.
Sejak pulang dari rumah sakit, aku hanya diam saja di mobil. Ada hal yang tidak bisa membuatku berhenti berpikir dan khawatir.
Tadi saat di kantor, tiba-tiba saja kepalaku kembali berdenyut diikuti rasa sakit yang teramat diperut dan mual. Bahkan aku sempat tidak sadarkan diri, membuat papa, mama, dan kak Seungwoo khawatir.
"Dek," panggilnya. Aku merasakan jemarinya menaut pada milikku, "Kenapa?"
Aku tidak menjawab, tapi hanya menangis keras dan buat kak Seungwoo langsung menarikku ke dekapannya.
"Dia akan baik-baik aja kan, kak?" isakku pelan sambil menggenggam tangannya yang mendekapku erat.
Kak Seungwoo mengelus suraiku pelan seakan bilang kalau semua akan baik-baik saja dan berhenti untuk khawatir.
Tapi bukannya berhenti menangis, tangisku malah makin menjadi. Aku takut.
Ucapan dokter tentang kandunganku tadi benar-benar membuatku berpikir hal-hal buruk yang mungkin terjadi.
Kandunganku lemah.
Akan beresiko jika aku melanjutkan kandungan ini. Dan itu membuatku takut.
Aku sudah sangat menyayanginya.
"Kakak akan jaga kamu. Jangan takut ya?" tuturnya sambil mengelus suraiku pelan. Tangannya lalu turun ke arah pipi untuk menghapus jejak air mataku.
Kak Seungwoo bahkan berkali-kali mencium pipiku gemas.
"Kamu dan anak kita akan baik-baik saja" bisiknya sambil mendekapku erat.
"Jangan takut!"
Aku mengangguk pelan sambil melingkarkan tanganku ke lehernya, ikut mendekapnya erat.
Ucapan kak Seungwoo benar-benar bisa membuatku merasa tenang dan aman. Lagi dan lagi, Ia selalu membuatku merasa nyaman saat berada di dekatnya.
"Terima kasih, kakak suami"
🏡🏡🏡
Aku turun tepat disaat mobil kak Seungwoo berhenti di depan rumah.
"Sayang"
Aku menoleh mendapati mama yang lagi berjalan mendekat dan langsung berhambur memelukku erat.
"Duh, tuan putrinya papa" ucap papa sambil mengusap rambutku lembut.
Mama melepaskan pelukan dan menangkup wajahku. "Habis nangis ya, sayang?"
Aku tersenyum menatap mama dan papa bergantian dengan mata yang sudah basah. Sedetik kemudian aku berhambur memeluk mereka erat. Aku menangis kembali di pelukan mereka.
Ini bukan hal yang mudah kuterima. Bukan masalah kecil yang bisa aku lupakan begitu saja. Dia bagian dari tubuhku, aku tidak mau kehilangannya.
"Ada apa?" tanya papa.
Aku mengelus perutku disusul tangan papa yang terulur ikut mengelus perutku.
"Semua baik-baik aja, kan?" sahut mama sambil menatap kak Seungwoo karena aku tak kunjung menjawab dan memilih diam seribu bahasa.
Aku menunduk dan membiarkan kak Seungwoo yang menjelaskan semuanya.
Tapi yang pasti bisa aku terima dan membuatku tenang, kak Seungwoo akan selalu menjagaku.
"Kamu mulai besok off aja, papa nggak mau ambil resiko sama kandungan kamu" ucap papa sambil mengusap bahuku.
Aku mengangguk, karena akupun sama tidak mau mengambil resiko.
Papa menatapku lamat dengan pandangan yang benar-benar sulit kuartikan, tangannya kemudian terulur menggenggam tanganku.
"Jangan takut, sayang! Papa disini" ucap papa pelan sebelum mencium keningku.
Aku tersenyum lalu memeluk papa erat kembali.
Kalimatnya sederhana, tapi cukup membuat aku merasa semuanya akan baik-baik saja kalo aku punya mereka yang selalu ada.
"Terima kasih, papa"
Papa bergantian menepuk bahu kak Seungwoo pelan yang ada disampingku.
"Om percaya kamu bisa jaga Nila dan cucu om"
Kak Seungwoo tersenyum sambil mengangguk, "Terima kasih sudah percaya, om. Itu aku anggap perintah buat selalu jaga tuan putrinya om"
Pandangan kak Seungwoo yang semula menatap papa kini teralih menatapku sambil mengusap kepalaku lembut.
"Tuan putrinya om, sekarang tuan putrinya Seungwoo juga"
Papa terkekeh sambil mengangguk, "Jangan ngeyel kamu sama Seungwoo!" seru papa sambil mencolek hidungku dengan telunjuknya.
"Papa, Nila udah 23 tahun bukan anak kecil lagi" ujarku sambil menggenggam erat telunjuk papa.
"Bagi mama sama papa kamu tetap anak kecil kami" sahut mama.
"Mama selalu doain yang terbaik buat pernikahan kalian"
"Terima kasih, ma" ucapku bergetar, aku menangis lagi mendengar ucapan mama.
Mama tersenyum mengelus suraiku sebelum membawaku ke dalam dekapannya.
"Oohh, anakku sayang"
"Mama, papa" panggilku sambil melepas pelukan mama.
"Iya?"
"Jangan pulang dulu, ya? Dongpyo bentar lagi pulang, temuin dulu" ucapku.
Papa mengangguk disusul anggukan mama. "Iya, papa lagi kangen sama jagoan kecilnya papa. Nih mama kamu juga dari kemarin nanyain Dongpyo terus"
Aku terkekeh, "Bentar lagi nyampe harusnya" ujarku sambil melihat arloji yang bertengger di tangan kiriku.
●●●
💓💓💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Madre, Seungwoo
Fanfic[end] Menjadi ibu adalah pekerjaan seumur hidup yang sangat mulia. [X1 Fanfiction] [Buku kedua dari Señorita.] ─start : 28 Agustus 2019