Fix!

333 46 6
                                    

Kalimat demi kalimat terlontar bebas dari mulut gue dan Seo. Saling bercerita apa saja, rasanya bahkan tidak ada lagi rasa canggung yang kerap mendominasi. Sedikit banyak gue menyadari bahwa kepribadian, kesukaan, bahkan hobi-hobi yang kita miliki, jauh berbeda bagai langit dan bulan. Namun, bukan menimbulkan pertengkaran, justru perbedaan itu yang membuat semuanya terasa lucu. Aneh, tapi gue suka dengan segala keanehan ini.

Contoh kecilnya adalah, bagaimana cara kita memakan semangkok bubur ayam ini. Gue pribadi adalah seorang yang memiliki indra pengecap yang cukup sensitif. Gue gabisa hanya memakan satu rasa saja, oleh karena itu, untuk menghabiskan semangkok bubur ayam ini, gue harus mengaduknya hingga terbentuklah paduan rasa yang nikmat. Dan lagi lagi, semesta sepertinya sengaja mempertemukan gue dengan orang yang bertolak belakang hingga 180° ini. Ya, Seo adalah tim bubur gak diaduk.

Maka setelah mengetahui bagaimana cara gue menyantap bubur, Seo lantas melontarkan berbagai pernyataan tak menyangka yang buat gue sedikit sebal namun lucu.

"Bener- bener ga habis pikir gue sama kaum bubur diaduk kaya lo ini." Cercahnya dengan wajah yang sangat amat menyebalkan. HHH

"Emangnya kenapa si? Gada yang salah juga. Toh bubur kodratnya ya dimakan." Balas gue gak terima.

"Tapi, Bona, dengan lo mengaduk-aduk bubur kaya gini tuh ngilangin esensi dari penampilan si bubur. Kasian itu abangnya udah cape cape nata bubur jadi cakep, malah lu aduk."

Astaga, baru satu jam bareng Seo kayanya darah gue mengalirnya udah kaya roller coaster deh.

"Timbang makan doang loh ini, bawel banget sih Seo ih!!! Kesel!"

Kalimat sebal gue itu, dibalas Seo dengan ketawa ngakaknya yang semakin menyebalkan.

"Baper, dih!" Ucapnya seenak jidat sambil mengacak rambut gue.

YA TUHAN!!

Namun, belum sempat gue melontarkan kalimat kalimat yang sarat akan kekesalan kepadanya, Seo sudah sigap merapikan rambut gue.

Jemarinya yang panjang namun putih itu dengan telaten membetulkan rambut gue yang acak-acakan akibat ulahnya.

"Maaf ya, jangan sebel gitu dong wajahnya. Ayo diabisin makanannya, habis ini kan kita masih harus berpetualang." Ucap Seo dengan diakhiri senyum tipis yang membuat gue sedikit terpana.

Setelah itu, gue kembali fokus dengan bubur yang ada di depan sembari pikiran gue melayang terbang entah kemana aja.

***

"Terus sekarang mau kemana?" Tanya gue kepada Seo.

Saat ini jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, dan berhubung ini adalah hari libur, jalanan utama pasti masih digunakan untuk kegiatan car free day.

"Na, bensin motor lo banyak, kan?"

Gue mengangguk.

"Yaudah ayo jalan."

"Hah, kemana?"

"Kemana aja, yang penting kan berdua."

Mengakhiri kalimat tersebut, Seo menampilkan senyum awkward namun lucu diwajahnya. Sontak saja gue tertawa terbahak-bahak melihat ekspresinya yang seperti itu.

Kali ini gue gak banyak protes melainkan langsung melajukan motor dengan memboncengi Seo tanpa tau arah dan tujuan.

"Gue boleh nanya sesuatu ga?" Ucap Seo dengan nada bicara normal. Kali ini, gue melajukan motor dengan kecepatan sedang. Terlebih, jalanan masih cukup lengang dan matahari juga belum terlalu terik.

be my home.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang