12. Nama untuk adek

1.2K 188 10
                                    

.

"Ada kelainan sama jantungnya cucu mama" ujar mama saat aku sudah mulai bisa mengontrol emosiku.

Aku hanya menghela nafas sambil memejamkan mataku. Masih berharap semua ini adalah prank dari mereka.

Tapi saat aku menatap wajah mama, semuanya seperti benar-benar terjadi. Raut wajah itu benar-benar sedang sedih.

"Nila kamu tau kan teknologi kedokteran di jaman sekarang sudah maju? Cucu mama pasti bisa sembuh" ucap mama mencoba meyakinkanku.

Tatapannya seakan bilang untuk tidak patah semangat.

"Hidup terus berjalan, jangan hanya berhenti di satu masalah. Mama yakin, kamu sama Seungwoo bisa lewatinnya"

Aku menghela nafas pelan sebelum mengangguk yakin dan tersenyum. Ucapan mama buat aku sadar kalo aku nggak sendiri ngelewatin semuanya.

Tangan mama bergerak mengelus suraiku lembut, "Mau ketemu Dipya?"

Aku menoleh mendengar nama yang asing buatku, "Dipya?"

Dongpyo terkekeh sambil memelukku semakin erat, "Pyo yang kasih nama loh"

Aku berdecak, "Aneh namanya"

"Emang iya?" seru Dongpyo tidak terima sambil menegakkan duduknya.

"Padahal biar namanya mirip sama Pyo. Udah ah, aku mau pulang aja" tambah anak itu sambil beranjak turun dari ranjangku.

"Udah punya adek tapi masih suka ngambek" celetukku sambil memeluknya erat.

"Mama lepas ih! Pyo mau pulang" rengeknya.

"Jangan dong, temenin mama disini. Mama bercanda tadi"

"Grandma, Pyo tetep mau pulang" lapor Dongpyo ke mama. Kayanya dia bener-bener bete.

Aku memeluknya semakin erat sambil ketawa seakan nggak ijinin Dongpyo buat pergi.

"Ada apa ini kok rame?" tanya papa yang baru aja masuk bareng kak Seungwoo.

"Kelonan mulu ya, Pyo" celetuk kak Seungwoo.

"Papa, Pyo mau pulang aja" ucap Dongpyo.

"Jangan dong, sayang!" bujukku.

Alis papa tertaut sambil mengelus surai hitam Dongpyo, "Kenapa?"

"Mama nakal" adunya.

"Dipya bagus kok, nanti panggilannya Pya" ucapku sambil mengelus surai Dongpyo.

"Yaampun, masalah nama adek?" tanya kak Seungwoo.

Aku ngangguk sambil masih meluk Dongpyo erat. Doi bener-bener ngambek soalnya.

"Sore" sapa om Jongsuk sambil masuk disusul tante Suzy setelah mengetuk pintu.

"Oma, opa" pekik Dongpyo.

"Halo jagoan!" sapa om Jongsuk sambil mengelus surai Dongpyo setelah menyapa papa dan mama.

"Nila gimana? Udah enakan apa masih ada yang sakit?" tanya om Jongsuk.

"Udah enakan, om"

Tangan om Jongsuk bergerak mengelus suraiku, kemudian turun memijat bahuku lembut. "Maaf ya, om baru sempet kesini. Tapi udah bener enakan, kan?"

Aku tersenyum. Perhatian om Jongsuk ke aku sama kaya seorang ayah buat putrinya, keliatan tulus banget. Aku bukan lagi menantunya, melainkan seperti putrinya sendiri.

"Iya om, nggak papa. Udah enakan serius, makasih ya udah sempetin dateng"

Om jongsuk ketawa, "Kamu ini kaya sama siapa aja pake makasih segala"

"Jangan banyak pikiran juga!" tambah tante Suzy.

Aku tersenyum sambil mengangguk.

"Tuh, jangan banyak pikiran! Jangan semua dipikirin" ucap kak Seungwoo.

"Iya, kakak"

Mereka terkekeh. Lalu, om Jongsuk dan tante Suzy ngobrol di sofa ruanganku bareng mama dan papa.

Sedangkan kak Seungwoo duduk di kursi samping ranjangku sambil main ponselnya.

"Pyo masih marah sama mama? Mama sedih lho" tanyaku sambil mengelus surai hitamnya lembut.

Dongpyo menggeleng lalu mencium pipiku sebelum menangkupnya.

"Mama nggak boleh sedih, mama nggak boleh nangis. Mama cuman boleh senyum sama ketawa aja" ujarnya.

Aku tersenyum, bahkan mataku mulai memanas denger ucapan Dongpyo yang sebijak itu.

"Ih, mama! Pyo kan tadi bilang mama nggak boleh nangis" protesnya sambil menghapus air mataku.

"Mama terharu, sayang" ujarku sambil memeluknya erat.

Masih sambil memeluk Dongpyo, aku lalu menoleh saat merasakan tangan kak Seungwoo yang menggenggam tanganku erat.

"Pyo bener, kamu bolehnya ketawa sama senyum aja. Silahkan berbagi ke aku kalo ada yang ganggu pikiran kamu" ucapnya.

Aku mengangguk, "Pasti, kakak suami"

"Anak pintar" ucap kak Seungwoo sambil mengusak rambutku dan terkekeh.

Dongpyo yang ada disebelahku menarik tangan kak Seungwoo yang ada dikepalaku dan menaruhnya di atas kepala dia sendiri.

"Pyo juga mau digituin, pa" ucapnya.

Aku terkekeh sambil menarik kembali tangan kak Seungwoo untuk tetap berada di atas kepalaku.

"Nggak mau! Ini punya mama" sahutku.

"Iih, mama!"

Aku tertawa sambil mengacak rambut Dongpyo yang sedang merengut itu gemas.

"Senyum dong, jagoan!" ujarku sambil mencolek dagunya.

"Nih, bagi dua. Papa kan punya tangan dua" ujar kak Seungwoo sambil menaruh satu tangannya lagi diatas kepala anaknya dan mengusaknya pelan.

"Nila, itu anak kamu jangan diisengin mulu" seru mama sambil menggelengkan kepalanya.

Aku cuman nyengir dan memeluk Dongpyo erat. Sedangkan yang lain pada ngeliatin sambil terkekeh liat kelakuanku, termasuk kak Seungwoo.

"Tapi nggak papa! Aku lebih suka liat kamu kaya gini" bisik kak Seungwoo pelan sambil mengusak rambutku dan Dongpyo bergantian.

Aku tersenyum, "Kakak, aku mau liat Dipya"

●●●

❣❣❣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❣❣❣

Madre, SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang