orang sendiri yang mencurigakan sebagai Telik Sandi Musuh yang diajak untuk berkhianat. Jadi bisa ditengarai bahwa pertemuan rapat khusus ini sangat penting dan mendesak, bahkan rahasia.

Setelah dilihat yang hadir rapat sudah sesuai undangan, maka Protokol Rapat yang bernama Jogang Swaratambra segera menghadap Wakil Kepala Suku untuk melapor, "Yang Mulia, Tuanku Wakil Kepala Suku, Semua Undangan, telah lengkap hadir! Rapat Terbatas bisa dimulai!"

"Baik, Laporan diterima! Rapat Terbatas, Mulai!" Perintah Wakil Kepala Suku, Lambras Grindangrancu dengan suara pelan tapi terdengar jelas oleh hadirin dalam ruang yang sejuk khidmat.

Di luar ruangan sesekali terdengar suara serak burung-burung pemakan bangkai melintasi langit kawasan istana. Entah mencari mangsa, entah pindah sarang. Entah pertanda akan terjadi banyak bangkai terbengkalai sebagai santapan lezat mereka.

Rapat diawali dengan bunyi Genta Besar yang dipukul sekali. Suaranya menggema dan mengatasi segala suara percakapan bisik-bisik dari Para Peserta Rapat.

Seketika Ruang Keputusan Khusus tersebut menjadi senyap luar biasa.

"Rapat dimulai!" Kata Wakil Kepala Suku, "Saya atas nama Sang Agung Kepala Suku Perkasa Rubagaca akan meneruskan Rencana Beliau dan sesuai petunjuk Beliau Sang Agung, tentang rencana besar untuk menaklukkan dan menghukum Kepala Suku Gobarkumba, Bandras Gojrangcala, karena secara khusus sudah berani menerima dan melindungi Kepala Perpustakaan Istana Guhcarya, yang bernama Basyar Rangguh Brangkarutsya, si Pelarian dan Pengkhianat Suku Perkasa Rubagaca yang berani nekat mencuri Warisan Leluhur Pendiri Istana Guhcarya, yaitu Kitab Pusaka Suara Bumi dan Kitab Pusaka Tongkat Langit dari Ruang Utama Perpustakaan Istana Guhcarya! Dan secara umum dalam jangka cukup lama selalu memutus jalur perdagangan kita dan mengganggu hubungan baik dengan pelbagai mitra himpunan dagang antar suku maupun dengan para sahabat kepala suku lainnya. Baik dengan cara merusak harga pasar, memalsukan barang dagangan kualitas rendah dengan harga selangit maupun menyebar berita bohong dan fitnah keji tentang kebijakan Sang Agung. Bahkan yang paling nekat dan terlalu menghina kita ... mereka berniat ingin menaklukkan Suku Perkasa Rubagaca dengan cara merebut dan menduduki Istana Guhcarya ini ... Demikianlah garis besar yang disampaikan Sang Agung kepada saya untuk dipaparkan dalam Rapat Terbatas ini, dan rencana ini mohon segera ditindaklanjuti oleh para Peserta Rapat Terbatas pada hari ini juga. Sekian. Terimakasih!"

Setelah Wakil Kepala Suku, diam sejenak seraya menatap Para Hadirin,  ia pun melanjutkan perkataannya, " Ini Tanda Kepercayaan dan Wakil Kehadiran Sang Agung!" Ia menunjukkan Belati Emas Yang Bergagang Cap Keputusan Sang Agung, milik Ketua Suku Perkasa Rubagaca, Sang Agung Swarca Grindangkancra.

Belati Emas yang ia pegang itu, ia angkat pelan-pelan ke atas sejajar dengan kepala Wakil Kepala Suku untuk ditunjukkan kepada Para Peserta Rapat Terbatas. Sebagai Tanda Mandat dan Kehadiran Sang Agung secara istimewa dan hal khusus yang mendesak dan sangat penting.

"Dalam Rapat Terbatas ini, sengaja Sang Agung mengundang Tamu Agung Yang Mulia Jantra Jala Jiwa, Sang Prima Digdaya dan Saudara Patarung Jambra Wanggala, Putra Kepala Suku Vukursa, Dengan maksud ... Yang pertama, Sang Agung mengucapkan terima kasih Kepada Yang Mulia Jantra Jala Jiwa, atas bantuan pengobatan serta kerelaannya untuk berbagi hawa sakti pribadi nan sakti kepada Sang Agung, sehingga pagi ini Beliau sudah bisa duduk bersandar di kursi dan tetap lanjut tunduk taat ketat dirawat oleh Tabib Rusyang Jankragirava untuk pemulihan kesehatan Sang Agung agar pulih prima sehat seperti sediakala ...."

JANTRA JALA JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang