13. Selamat datang, Pya!

1.2K 183 3
                                    

.

Aku tersenyum menatap kak Seungwoo yang ada disampingku ketika Dipya sudah ada di pangkuanku.

"Cantik, kaya kamu" ucapnya.

Aku terkekeh sambil mengelus pipinya pelan. Dipya memang pake selang, tapi cuman satu. Aku nggak tau itu buat apa atau gimana, tapi ikut sakit ngeliatnya.

Rasanya pengen minta maaf karena udah dilahirin dalam kondisi kaya gini. Kenapa harus Dipya? Kenapa nggak aku saja?

Aku menunduk sambil meremat ujung baju rumah sakitku. Ingin marah dan kesal, tapi bingung cara ngeluapinnya dan kepada siapa.

"Sayang," panggilnya sambil merengkuh tubuhku.

Aku yang memang sudah menangis pelan tanpa suara hanya tetap menunduk tanpa menjawab.

Kak Seungwoo menaruh kepalanya di bahuku sambil mempererat pelukannya.

"Kakak," panggilku dengan suara yang sudah serak karena menangis.

"Iya?"

Kepalaku terangkat menatap kak Seungwoo, "Pya bisa sembuh, kan?"

"Kita harus sama-sama yakin kalo Pya bisa sembuh, dek" ujar kak Seungwoo sambil tangannya sibuk menghapus jejak air mataku.

Aku mencium lembut pipi Dipya yang ada di pangkuanku. "Pya bisa! Dipya anak mama yang kuat" bisikku tepat di telinganya.

Saat memeluk Dipya hatiku jadi menghangat. Semua terasa lebih menenangkan dan nyaman.

"Kata suster daritadi Pya nangis dan nggak tenang tidurnya, tapi pas kamu gendong dia jadi anteng" ucap kak Seungwoo sambil mengelus kepala Dipya hati-hati.

"Dia sayang banget sama kamu"

"Aku juga sayang Pya" ucapku.

Kak Seungwoo terkekeh di ceruk leherku sambil memelukku semakin erat.

"Nila, kita pasti bisa jalani semuanya bareng-bareng" pungkas kak Seungwoo entah sudah keberapa kali.

Dia sepertinya takut kalo aku akan menyerah. Banyak yang sudah terjadi dan dia mungkin belum menemukan sisi dewasaku.

Tapi aku juga seorang ibu, aku akan melakukan apapun buat Dipya.

"Pasti, kak. Kita harus bisa" ujarku sambil mengelus lengannya yang ada dibahuku.

Semua akan jadi lebih baik kalo dilalui bersama.

"Wah, adek bayi" seru Dongpyo yang baru saja masuk ke ruang inapku. Anak itu tersenyum sambil berlarian ke arah tempat  tidurku.

"Jangan lari-lari, sayang! Nanti jatuh" ucapku.

Kak Seungwoo ketawa dan langsung membawa Dongpyo ke dalam gendongannya.

"Pyo boleh megang adeknya?" tanya anak itu polos.

"Boleh, udah cuci tangan belum?"

Dongpyo mengangguk semangat sambil mengulurkan tangannya menyentuh tangan adeknya pelan.

"Halo dek Pya, ini abang" ujar Dongpyo sambil mengelus lengan Dipya.

🏡🏡🏡

'tok tok tok'

Aku yang lagi sibuk makan buah menoleh ke arah pintu yang sedang diketuk.

"Punten ibu negara" ucap Jennie pelan sambil membuka pintu dan masuk disusul Ryujin, Yeri, dan Sakura.

"Lah, lu cuma sendiri la?" tanya Yeri.

"IBU NEGARA GUE TERCINTA" seru Jennie sambil berlari memelukku erat. Bahkan aku belum sempat menjawab pertanyaan Yeri.

"Ah elah, udah tabiat" celetuk Sakura sambil naruh keranjang buah diatas nakas.

"Enak aja!" elak Jennie sambil melepas pelukannya yang dihadiahi gelak tawa dari kami berlima, termasuk Jennie sendiri.

"Gimana? Udah enakan?" tanya Ryujin yang duduk di samping ranjangku sambil menggenggam tanganku.

Aku menghela nafas pelan, "Sudah"

Mereka mengangguk sambil tersenyum, "Syukurlah" sahut Sakura.

Kemudian aku menunduk. Kalo sama mereka, entah kenapa aku tidak bisa menyembunyikan semuanya.

"La," panggil Yeri sambil mengusap bahuku.

"Semuanya tidak berjalan dengan baik-baik saja" ucapku.

Aku bisa merasakan tangan Jennie merangkulku erat.

"Anak gue," lirihku. Tangisku pecah lagi dihadapan mereka.

Jennie bergerak memelukku disusul Yeri, Sakura, dan Ryujin. Pelukan berlima, seperti biasa.

"Iya, la, iya" ujar Jennie sambil mengusap bahuku pelan, "Kami sudah tau" pungkasnya lagi sambil melepas pelukannya.

Tangan Jennie meraih pipiku sambil tersenyum dan sedikit menggoyangkannya, "Udah, jangan sedih sedih lagi. Sekarang bahas yang buat lu bahagia aja" ucapnya.

Aku mengangguk, "Makasih udah pada datang ya?"

"Iya, sama-sama" sahut Ryujin.

"Makasih juga udah kuat lewatin masa kritis, la" ucap Sakura sambil mengusap bahuku lembut.

"Sakura bener! Lu hebat, sosok ibu yang kuat" tambah Yeri.

Aku tersenyum sambil mengedarkan pandangan, menatap mereka satu per satu yang tengah tersenyum, "Gue bersyukur punya kalian"

"Kita udah terikat, kok. Kita sudah saling memiliki satu sama lain" ujar Jennie disusul kekehan.

"Nyai betul!" sahut Yeri lalu tawa kami kembali pecah bersama.

"Oh iya, ini kan jam kerja . Kalian nggak sibuk apa?" tanyaku.

"Butik gue aman la" lapor Jennie.

"Urusan kantor udah ke-handle, kok" Ryujin juga ikut laporan.

"Gue lagi nggak ada jadwal pemotretan" susul Yeri.

"Gue selo sekarang, kan udah jadi orang rumahan" tambah Sakura.

Ryujin merapikan rambutku yang sedikit berantakan, "Tenang! Waktu kita hari ini cuman buat lo"

"Buat ibu negara tercinta, jangan sedih sedih lagi ya?" ucap Yeri.

Aku tertawa sambil mengangkat kedua jempolku, " Sip, sekali lagi makasih ya"

●●●

🖤🖤🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖤🖤🖤

Madre, SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang