Part 11. Strugle

1.1K 106 3
                                    

*****

Hinata sedang mencari umbi dan jamur di hutan ditemani Konohamaru saat mendengar suara derap kuda di kejauhan. Hinata langsung menduga bahwa orang-orang berkuda itu adalah prajurit gerombolan Awan Merah yang selama ini selalu mencari dan memburu keberadaan para siswa Akademi Hyuga.

" Konohamaru! Naiklah ke pohon itu! Lihatlah siapa orang-orang berkuda itu? " teriak Hinata.

" Baik Putri. "

Konohamaru segera memanjat pohon dengan cepat. Dia mengedarkan pandangannya dan terkejut saat melihat ada puluhan orang yang memakai jubah Awan Merah dengan menggunakan kuda.

" Itu mereka, Putri! Mereka pasukan Awan Merah! " teriak Konohamaru dengan panik.

" Cepat turun, Maru! Kita Harus segera kembali dan memperingati yang lain! Ayo cepat! " teriak Hinata yang tidak kalah paniknya.

Hinata dan Konohamaru segera berlari menuju gua tempat siswa Akademi tinggal. Namun kecepatan lari mereka kalah dengan kecepatan kuda pasukan Awan Merah. Saat mereka sampai di gua, pasukan berjubah itu sudah menyerang siswa dan beberapa pembimbing yang sedang berada di gua. Mereka tampak kewalahan melawan puluhan pasukan Awan Merah itu.

TRANG! TRANG! WET! Dentingan pedang yang beradu terdengar di tempat itu saat saat pasukan Awan Merah menyerang para siswa itu dengan membabi buta. Hinata yang melihat semua itu merasa tidak tega membiarkan para siswa itu yang mulai terdesak. Bahkan beberapa dari mereka sudah terluka.

" Konohamaru! Cepat lari! Aku akan menolong mereka! " teriak Hinata.

Hinata segera menghunus pedangnya lalu menyerang para pasukan Awan Merah itu. Dia hanya berpikir untuk menolong para siswa itu. Dia bahkan tidak mempedulikan keadaannya yang sedang hamil besar. Hal itu membuat Konohamaru tidak tega meninggalkan Hinata seperti perintah wanita muda itu. Konohamaru ikut menghunus pedangnya dan ikut maju menyerang.

" Aku tidak mau jadi pengecut yang lari meninggalkan seorang wanita hamil, Putri. Aku akan bertarung bersamamu! " teriak Konohamaru sambil menerjang satu orang yang mencoba menyerang Hinata dari belakang.

" Terima kasih, Maru. Kita hanya harus bertahan sampai Ayah dan siswa yang sedang berburu kembali. " jawab Hinata sambil terus menyerang dengan pedangnya.

Tapi bertahan dari serangan pasukan Awan Merah tidak semudah yang dikatakan. Hinata memang ahli pedang yang kemampuannya tidak jauh dari Neji. Tapi kini gerakannya menjadi sedikit lamban karena keadaannya yang sedang hamil. Tapi Hinata bisa menahan serangan orang-orang Awan Merah itu. Wanita muda itu juga balas menyerang dan melukai lawan dengan pedangnya. Namun orang-orang berjubah hitam itu terus menyerang meski telah mendapat luka. Mereka seperti boneka kayu yang seakan tidak punya perasaan dan tidak bisa merasakan sakit.

" Mereka hanya berhenti saat kepala mereka terpenggal atau tubuh mereka benar-benar hancur. Incar kepala mereka! " salah seorang pembimbing memberi petunjuk sambil menebaskan pedangnya ke arah musuh di depannya.

Hinata yang berhati lembut tentu tidak tega menyerang mereka sekejam itu. Meski mereka terlihat tidak berperasaan, tapi mereka tetaplah berbentuk manusia. Namun demi mempertahankan diri, mau tidak mau Hinata harus melakukan serangan yang dirasanya terlalu kejam pada orang-orang berjubah Awan Merah itu. Saat Hinata berhasil memenggal salah satu dari pasukan itu, Hinata merasa sangat kaget melihat darah menyembur dari leher yang terputus itu.

" Ya Dewa! " pekik Hinata kaget.

Darah orang itu mengenai sebagian wajah dan pakaian Hinata. Bau anyir tercium membuat Hinata seketika mual dan perutnya serasa bergolak.

Your PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang