Sepotong Kisah Rumah Tanggaku

498 21 0
                                    

Hari bahagiaku seolah rusak begitu saja saatku tak sadarkan diri.

Aku pingsan ya pingsan. Kata Budhe sudah 15 jam aku tak sadarkan diri.

Saatku tersadar, aku merasa tangan kiriku hangat. Aku lihat kak Fathur terpejam disisi kiriku, dia menggengam tanganku seolah tak mau kehilangan. Aku pun jua enggan kehilangannya meski belum aku pastikan aku jatuh cinta padanya.

Kak Fathur bahkan belum berganti baju. Segitu tulusnya dia padaku tapi mengapa aku belum jatuh cinta padanya?

Aku usap kepalanya. Dan dia terbangun.

" Eh sudah bangun dik." Ucap kak Fathur masih dengan muka bantalnya. Hei sejak kapan dia mengganti panggilan untukku?

"Dik?" Menunjuk diriku sendiri

"Iya kamu." Ucapnya sambil tersenyum manis. Sampai kapan pun senyumnya akan tetap manis bagiku, senyum yang akan menguatkanku saatku terpuruk.

"Oh." Ucap kikuk.

"Sejak kapan?"

"Baru beberapa menit yang lalu kak." Ucapku canggung sendiri.

"Mau sampai kapan manggilnya kak? Berasa nikahin adik sendiri tau." Ucap Kak Fathur yang ada benarnya juga.

"Lah terus? Mas?"

"Em, boleh."

Pagi itu diisi dengan gombalan receh dari kak eh mas Fathur. Sampai jam 7 mas Fathur bilang mau cari sarapan dulu.

"Jangan lama-lama mas. Nanti Nia rindu."Ucapku dan mas Fathur terpaku dengan ucapanku tadi. Ini mulut kok ya.

"Iya gak akan lama kok." Balas mas Fathur tersenyum.

Mungkin ini tak seindah yang kubayangkan tapi entahlah aku merasa bersyukur meski malam pertamaku harus menginap di Rumah sakit.

Tak lama kemudian mas Fathur kembali ke ruanganku. Dia membawa senampan makanan.

"Sarapan dulu ya." Ucap Kak Fathur sembari mengambil bubur polos di nampan dan menyuapiku.

"Mas.."

"Iya."

"Maaf sudah merepotkan. Seharusnya--"

"Syuutt, apasih kamu gak ngerepotin sama sekali. Mas malah beruntung bisa memiliki kamu, meski dengan segala keterbatasan kamu."

Menurutku semua ucapan mas Fathur terdengar manis di telingaku, mungkin menurut kalian biasa aja tapi tidak bagiku.

♡♡♡

Lima bulan sudah usia pernikahanku dengan Mas Fathur sejauh ini semuanya baik baik saja. Meski aku berulang kali masuk rumah sakit. Kanker rahimku sudah hampir memasuki stadium 4. Jika sudah stadium 4,maka tinggal menunggu waktu saja.

"Mas." Panggilku seusai keluar dari ruang onkologi.

"Iya."

"Kalau Allah memanggil Nia lebih dulu, apa mas sanggup?"

"Entahlah sayang. Mungkin sedikit tak rela tapi mau bagaimana lagi itu kehendak yang Kuasa. Sudah ya jangan bilang kayak gitu lagi." Ucapnya, mengecup keningku.

"Mas antar pulang ya?"

Mengangguk.

----

Kemarin aku melakukan radioterapi untuk kesekian kalinya meski hasilnya nihil. Hampir semua cara kulakukan tapi ntahlah.

Aku tak takut jika harus dipanggil Tuhan diumurku yang menjelang 27 tahun ini. Yang kutakutkan adalah meninggalkan mas Fathur seorang diri terlebih aku tak bisa mengandung dalam keadaan seperti ini.

Aku sekarang sudah tak berurusan dengan BPOM. Aku sudah resign sejak aku tahu aku mengidap kanker rahim stadium 3. Sekarang aku hanya menjadi ibu rumah tangga sambil merangkap menjadi penulis meski baru amatiran.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Agnia Divyanisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang