t i g a ✨

1K 76 0
                                    

Bumi selalu punya cara mempertemukan yang memang harus dipertemukan.

Reoyan masuk ke dalam rumah dengan pakaian yang lusuh, tidak seperti biasanya seorang Reoyan terlihat acak-acakan seperti itu. Faemi bingung melihat suaminya seperti itu, ia menghampiri Reoyan.

"Kamu kenapa, Mas?" katanya lalu mengambil alih tas kerja suaminya.

Reoyan duduk di sofa besar rumahnya, sambil melepas dasinya. "Ada klien yang batalin kerja sama kita, padahal itu proyek besar kita." Ia memijit pelipisnya yang pusing.

"Nggak apa-apa, Mas. Itu belum rejeki namanya. Mau ku buatkan coklat panas?" tawar Faemi yang kembali dari ruang kerja suaminya.

"Coklat dingin kayaknya enak untuk kepalaku yang pusing."

Faemi mengangguk lalu berjalan menuju dapur.

"Ngomong-ngomong, anak-anak kemana?" tanya Reoyan yang sudah berada di ambang pintu dapur.

Faemi menoleh sebentar lalu kembali ke minuman yang ia buat, "Eyon latihan di klub-nya. Shine latihan piano."

Reoyan mengangguk-anguk, ia bangga memiliki dua anak yang sama-sama berbakat.

Faemi selesai dengan pekerjaannya, kemudian mereka kembali ke ruang tamu. Namun ada suara gaduh dari luar dan tidak lama masuk seorang remaja perempuan yang sepertinya dalam mood yang buruk.

"Mama! Eyon gangguin Shine terus! Kenapa sih!" Ia datang dengan misuh-misuh, mengadu pada sang mama.

"Kenapa lagi?" tanya Faemi lalu anak itu menuju pelukan ayahnya yang sedang meminum coklat dingin buatan istrinya.

"Kenapa si anak gadis Papa?" Reoyan mengelus rambut anak gadisnya.

Belum sempat Shine menjawab, seorang anak laki-laki yang diduga sumber dari kekesalan Shine, masuk ke dalam rumah.

"Pa! Shine nggak latihan bener-bener! Dia malah main!" adunya.

Gadis yang dipangg Shine itu langsung terduduk dan melotot, "nggak! Shine latihan tapi diseret pulang!"

"Gue seret lo pulang karena lo nggak latihan!" bantah laki-laki itu.

"Nggak! Lo ngada-ngada Laron gila!"

"APA LO BILANG?!"

"EH! SYUT UDAH YA!" Faemi melerai, pusing melihat anak-anaknya bertengkar. "Anak Mama nggak boleh berantem."

"LARON DULUAN MA!"

"LO INE!"

"HEHHHH! Dibilang udah ya udah!" Faemi geram sementara Reoyan terkekeh. "Sana masuk kamar kalian masing-masing, kalau masih ribut, uang jajan bulan depan mama--"

"IYA MAMA!" sahut keduanya serentak kemudian masuk kamar masing-masing dengan cepat.

Faemi menghembuskan napas lelah lalu bersender pada sofa. "Pusing aku punya anak ribut terus."

Reoyan terkekeh, "tapi kalo nggak ada mereka, kita kesepian."

"Glossy, kamu kenapa?" Jemina datang tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar anaknya. Ia masih mengenakan pakaian kerja.

"Glossy nggak apa-apa, Ma."

"Kamu sakit?" Ia langsung menyentuh kening anaknya. "Sakit apa?"

"Cuma tadi malem Glossy nggak tidur lagi, Ma."

Jemina langsung memeluk anaknya dengan perasaan penuh rasa bersalah.

"Nggak apa-apa, Ma."

"Nanti kamu tidur sama Mama."

Mereka melerai pelukan itu, "tadi Glossy ditabrak orang."

"HAH KOK BISA?!"

Glossy terkekeh, menurutnya mamanya ini terlalu lebay. "Tadi Oci emang udah pusing, terus ada orang buru-buru nabrak Oci, terus udah Oci gatau lagi, bangun-bangun ada di puskesmas."

"Tapi orang itu tanggung jawab kan, Ci?"

Glossy yang selalu dipanggil Oci oleh mamanya mengangguk, "dia kayaknya orang kaya, soalnya nyuruh orang buat ngerawat Oci gitu, Ma."

"Yang penting dia tanggung jawab dan kamu nggak apa-apa."

19.24

selamat hujan-hujanan!<3

Glossy V (sedang dirombak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang