x. | rindu di ujung malam

245 62 27
                                    

Setelah puas saling menumpahkan gundah gulana satu sama lain, Arini dan Kamal akhirnya memulai sesi saling memberi saran dan nasihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah puas saling menumpahkan gundah gulana satu sama lain, Arini dan Kamal akhirnya memulai sesi saling memberi saran dan nasihat. Bulan hanya menyimak sambil mengunyah bakpia kesukaannya.

"Harusnya kak Arini lebih berani nolak tawarannya Mas Cahyo. Daripada kak Arini jadi bahan omongan sekantor? Mbak Arini pasti bisa nolak walau dia bosnya kakak," Kamal menyampaikan pendapatnya.

Arini mengangguk. "Nanti kakak coba,"

"Kalau saran buat Kamal apa?" lelaki gantian meminta pendapat Arini.

"Lebih baik Kamal tanya langsung ke Yuna. Siapa tahu dulu dia suka membully, tapi sekarang sikapnya sudah lebih baik. Atau bisa jadi berita itu nggak bener." Arini angkat bicara.

Arini dan Kamal saling menatap satu sama lain, lalu melempar senyum. Mereka berdua sangat senang dapat berbagi masalah dan menyelesaikan bersama. Itu gunanya keluarga 'kan?

Bulan yang mulai paham arah pembicaraan kakak-beradik ini hanya senyum saja melihat mereka. "Ealah, ndang turu kono! Do leren wae," (oh, tidur sana! istirahat aja).

Arini dan Kamal mengangguk menurut. Mereka memang sudah mengantuk, mereka pun memilih untuk masuk ke dalam kamar mereka masing-masing dan membersihkan diri agar dapat tidur segera.

* * *

Orang terdahulu mengatakan jika hidup adalah pilihan. Alur hidupmu tergantung dengan keputusan pilihanmu. Dan Arini percaya dengan pepatah itu. Jika suatu masalah terjadi, pasti diakibatkan tindakan yang ia pilih itu salah.

Arini tengah merenungkan hal itu. Apakah salah ia tidak bisa menolak perhatian Cahyo dan menyebabkan rekan sekantor berpikiran buruk padanya? Padahal ia tidak ada niat untuk merusak hubungan antara Cahyo dan Mawar. Ia hanya ingin menghargai kebaikan bosnya meskipun terkesan berlebihan.

Kalimat yang Cahyo lontarkan beberapa waktu yang lalu masih terngiang-ngiang di pikiran Arini. Cahyo berkata jika Arini lebih penting dibandingkan Mawar. Tentu saja hal itu menyebabkan perempuan itu jadi kebingungan. Jelas-jelas jika Mawar adalah tunangannya dan Arini hanyalah pegawai baru.

Baiklah, daripada terlalu berlarut memikirkan masalah itu, lebih baik Arini istirahat saja. Semoga besok ia bisa menghindar atau menjauh dari Cahyo demi menghindari prasangka buruk rekan kantornya.

Tapi masalahnya, mata Arini tidak dapat terpejam. Sepertinya malam ini ia menghadapi insomnia. Padahal Arini sudah merasa lelah hari ini dan ingin segera tertidur. Sudah menjadi kebiasaannya jika ia sedang ada masalah maka ia akan sulit tidur.

Akhirnya ia memilih untuk membuka notifikasi di ponselnya. Siapa tahu setelah memainkan ponselnya, ia akan mengantuk. Ternyata, ada beberapa pesan yang belum sempat ia baca dan balas. Salah satunya adalah pesan dari Arkan.

Arini's Story : JogjakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang