16. MAWAR JINGGA

1.2K 72 1
                                    

25+ #NWR #LOSTSOUL #FIKSI #FANTASI #MISTIK #ROMAN #DEWASA

Alok Gupta ikut rombongan dari Campa yg mengantar sepupunya ke tanah Jawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alok Gupta ikut rombongan dari Campa yg mengantar sepupunya ke tanah Jawa. Putri Dwarawati, putri prabu Indravarman VI, akan dipersunting prabu Brawijaya V dari Majapahit.

Matahari bersinar lebih garang di atas katulistiwa, karena itulah kulit perempuan dari tanah Jawa lebih gelap. Prabu Brawijaya V langsung terpesona melihat kecantikan sang putri Campa, tangan kekarnya merasa ragu menyentuhnya, kuatir kulit putih bak pualam tergores. Rombongan dijamu oleh sang raja Majapahit selama satu purnama, ditempatkan di bangunan besar yg berdekatan dengan ruangan para pangeran, berseberangan dengan kaputren, dipisahkan oleh taman bunga.

Pada suatu pagi yg cerah Alok Gupta sedang berjalan-jalan di taman bersama pangeran Banyubumi saat bertemu dengan Mawar Jingga. Adik tiri raja Majapahit itu sedang duduk di bawah sinar mentari menyisir rambutnya yg panjang, wajahnya berkilau memantulkan cahaya, Alok Gupta terpesona.

"Siapakah bidadari cantik yg sedang menyisir rambut di sana, pangeran?" tanyanya kepada pangeran Banyubumi.

Banyubumi memperkenalkan Mawar Jingga kepada Alok Gupta, gadis yg baru mulai mekar itu mencuri pandang wajah tampan di depannya, hatinya bergetar. Pangeran Campa ini sungguh berbeda dengan pangeran-pangeran yg dikenalnya, kulitnya lebih cerah, wajahnya eksotis. Mungkin karena ia produk campuran, ibunya adalah adik raja Campa dan ayahnya orang India dari kasta Brahmana.

Cinta kasih Alok Gupta dan Mawar Jingga mendapatkan restu prabu Brawijaya V, sang putripun meninggalkan tanah kelahiran mengikuti pujaan hatinya ke Campa. Setelah menghaturkan sembah kepada pamannya, Alok Gupta memboyong Mawar Jingga pulang ke India untuk diperkenalkan kepada kedua orangtuanya.

**

Pada masa itu, perjalanan dari Campa ke Madras lewat darat membutuhkan waktu yg lama, jalan yg dilewatipun penuh bahaya. Menjelang masuk sebuah desa yg menjadi lokasi Siem Reap sekarang, mereka dirampok. Semua rombongan mati, Alok Gupta berhasil melarikan diri bersama Mawar Jingga ke dalam hutan.

Waktu itu Angkor Wat sudah ditinggalkan dan tanah disekitarnya dipenuhi pepohonan lebat. Mereka bersembunyi di reruntuhan kuil yg dipenuhi tanaman rambat. Alok Gupta pergi mencari buah-buah untuk dimakan, waktu kembali Mawar Jingga sedang sekarat memegang betisnya yg membiru digigit ular berbisa. Alok Gupta menghisap luka itu untuk mengeluarkan racunnya. Nyawa Mawar Jingga tertolong, tapi kakinya menjadi lumpuh, sementara Alok Gupta meregang nyawa karena ada racun yg tertelan.

Belahan jiwanya pergi, dan kakinya tak bisa digerakkan, Mawar Jingga menghabiskan buah-buahan yg dibawa Alok Gupta, dan kemudian mati kelaparan. Selama menantikan ajal di samping jenazah kekasihnya, sang putri memanfaatkan saat-saat terakhirnya untuk bersemedi. Ia menyatakan keinginannya kepada sang hyang Widi untuk kembali ke tanah kelahirannya, karena itulah jiwanya tidak diangkat ke kahyangan, tapi menghantui Angkor Wat.

**

Hubungan intim bisa sekedar melampiaskan nafsu syahwat saja, tapi bila dilakukan dengan cinta nikmatnya berlipatganda. Berdua di ranjang yang sama, dari bercanda akhirnya mereka berdua tak bisa menahan godaan. Gairah yang berusaha dibuang jauh menguasai mereka, menyatu dalam gelora asmara membara.

Melewati puncak, Harun menarik diri, detik itu Safrida merasakan suatu energi masuk menggantikan relung yg ditinggalkan Harun, berusaha menguasainya. Gadis itu mengerang, meronta-ronta, padahal Harun sudah tidak menyentuhnya.

Panik, Harun menelpon Sarvath, driver tuktuk yg mengantarnya siang tadi, minta tolong diantarkan ke rumah sakit. Agak susah ia memakaikan pakaian ke tubuh Safrida karena gadis itu terus bergerak. Sarvath datang bersama Rin Nom, guide itu mengambil selendang jingga yg tergeletak di meja rias sebelum menutup pintu menyusul Sarvath yang membantu Harun menggendong Safrida.

Sarvath tidak mengantar mereka ke rumah sakit, tapi kembali ke gubuk Nong. Safrida bukan turis Indonesia pertama yg dirasuki Mawar Jingga. Sang putri akan memberikan selendang berwarna jingga itu kepada perempuan yg dipilihnya, dan mencari kesempatan menumpang raganya kembali ke Indonesia. Selama ini ia belum berhasil.

**

Safrida dibaringkan ke atas dipan kayu, Rin Nom ke belakang, masuk lagi membawa tempayan berisi air. Selendang jingga dimasukkan ke dalam tempayan. Gadis itu melepaskan semua pakaian Safrida, lalu membantu Nong mengikatkan tali dari anyaman daun pandan sebagai gelang di kedua pergelangan tangan dan kakinya. Selendang jingga yg basah dihamparkan menutupi tubuh telanjang Safrida, mulai dari leher ke bawah.

Sarvath seperti sudah terbiasa dengan ritual yg dilakukan Nong, ia menambahkan kayu bakar supaya api di tungku menyala lebih besar. Harun memergoki pemuda Cambodia itu sesekali mencuri pandang ke tubuh elok Safrida, ia tak suka tapi tak mampu menyampaikan keberatan kepada penolongnya.

Nong mengambil air rendaman selendang dengan gayung dan menyiramkannya ke seluruh tubuh Safrida sampai ia basah kuyup dari ujung rambut ke ujung kaki. Tubuh gadis itu menggeliat meronta, tapi gelang daun pandan itu bak rantai yg mengikatnya ke dipan kayu itu, bibirnya menggeram dan matanya melotot memandang Nong dengan marah.

Perempuan tua itu menarik selendang jingga dengan satu sentakan kuat dan melemparkannya ke tungku, api langsung menjilatnya, terdengar jeritan pilu seorang perempuan kesakitan, lalu api padam. Rin Nom mengambil sebuah keranjang terbuat dari anyaman daun pandan. Sementara itu Nong mengambil selendang jingga, mengibaskannya supaya abu yg melekat luruh ke lantai, dan melipatnya. Ia memasukkannya ke dalam keranjang yg dipegang Rin Nom, meletakkan sekuntum mawar putih dan menutupnya.

Safrida yg terkulai lemas ketika selendang ditarik, siuman. Rin Nom membantunya mengenakan pakaiannya.

**

Nong memberikan keranjang kecil itu kepada mereka, setiap hari bunga mawar putihnya harus diganti. Secepatnya selendang itu harus diantarkan ke tempat asal Mawar Jingga.

"Aku tahu kerajaan Majapahit sudah lama runtuh," kata Nong, "Tinggalkan keranjang ini dimana saja di situs Majapahit, candi, makam raja, apa saja."

"Satu lagi, tak boleh ada darah menetes di selendang jingga ini," imbuhnya.

"Mengapa?" tanya Safrida lemah.

"Darah yg menetes ke selendang ini adalah media pertukaran jiwa. Mawar Jingga akan masuk ke raga pemiliknya, dan ia akan mengembara di bumi ini seperti Mawar Jingga beberapa ratus tahun terakhir." Nong menatap mata Safrida lekat-lekat. "Berhati-hatilah, tubuhmu lemah karena sudah tiga kali jiwamu berusaha meninggalkan ragamu."

Safrida mengangguk malu, memang sudah tiga kali ia berhubungan badan dengan Harun.

**

bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bersambung

Surabaya, 04 Oktober 2019

JIWA YG HILANG (LOST SOUL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang