follow, jangan?

470 75 10
                                    

"Oh, jadi tipe lo yang seperti gue?"

Saat itu juga rasanya gue mau menghilang aja dari peradaban.

.
.
.

"Bercanda." Ucap cowok itu seperkiandetik berikutnya.

Gue masih mematung, masih malu untuk menampakkan wajah gue di hadapan Seo.

"Gue kesono dulu, Ron. Da!" Ucapnya lagi sambil memutar badannya untuk berbalik arah menuju kursi di belakang gue. Aron si kampret tiba-tiba justru memanggilnya lagi, baru aja gue mau nafas lega. Ah emang dasar kampret!

"Gabung disini aja, Seo. Lagian lo sendirian disana."

"Seo?" Dari ekor mata gue, dapat gue lihat secara samar bahwa cowok itu mengerutkan dahinya, bingung barangkali.

"Seo siapa?" Tanyanya lagi.

Gue terdiam.
Aron ikut-ikutan.
Seola juga.

Dan kemudian, gue auto nepuk jidat!

"Astaga!" Seru gue tertahan. Gue kemudian menarik kedua lengan Aron dan Seola untuk mendekat ke arah gue.

"Seo itu kan nama panggilan gue buat dia! Napa lu sebutin sih, ih dasar goblok!" Gue menggerutu kesal mengomeli Aron yang udah seenak udelnya  nyebut nama panggilan gue buat cowok itu.

"Ya, maaf." Ucap Aron dengan tampang gak merasa bersalah sama sekali.

"Gue salah sebut. HAHAHA!" Ucap Aron dengan ketawanya yang kikuk. Dalem hati gue cuma bisa menggerutu lagi dan lagi. Ga lucu!

"Sini, Dhit. Gabung bareng kita. Tenang kok ini dua cewek udah pada jinak, hehe."

Sumpah pengen gue sumpel mulutnya!

Gue melirik sekilas ke arah Seo, dia terlihat berpikir dan bingung. Sebenernya, gue sih ga masalah ya kalau dia mau gabung barengan gue atau engga. Walau sejujurnya gue lebih pengen dia menyingkir dulu untuk sementara dari sini. Karena gue udah malu banget astaga!

"Yaudah gue bareng kalian."

Anjrit!

Seo menarik kursi di sebelah gue, setelah itu dengan santainya dia ngobrol ngalor ngidul dengan Aron, seolah gak peka kalau ada cewek disebelahnya yang gak bisa mengkondisikan hati dan pikirannya.

Gue menghela nafas sebal, cukup nyaring sehingga tanpa sengaja membuat Seo auto noleh kearah gue. Untuk sedetik, mata gue dan Seo kembali beradu pandang. Dan hal itu bikin gue semakin ga karuan.

"Lo, sakit?" Tanyanya tiba-tiba. Gue menggeleng cepat. Enak aja! Gue sehat!

Mendapat gelengan dari gue, awalnya gue pikir Seo akan kembali bertanya, tapi ternyata,

"Oh."

Cowok itu hanya ber-oh ria. Lalu kembali ask ngobrol dengan Aron dan Seola.

Gatau ini emang udah nasib gue atau gimana, tapi kayanya gue emang cocok banget jadi obat nyamuk. Udah kebal dengan jadi obat nyamuknya Aron dan Seola, sekarang gue pun lagi-lagi tetap menjadi obat nyamuk di obrolan mereka bertiga. Hft.

"Noh, si Bona, jomblo karatan. Sekalinya deket sama cowok malah ditinggalin." Suara nyebelin Aron mengudara, membuat lamunan gue buyar.

EH APAAN NIH?!

"Ha? Apaan si?" Ucap gue gak mengerti.

"Ya lo kan jomblo, temen gue si Ardhito ini juga jomblo. Its good for making relation, if you guys want. Hahaha."

Dan saat itu juga, gue ngelemparin sisa kulit kacang ke arah Aron.

______________________

be my home.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang