iv. Dream ▪︎ Shin Ryujin/Lee Chaeryeong/Park Yejin

634 32 5
                                    

Angstober iv

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angstober iv.
"How are you not terrified?"

(Candence-Lee Chaeryeong/ Nichole-Shin Ryujin/ Rachelle-Park Yejin)

▪︎▪︎▪︎

NICHOLE BERMIMPI akan Candence, sahabat sekaligus orang yang dia cintai dibawa pergi dalam balutan gaun putih. Tangan-tangan layak bayangan gelap menarik-narik Candence ke bawah, menenggelamkan gadis itu. Sedangkan Nichole tak memiliki kekuatan apa pun, kedua bahunya dijerat dan dia tak berkutik. Yang dia bisa lakukan hanyalah meneriakan nama Candence berulang kali. Mereka tak menenggelamkan Candence, setidaknya. Separuh tubuhnya dalam posisi terlentang diperlihatkan. Dari kedua paru-parunya, perlahan mengeluarkan tunas, lalu tumbuh menjadi mawar biru. Tangkai mawar berduri dengan pelan membaluti tubuh Candence, lalu mengekangnya dengan kuat. Duri-duri menghujam tubuhnya--perlahan tetes demi tetes kental menguyur, membasahi gaun putih, mengubah warnanya. Bibirnya mengeluarkan cairan hitam pekat, netranya membelalak. Dia tak lagi bergerak.

"Candies ...." Tangan Nichole terulur, menggapai Candance. Lengan-lengan gelap melepaskan tubuhnya. Lalu, Nichole berlari segenap tenaga yang dia miliki. Tubuhnya terasa berat, berat sekali. Seraya berlari, Candence justru semakin jauh. Bening bergulir dari kedua netra Nichole, berjatuhan dan Nichole tak tahu cara menghentikannya.

"Candies, Candies, Candies!" Tak pernah berhenti Nichole mengucapkan namanya. Hujan tiba, dan dia terjatuh. Kemudian, dia bangkit lagi. Berusaha menggapai Candence.

Hanya kekosongan yang dia dapatkan.

Candence menghilang. Dunia mimpi ini, tak tampak bagai dunia nyata. Karena itulah menjadi mengerikan. Sebagai mana mimpi seharusnya terjadi. Hanya putih di segala penjuru. Nichole tidak menemukan sudut mana pun. Tiada ujung. Ini menakutkan.

Dia masih berlari meneriakkan nama Candence berulang kali. Namun, dia tak menemukan apa pun.

Ini menakutkan. Untuk kesekian kalinya Nichole berseru.

Dan dia terperangkap di dalam mimpinya sendiri.

.

.

.

"Chole." Seseorang memanggilnya, mengguncang tubuhnya berulang kali. "Chole!"

Nichole membuka mata. Ah, ternyata Rachelle, pacarnya. Walau kata orang-orang, mereka pacaran rasa teman. Sejujurnya Nichole tidak pernah menyukai Rachelle yang mengarah ke artian romansa. Andai kala itu Rachelle tidak menyatakan perasaannya dan Candence tidak menyuruhnya untuk terima, barangkali statusnya dengan Rachelle tidak akan berada pada tahap ini.

"Kenapa kamu?" Rachelle mengusap air matanya. "Kamu menangis sekaligus berteriak dalam tidur."

Nichole menyandarkan wajahnya di siku leher Rachelle.

"Enggak apa-apa. Cuma mimpi buruk."

Ini bukan pertama kalinya Nichole memimpikan Candence yang berada dalam saduran kematian. Mimpi itu seakan berujar; waktu Candence takkan lama lagi.

Bagaimana bisa Nichole tidak ketakutan?

Candence-nya akan pergi, meninggalkannya seorang diri. Memikirkannya lagi membuat Nichole ketakutan, dan ia memeluk Rachelle erat-erat.

"Aku enggak mau tidur lagi," bisiknya.[]

.

.

.

StarburstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang