Izin

710 45 1
                                    

Huft! Cukup melelahkan. Rasanya badan pegal semua. Mau tidur tapi kok dilema yah? Masalahnya belum izin sama budhe buat besok, mau nelpon tapi kok pulsa kritis. Biasa lah udah tengah bulan, jadi harus hemat kalau gak mau kelaparan diakhir bulan. Ya mau gimana lagi aku masih ngandelin uang kiriman dari budhe.

Ting!
Budhe is calling..

Pucuk di cinta ulam pun tiba, baru ngeluh kritis pulsa eh budhe udah nelpon duluan. Hehehe, jadi masih bisa berhemat deh.

"hallo? Assalamualaikum dhe" Ucapku membuka pembicaraan.

"Waalaikumsalam nduk. Jangan kamu bilang kalau kamu ikut demo yah! Budhe ndak mau kamu kenapa kenapa apalagi pulang nama, kamu itu anak kedua budhe nduk!" Ucap budhe penuh penekanan.

Inilah budheku, yang selalu mengkhawatirkanku dengan segala hal yang akan aku lakukan. Bisa dibilang overprotective tapi beginilah budheku, ibu keduaku setelah bunda. Budhe memang hanya mempunyai satu anak, tapi itupun sudah mendahului kembali ke pangkuan Sang Maha Kuasa.

"Lah malah diam, jawab nduk."

"Nia jawab ya dhe, tapi budhe jangan marah, sedih atau kecewa. Iya Nia ikut demo, mohon doanya ya Dhe. Biar Nia nggak kenapa-napa Nia tahu budhe khawatir sama Nia, tapi Nia udah besar Dhe. Nia bisa jaga diri, kalaupun Nia pulang tinggal nama, Nia ikhlas karena seenggaknya Nia udah berbuat sesuatu untuk negeri ini."

"Tapi budhe nggak ikhlas Nduk cuma kamu satu-satunya anak budhe sekarang, budhe gak mau kamu mati sia sia hanya karna mencoba menyadarkan elit politik yang katanya peduli namun bersikap seakan-akan tuli."

Tersenyum tipis saja walau nyatanya Bude ndak melihatnya. Aku tahu Bude memang selalu emosional jika berbicara tentang politik atau demo-demo semacam itu, aku sudah hafal tentang hal itu. Ada duka mendalam yang tersimpan di dalamnya, dan aku tidak mau memberitahu kalian bukan apa-apa cuma akan menambah luka saja.

" Budhe, Nia ndak mau bicara panjang lebar tentang ini, mau bagaimanapun hal ini cuma buat Nia sama budhe sedih. Budhe Nia mohon izinkan Nia, mau bagaimanapun budhe itu pengganti Bunda buat Nia. Insya Allah Nia baik-baik aja"

"Nduk nduk kamu sama aja kayak bundamu itu terlalu keras kepala. Budhe nggak bisa ngelarang kamu lagi. Budhe izinkan. Tapi gimanapun budhe masih khawatir sama kamu nduk. Jaga diri baik-baik budhe enggak mau kamu kenapa-napa nduk."

" iya budhe makasih. Insyaallah Nia baik-baik aja udah dulu ya dhe, Nia mau istirahat dulu."

"Iya nduk, istirahat sana budhe tutup dulu assalamualaikum"

" Waalaikumsalam dhe"

Nah seenggaknya sekarang aku udah bisa tidur nyenyak, karena bude udah izinin aku buat besok. Tinggal minta izin sama ibu orang tua asuhku, selama di perantauan. Ya siapa lagi kalau bukan ibu kost. Beliau itu baik banget sama aku,dan dia bilang jangan sungkan anggap aja ibu sendiri.

Aku ngerasa beruntung bisa berada disekeliling orang orang hebat, karena gak semua orang bisa seperti ku. Namun pada dasarnya mungkin aku lah yang paling kesepian. Karena gak bisa bercanda ria dengan ayah bundaku.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
TBC

Agnia Divyanisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang