xi. Fluff with Light Angst
"Let's date."(Kim Seungmin/Han Jisung)
-for sonnenbIum happy late birthday sis!▪︎▪︎▪︎
"AYO PACARAN."
"Hah?" Jisung yang tengah memegang bahu Seungmin agar tidak terjatuh dari sepeda, malah menjatuhkan stik es krim yang digigit-gigit sedari tadi. Kini stik itu terjatuh ke jalan setapak kecil yang hanya mampu dilewati tiga orang. Ah ... stik itu tak jadi jatuh di jalan setapak, melainkan dibawa angin, mendarat di rerumputan hijau--ingatkan Jisung tuk mengambil dan membuangnya nanti. "Apa?"
Bagaimana Jisung tak kaget jikalau tiba-tiba teman masa kecilnya bercelutuk seperti itu dengan mendadak? (Mungkin Seungmin terlalu lelah dengan hidupnya, sehingga ingin mengencani Han Jisung yang notabe manusia terjorok semuka bumi--jorok, bukan salah satu kriteria Seungmin, mengingat Seungmin pecinta kebersihan. Aha! Pasti Seungmin salah makan obat tadi pagi.)
"Enggak mau?" Seungmin meliriknya sejenak, lalu kembali pada posisi siap-siap tuk menggerakkan roda dua favoritnya. "Ya sudah, anggap saja tadi itu aku omongnya sembarangan."
Mana boleh dibiarkan begitu saja! Jisung sendiri memang tidak tahu perasaannya kepada Seungmin. Tetapi ... jarang banget lho ia dapat ajakan pacaran! Malahan Jisung yakin tiada orang yang menyukainya. Mungkin dihidupnya hanya Kim Seungmin saja yang akan mengajaknya pacaran. Andaikan Seungmin tiada, barangkali ia akan menjadi jomlo harga mati.
"MAU, MAU BANGET!" teriak Jisung tepat di telinga Seungmin dan menggoyang-goyangkan bahunya.
"OI BEGO, KITA BAKAL JATUH!" Seungmin mati-matian mempertahankan keseimbangan sepedanya, namun tidak berhasil. Mereka pun mendarat dengan selamat di rumput hijau yang mana basah berkat hujan deras tadi pagi. Seungmin segera bangkit, ingin mengumpat. Pakaiannya basah dan rambutnya juga, mana berlumpur lagi. Ditatapnya Jisung sengit dan perlahan kegusarannya menghilang. Jisung berbaring di rumput, enggan bangkit. Ia menunjuk langit dengan binaran antusias yang selalu menjadi favorit Seungmin.
"SEUNGMIN-AH, ADA PELANGI, PELANGI LHO, PELANGI!"
Suara Jisung seakan tak sampai pada Seungmin. Ia hanya memperhatikan Jisung, mulai dari netranya yang menyimpan bintang-bintang, rambut halus yang sering dicat dengan berbagai warna hingga kini kasar (ia mengecatnya dengan alasan konyol: "Biar kayak artis." Lalu tertawa kencang), dan ... erm ... lebih baik Seungmin tidak menyebutnya, sebab kini Jisung menatapnya dengan sejenis tatapan yang dapat menembus dirinya. Seungmin bahkan tidak butuh stetoskop tuk mendengar debaran jantungnya--terlalu berdebar, terlalu gila. Andaikan ia poci, mungkin ia adalah poci yang telah mendidihkan air sehingga mengeluarkan uap banyak tak karuan.