Angstober vi.
"Why are you leaving?"(Han Jisung-Park Yejin)
▪︎▪︎▪︎
PERASAAN ADALAH suatu perkara yang tak mampu Jisung pikir menggunakan logika. Ia bertanya-tanya, mengapa hatinya terasa hampa tatkala mendapatkan seorang pria dewasa mencium pipi orang yang ia sukai, kakak dari Yejin, Nayeon-noona. (Karena menurut Jisung, seharusnya ia sakit hati). Padahal tatkala kali pertama Jisung melihatnya, pada saat pertama kali perjalanan sialan ke Busan yang berujung dirinya komplain sana-sini, ia bertemu tatap dengan Nayeon-noona yang sedang kesulitan menarik kopernya masuk ke kereta. Dan dirinya membantu gadis itu. Selama perjalanan mencuri tatap berapa kali dan hatinya bergemuruh dengan debaran antusias. Apakah ia dapat menemui Nayeon-noona kembali tatkala ia berpulang ke kota kecilnya?
Harapannya tidak berbohong, ia bertemu kembali dengan Nayeon-noona pada saat siaran radionya bersama Chan-hyung dan Changbin-hyung berakhir. Tepat di restoran ayam keluarga Park. Dan ia bertemu dengan Yejin di sana. Gadis yang selalu mengganggunya di sekolah--setidaknya itulah menurut Jisung. Gadis itu selalu berujar bahwa dirinya tahu bahwa Jisung adalah J. One dan berkata jikalau dia adalah fan beratnya. Ugh, ini menyebalkan. Apalagi tatkala Jisung mendapatkan binar kilau antusias yang tak pernah berhenti gadis itu pancarkan.
Awalnya, Jisung mengira Park Yejin tak lebih dari gadis yang pendiam dan hanya berteman dengan; si kembar Hwang; Felix--sepupunya yang ingin ia tabok; dan Seungmin--pacarnya Yeji. Setelah mengetahui dirinya adalah fan, Jisung menarik seluruh asumsi sembarangnya.
Sampai dirinya tak sadar bahwa presensi Park Yejin yang mengganggu menjadi sebuah kebiasaan.
"Menurutmu, aku gimana?" Yejin bertanya kala itu, di halaman sekolah. Jisung tengah berbaring di perumputan, menutup wajahnya dari mentari menggunakan buku.
"Apanya yang gimana?" Jisung menaikkan buku, membiarkan bibirnya terlihat. Sedangkan buku tersebut masih menutupi sepasang netranya. Ia tak mampu mengenali ekspresi Yejin saat itu.
"Dalam sudut pandangmu, aku gimana?" Oh, jadi maksudnya itu. Kini Jisung mengerti dengan pertanyaannya. Ia diam sejenak, memikirkan bagaimana sosok seorang Park Yejin.
"Mau jujur?"
"Hmm." Jisung menduga Yejin sedang mengangguk.
"Kamu itu benar-benar menyebalkan untukku."
Setelahnya Jisung tak mendengar suara apa pun, selain derap pergi seseorang. Seharusnya Jisung tahu bagaimana seorang Park Yejin menggulirkan air mata. Sebab cara Yejin menangis adalah berada di dalam dekapan keheningan.
Setelah kejadian itu, tiada lagi seseorang yang mengganggu ketenangannya di kelas. Tiada yang menarik earphone-nya, kemudian membisikkan sejumlah kata-kata absurd. Tiada yang mengikutinya ke mana-mana, layak anak ayam. Tiada yang menarik kursi, lalu makan bersamanya.
Jisung kembali sendiri. Dan ia tak tahu sendiri merupakan suatu hal yang hampa.
Beberapa kali Jisung mencoba mendekat pada Yejin. Dan selalu didorong dengan cara halus. Jisung tak lagi melihat kilauan binar di dalam netranya. Tatkala ia berhasil membuat Yejin setuju tuk menemuinya, hal pertama yang ia tanyakan justru Nayeon-noona. Yejin hanya mengembus napas kasar, pergi dengan dingin. Sebelum itu Jisung mendengar bisikkan sekilas dari Yejin:
"Hanya itu yang kau ingin tanyakan?"
Gadis itu benar-benar pergi dari hidupnya.
Dan Jisung masih bertanya-tanya, apa yang membuatnya pergi. Ia masih tak mengerti. Hati seorang wanita itu rumit. Tetapi hatinya pun demikian, otaknya menyerukan Nayeon-noona, tetapi hatinya menginginkan Yejin di sampingnya. Aneh, Jisung tak mengerti, mengapa bisa seperti ini.
Sampai dirinya benar-benar tahu apa yang ia inginkan, tatkala jemari Yejin bertaut dengan Felix.
Hei, Park Yejin. Han Jisung menginginkanmu sekarang. Mengapa kau meninggalkannya? Atau sebenarnya Jisung yang meninggalkannya semenjak awal?[]
.
.
.