24 september

642 47 2
                                    

Setelah semalam izin sama budhe dan ada sedikit perdebatan, dan tadi pagi aku baru saja minta izin dan doa restu dari ibu asuhku. Dan aku gak akan menceritakan kejadian tadi pagi, karena itu cukup menguras air mataku sampai mataku  merah hingga sekarang.

Dan sekarang aku sedang persiapan melakukan perjalanan ke Senayan. Menurut estimasi waktu kita kita bakal sampai sekitar jam 11.

Gak banyak yang bisa ku lakukan, sekarang ini banyak yang sedang menelepon sama keluarganya. Seharusnya aku juga tapi dari tadi budhe dan yang lain gak ada yang bisa dihubungi.

"Nia, gak nelpon keluarga di rumah?" Tanya kak Fathur, yang sendari tadi sibuk menyiapkan ini itu.

Menghela nafas, "Ndak ada yang bisa dihubungi kak, ndak ada yang aktif." ucapku lesu, ya gimana nggak aneh aja kok bisa kompak telpon nya bisa gak aktif gitu, takut ada apa apa.

"Mungkin lagi sibuk, udahlah jangan lesu gitu. Senyum, abis ini kita harus berorasi menyampaikan aspirasi kita. Anak Farmasi harus senyumkan."

Tersenyum tipis, "Iya kak"

Benar sih, anak Farmasi harus tetap senyum apapun keadaannya. Itu termasuk resiko masuk ke dunia farmasi. Buat kalian yang mau masuk dunia farmasi, pikir pikir lagi deh.

***

Jam 11, mahasiswa/I UGM udah sampai di Senayan. Inilah saatnya turun ke jalan menyuarakan aspirasi kami. Disini aku bawa kertas manila bertuliskan
"Tak kiro mung atiku seng ambyar, jebule keputusanmu podho wae Ambyare
#tolakruukuhpngawur
#ReformasiDiKorupsi"
Bagaimana cukup gokil kah?

Kita kita udah nunggu cukup lama, sampai akhirnya ada perjanjian kalau bapak ketua DPR yang terhormat ditunggu kedatangannya menghadap kami para mahasiswa, pukul 15.05. Namun nyatanya nihil sampai pukul 16.00 bapak ketua DPR yang terhormat gak juga datang.

Author POV on

Hari semakin sore, mungkin karena terlalu lama menunggu suasana semakin rusuh. Yang diawali dengan penembakan gas air mata ke arah para mahasiswa.

Penembakan gas air mata terjadi tanpa adanya aba-aba terlebih dahulu. Seluruh mahasiswa berlari menghindari tembakan gas air mata tersebut, suasana semakin rusuh.

Dan Nia terjebak dalam kerumunan massa yang saling berlarian. Tembakan gas air mata semakin menjadi jadi, massa semakin tidak terkendali. Semua berlari untuk menghindari gas air mata, seharusnya Nia juga demikian tapi karena dia terjebak dan dia tidak bisa menghindarinya dia terkena tembakan gas air mata. Tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan dan, DAMM! Nia ambruk. Untung saja dengan cekatan ada seorang mahasiswa ber-almamater sama dengan Nia, menolong Nia dengan mengangkat tubuhnya dan membawanya ke posko medis darurat terdekat.

"Adhiraa." ucap mahasiswa itu memanggil seorang mahasiswi bernama adhira yang sedang membantu korban lainnya.

Mahasiswi itu segera menghampiri si mahasiswa itu, "Ada apa kak? Ya ampun Nia kenapa kak? Kakak bisa nungguin Nia sebentar, aku kesana sebentar kak."

Sementara itu kondisi di depan gedung DPR kian rusuh. Banyak korban yang berjatuhan dan saking banyaknya korban beberapa tempat ibadah dijadikan posko medis darurat oleh para mahasiswa, karena ambulan dan posko medis yang ada jumlahnya terbatas dan tidak mencukupi.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
TBC

Agnia Divyanisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang