Mati suri, terbangun di dalam tubuh orang lain, bagaimana caranya kembali ke jazad asli?
25+
WARNING!! Mature contents.
Read at your own risk!
cover: Hero Fiennes Tiffin dan girffriend
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apakah setiap kali kau di sini, aku harus melayanimu?" Safrida menepiskan tangan Brad. "Apa artinya aku untukmu, Brad? Hanya teman tidur?"
"Kau tahu aku mencintaimu!" desis Brad.
"Makan itu cinta! Kau hanya ingin tidur denganku, tidak lebih!" Kata Safrida, "Kau tak pernah mengajakku kemana-mana. Kau mengurungku di sini, hanya di jam kerja aku keluar rumah, itupun tidak untuk bersenang-senang."
"Apa yg membuatmu berpikiran begitu? Bila aku tidak mencintaimu, untuk apa aku merebutmu dari Theo dan memberikan identitas Safrida?" Brad mulai gusar. "Aku menyembunyikanmu dari Theo!"
"Aku tidak tahu mengapa aku harus menghindari Theo, bila perkawinanku bahagia, mengapa aku selingkuh denganmu?" Safrida mengangkat bahu, ia menunggu Brad menyebut kata pernikahan, tapi ia tak mau mengemis. "Sebaliknya, mengapa aku tidak minta cerai?"
**
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Theodore Kusuma berusaha percaya penjelasan Harun, tangan kanannya itu tak ada hubungan apapun dengan Safrida, tapi seprei yg berantakan dan aroma after sex di kamar apartemen itu mengatakan sebaliknya.
Ia ingin mengantarkan Safrida pulang, ingin tahu dengan siapa dia tinggal, tapi gadis itu menolak, dia bilang yg menunggunya di rumah pencemburu. Dia sudah menikah?
"Maaf pak, nama saya Safrida," katanya di telpon waktu ia memanggilnya Cencen.
"Whatever," Theo menggerutu, "Ada waktu untuk makan malam bersamaku? Aku ingin mendiskusikan sepasang parfum ini."
"Di luar jam kerja, waktu saya untuk keluarga, pak." Safrida tertawa renyah, Theo merasa diejek, bukankah Jumat malam ia pergi ke night club bersama Harun, menginap di apartemennya?
"Yg kemarin kesalahan, membuat yg di rumah marah." Katanya lembut, menjawab pertanyaan di benak Theo.
"Makan siang?"
"Maaf, banyak pekerjaan saya yg dikejar waktu. Bila bapak berkenan, kita bisa meeting di kantor saya, atau pak Rajendra yg akan menemui bapak mendiskusikannya."
