Setelah Mawar sadarkan diri dan kondisinya membaik, Arini buru-buru bergegas pulang sebelum ia berpapasan dengan Cahyo. Semenjak Yeri menegurnya, ia jadi merasa tidak enak dengan Mawar dan Cahyo. Arini seakan menganggu hubungan mereka.
"Aku pamit ya!" ujar Arini sambil melambaikan tangan.
Yeri dan Kiara mengangguk mengiyakan sambil membalas lambaian tangan Arini, sedangkan Mawar hanya tersenyum.
Arini berlari kecil menuju ke lift dan menekan tombol turun. Dalam hati ia berdoa agar tidak bertemu dengan Cahyo disini. Semoga saja pria itu memakai lift lain dan bukan lift ini.
Ting!
Pintu lift terbuka, Arini mengintip ke dalam lalu menghembuskan nafasnya dengan lega ketika melihat liftnya kosong. Cepat-cepat ia masuk ke lift dan menekan tombol lantai 1 dan tombol menutup pintu.
Bukannya Arini tidak suka pada Cahyo, tapi ia hanya menjaga diri dari pria yang sudah berkomitmen dengan wanita lain. Ia takut dituduh merusak hubungan orang lain. Apalagi setelah sikap Cahyo yang seakan memprioritaskan Arini dibanding Mawar.
Arini masih sangat ingat kala ia pertama kali diantar pulang oleh Cahyo. Sebelum mengantarnya, pria itu menelpon Mawar dan menyuruh perempuan itu pulang sendiri demi mengantar Arini.
Lalu tadi pagi, dia merasa tidak enak pada Mawar karena Cahyo menyuruhnya duduk di jok mobil belakang sedangkan Arini duduk di jok samping Cahyo.
Tentu saja Arini merasa bersalah dan juga bingung. Kenapa Cahyo memperlakukan Mawar dengan sepele? Padahal mereka 'kan sudah bertunangan?
Apa seperti yang di cerita-cerita wattpad ya? Mereka bertunangan karena terpaksa? Atau ada alasan lain?
Pintu lift terbuka, Arini segera menghentikan kegiatan melamunnya dan keluar dari lift itu. Tapi alangkah terkejutnya ia saat ada seseorang berdiri menghadang jalannya.
"Mas Cahyo?" panggil Arini.
"Kamu mau pulang? Aku anter," tanya Cahyo sambil merogoh kantung celananya, mungkin mencari kunci mobilnya.
Arini buru-buru menyela kegiatan Cahyo. "Mawar udah sadar lho mas, sekarang dia lagi nungguin kamu."
Cahyo menatap Arini yang memasang ekspresi canggung menolak, lalu mengambil kunci mobilnya dan berbalik badan berjalan menuju parkiran. "Gapapa. Nganter kamu dulu abis itu kesini lagi,"
Arini menggelengkan kepala dan menyusul pria itu. "Duh mas, kasian Mawar lho." ia berusaha menolak tawaran Cahyo dengan halus.
Namun Cahyo tetap bersikeras untuk mengantar Arini pulang. "Lebih penting kamu daripada dia,"
Arini mengerjap-ngerjapkan matanya kaget. Wah, Mawar yang jelas-jelas tunangannya itu tidak dianggap penting oleh Cahyo? Sedangkan Arini yang bukan siapa-siapanya lebih penting?
"Mawar itu tunangan kamu lho, Mas Cahyo. Masa nggak penting?" tanya Arini yang sedetik kemudian ia menyesal telah bertanya begitu.
Lancang sekali mulutku, batin Arini.
Cahyo diam saja, lalu membukakan pintu mobil untuk Arini. Perempuan itu masuk dengan canggung. Arini jadi tidak enak bertanya seperti itu pada Cahyo. Ingin minta maaf, tapi malu.
"Maaf mas," cicit Arini pelan.
Cahyo mengangguk, lalu menyalakan mobilnya dan mengendarainya keluar dari rumah sakit. Suasana di dalam mobil sangat kaku, Arini masih merasa canggung pada Cahyo.
"Makan siang dulu yuk? Nanti yang di rumah sakit biar kubungkusin," ajak Cahyo.
Arini mengangguk ragu. Mana bisa ia menolak di keadaan seperti ini. Nanti malah tambah canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arini's Story : Jogjakarta
Fanfic▶ bagaimana kehidupan Arini dan Kamal setelah ibu tercinta mereka pergi untuk selama-lamanya? ft yoongi, wendy, hueningkai, yuna #FanfictionLokal © snowablue, september 2019