"Arini, ayo pulang! Kamu nggak lembur 'kan?"
Arini menoleh kala menyadari temannya, yaitu Ditha mengajaknya pulang. Ia menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 5 sore tepat, yang berarti pegawai yang tidak lembur diizinkan pulang. Tapi Arini tidak mau langsung pulang, masih ada yang harus ia lakukan.
"Duluan aja, Tha!" seru Arini.
Ditha mengangguk mengerti, lalu beranjak meninggalkan Arini yang masih bergelut dengan ponselnya. Jarinya tak henti menggulir gambar-gambar yang terpampang di layar ponselnya. Matanya bergerak meneliti barang yang ia cari.
Bukan tanpa alasan Arini melakukan ini. Pasalnya, minggu depan ibunya akan berulang tahun. Dan ia sedang memilah-milah barang yang diinginkan ibunya untuk dibeli. Jangan tanya dari mana Arini tahu sekarang ibunya menginginkan apa. Ia masih ingat betul ibunya menyebutkan bahwa beliau menginginkan gamis berwarna hitam untuk pengajian 3 bulan yang lalu, namun Arini belum sempat membelikannya. Niatnya, Ia akan membelikan gamis itu di hari ulang tahun ibunya, meskipun Arini yakin jika ibunya lupa bahwa dulu beliau sempat meminta gamis padanya.
Arini memiliki ingatan yang baik dan awet, maka jangan ditanya kedetailannya dirinya saat mengingat sesuatu. Ia menganggap hal itu sebagai anugrah, agar dia tidak mudah melupakan kenangan manis yang ada di hidupnya.
Ia tersenyum puas kala berhasil menemukan gamis yang cocok untuk ibunya. Lantas ia segera memilih barang itu dan melakukan online payment. Seminggu lagi pasti barangnya akan sampai. Selepas itu Arini bersiap untuk pulang dari kantornya, namun ada pesan singkat dari adiknya yaitu Kamal, yang membuatnya tertegun sesaat.
Kamal
| kak, dirumah kok ramai. ada apa?Arini
gak tau dek |
kakak belum sampai rumah |
Lalu ada balasan pesan singkat dari adiknya yang mampu membuat jantungnya berhenti berdetak dan nafasnya sesak.Kamal
| kak, ibu udah ga ada
| ibu udah meninggal* * *
Benar saja ucapan Kamal, rumahnya kini sangat ramai dipadati oleh tetangga dan kerabat dekat. Tapi Arini belum mau percaya berita yang disampaikan adiknya sebelum ia memastikan sendiri. Ia berusaha menerobos orang-orang yang berkerumun di depan pintu rumahnya, meminta jalan agar dia bisa masuk ke dalam rumahnya sendiri. Setelah ia berhasil masuk, Arini tersentak saat tangannya ditarik oleh seseorang.
Ayahnya.
"Arini, ibu kamu udah gak ada." ucap ayahnya pelan.
Arini mengangguk, ternyata memang benar. Ibunya telah kembali ke pangkuan ilahi. Tak mungkin ayahnya rela kemari jika ibunya baik-baik saja. Dan jika Ibunya masih hidup, mungkin sekarang ayahnya sudah diusir dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arini's Story : Jogjakarta
Fanfic▶ bagaimana kehidupan Arini dan Kamal setelah ibu tercinta mereka pergi untuk selama-lamanya? ft yoongi, wendy, hueningkai, yuna #FanfictionLokal © snowablue, september 2019