Awal Lembaran Baru Dimulai

421 24 0
                                    

3 bulan telah berlalu sejak pertemuan dengan kak Fathur di rumah sakit. Selama 3 bulan itu hari-hari yang menurutku membosankan itu telah diwarnai oleh chatting malam malam bersama kak Fathur.

Dan semalam kak Fathur bilang akan menyambangi rumahku oh bukan tetapi rumah kak Hafiz yang berada di Jakarta Barat.

---

Pagi ini jam 09.00 kak Fathur datang ke kediaman kak Hafiz.

Kak Fathur sedang berbincang-bincang dengan kak Hafiz di teras rumah. Aku dan mbak Nis sedang sibuk menyiapkan minuman dan cemilan.

Kedua keponakanku? Sudah tentu sedang bermain di depan televisi. Dengan sesekali berebut mainan.

Setelah 15 menit akhirnya aku dan mbak Nis menyuguhkan minuman dan cemilan untuk kak Fathur dan Kak Hafiz. Sebenarnya kak Fathur berkunjung untuk bertemu kak Hafiz bukan bertemu denganku, jadi aku melenggang pergi ke ruang tengah untuk mengambil Naya, adiknya Naura yang sedang menangis mungkin berebut mainan dengan kakaknya.

Baru aku ingin masuk kak Hafiz bilang disini saja biar mbak Nis yang menenangkan Naya.

"Em, Nia?"

"Dalem."

"Kami mau nggak nikah sama saya?"Ucap Kak Fathur sembari mengambil cincin dari saku celananya.

Aku kaget. Ya sangat kaget. Ini mimpi? Kak Fathur itu sudah seperti kakakku sendiri. Akh pasti kak Fathur cuma bercanda.

"Apa sih kak, bercandanya gak lucu tau, garing." Ucapku sembari tertawa.

"Gak saya serius."

"Alah kak, gak usah bercanda deh. Baru 4 bulan yang lalu Nia ditinggal nikah, eh jangan jangan ini cuma simulasi ya? Kak Fathur mau nglamar cewek terus latihannya sama aku?" Ucapku masih dengan dibumbui sedikit tawa.

"Nia kasih tau ya kak, gak gini caranya nembak cewek. Yang adanya ceweknya mati berdiri gara gara kaget kak." lanjutku dengan suara yang tercekat di tenggorokan.

Ini bukan bercanda yang lucu untuk aku yang kemungkinan gak akan menikah apalagi dengan kondisi yang sepertiku. Helaian hitam di kepalaku pun mulai menipis akibat kemoterapi yang kujalani.

"Kenapa ucapan saya kamu anggap bercanda? Saya serius Agnia Divyanisa." Ucap kak Fathur dengan penekanan bagian namaku.

"Stop kak! Ini semua gak lucu. Nia tahu, Nia mungkin gak akan merasakan jadi seorang istri apalagi ibu dengan kondisi Nia yang seperti sekarang jadi tolong mengejek Nia dengan cara seperti ini." Ucapku cukup emosional dan melenggang pergi ke kamar.

Di dalam kamar aku terisak. Haruskah semenyedihkan ini? Entahlah terlalu sulit rasanya untuk kembali menjatuhkan hati kepada laki-laki lagi.

Sayup-sayup terdengar suara bass milik kak Hafiz, "Dia masih kaget, cukup beri dia pengertian."

😣😣😣

Tak terasa sudah lima bulan berlalu. Kak Fathur pun tak berhenti mengatakan hal yang sama. Dan yang terakhir seminggu yang lalu.

Aku masih ingat betul bagaimana ucapannya, raut wajahnya saat itu.

-Flashback-

"Mau sampai kapan Nia kamu menghindar dari saya." Ucap Kak Fathur dengan raut wajah yang terlihat tak pernah putus asa untuk meyakinkanku

Agnia Divyanisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang