07. Memantapkan hati

1.4K 240 2
                                    

.

Aku mengelus perutku yang sudah membesar, kehamilanku sudah memasuki bulan ke tujuh. Aku semakin tidak sabar menantikan kehadirannya, sesayang itu.

Atensiku teralih menatap Dongpyo yang lagi berlarian ke arahku dengan membawa semangkuk sereal kesukaannya.

"Sayang jangan lari-lari! Nanti jatuh tinggal papa ketawain" seru kak Seungwoo yang ikut nyusul Dongpyo, tetep takut kalo anaknya jatuh.

"Ih, kakak kok belum berangkat kantor?" tanyaku sambil merangkul Dongpyo yang sudah duduk disebelahku.

"Itu anak kamu ngambil kunci mobilnya. Iseng banget"

Aku menatap Dongpyo yang sedang asyik memakan serealnya sambil sibuk menutupi kantung celana bagian kanan.

"Pyo kembaliin dong kuncinya, papa mau kerja" bujukku.

Dongpyo mempoutkan bibirnya sambil menggeleng, "Papa nggak boleh pergi!"

"Lho kenapa?" tanya kak Seungwoo dengan kening mengkerut.

"Papa kerja mulu. Ajakin Pyo piknik dong, mumpung libur" jawab anak itu polos sebelum menyuapkan sesendok sereal ke dalam mulutnya.

Aku menatap kak Seungwoo sebelum memeluk dan mencium puncak kepala Dongpyo gemas.

"Duh sayangku" ucapku tambah mendusel Dongpyo gemas.

"Mama, bilangin papa nggak usah kerja hari ini" rengeknya.

"Papa ada meeting penting, nak. Lain kali deh papa main sama Pyo" ujar kak Seungwoo sambil berjongkok dihadapan Dongpyo.

"Janji ya?"

Kak Seungwoo tersenyum dan mengangguk, "Iya, janji"

"Sekarang papa boleh kerja, kan? Kembaliin dong kuncinya, sayang" ujarku sambil merogoh sakunya dan mengeluarkan kunci mobil kak Seungwoo.

Dongpyo mengangguk.

"Makasih ya sayang" ujar kak Seungwoo sambil mengacak rambut Dongpyo.

"Dek, kakak berangkat ya? Kalo ada apa-apa langsung telpon"

Aku mengangguk dan tersenyum, "Hati-hati"

"Jangan malem-malem ya pulangnya" seru Dongpyo.

"Iya sip"

"Ah kakak," panggilku.

"Iya?"

"Beliin mie ayamnya ibu kantin sma, lagi pengen" ucapku.

Kak Seungwoo tersenyum, "Ngidam?"

Aku menggeleng, "Lagi pengen aja"

"Iya, nanti aku beliin"

"Duh, sayang kakak deh" ujarku.

Kak Seungwoo tersenyum sambil mengusak rambutku gemas. "Yaudah, aku berangkat dulu. Jangan kerja yang berat-berat! Jangan kecapean!"

"Siap, kakak suami!"

🏡🏡🏡

Aku menatap bingung orang yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

Siang ini kak Byungchan tiba-tiba saja datang entah ada apa.

"Kak?" panggilku. Aku lantas duduk di sofa sambil terus berpikir ada apa dia tiba-tiba kesini.

"Udah lama ya, la? Udah anak keberapa ini?" tanya kak Byungchan sambil tersenyum.

Aku mengangguk, "Kedua"

Dia tersenyum sebelum menghela nafas kasar sambil menatap jemarinya yang sudah tersemat satu cincin disitu.

"Kakak ada urusan apa kesini?"

Ucapanku membuatnya menoleh, "Gue mau tanya kabar lo dulu, apa kabar?"

"Ahiya," Aku tersenyum canggung, "Baik, kak. Kabar kakak sendiri gimana?"

"Baik juga"

Aku mengangguk, diikuti anggukan darinya dan langsung hening. Tidak ada yang mau memulai berbicara.

Aku lihat kak Byungchan sedikit ragu.

"Gue lagi memantapkan hati" ujarnya diiringi kekehan canggung diakhir.

Alisku tertaut sambil menatapnya bingung. "Maksudnya?"

"Selama ini yang gue tau, orang yang gue sayang itu lu. Makanya gue kesini buat yakinin diri kalo gue udah bener-bener move on"

Aku masih menatapnya bingung, menunggu apa yang ingin dia sampaikan berikutnya.

"Gue mau married, tapi masih ragu" tambahnya.

Aku mengangguk paham sambil tersenyum, "Kak, yakinin hati kalo dia yang terbaik buat lu"

Kak Byungchan menatapku lama, Ia tampak sedang berpikir.

"Gue udah bahagia sama kak Seungwoo. Sekarang giliran kakak"

Dia mengangguk sambil tersenyum sampai matanya segaris, "Jangan lupa dateng ya?" ujarnya sambil menyodorkanku selembar undangan bewarna pink dengan hiasan pita emas dipinggir.

Aku mengambilnya sambil mengangguk, "Iya, nanti kalau nggak berhalangan gue dateng. Semoga acaranya lancar ya, kak"

"Aamiin, makasi doanya"

"Sip"

"La," panggilnya.

"Iya?"

"Bahagia terus ya. Gue juga selalu doain yang terbaik buat lo"

Ucapan kak Byungchan buat aku tersenyum dan sadar kalau selama ini sayangnya tidak main-main. Dia sungguhan.

Aku tersenyum sambil menepuk bahunya pelan, "Iya, kakak juga harus selalu bahagia"

"Terima kasih udah buat gue yakin" ujarnya sebelum menegak teh hangatnya.

Aku terkekeh, "Lu udah bener-bener cinta sama perempuan itu, kak. Bukan sama gue lagi"

"Situ cenayang?"

"Bukan! Keliatan aja dari tatapannya ke aku udah nggak sedalem dulu"

Kak Byungchan tertawa, "Berapa meter bu dalemnya?"

"Dalem pokoknya, kalo berkembang bisa jadi bucin" celetukku disusul tawa.

Kak Byungchan juga ikut tertawa mendengar celetukanku.

"Untung belum sempet jadi bucin"

●●●

🖤🖤🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖤🖤🖤

Madre, SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang