KETAHUAN?🍀

2.6K 252 12
                                    

"Gue bilang ganti baju lo,"

Vela tersadar, matanya menoleh pada sosok tinggi di hadapannya, tangan laki-laki itu terulur membuka lemari pakaian, mencari kaos hitam dan memakainya.

"Kamu mau makan?" Vela membuka suara.

"Ganti baju lo dulu gue bilang, dari tadi masih pakai seragam sekolah."

Vela tersenyum mengangguk akan balasan Austin, kaki mulusnya melangkah menuju kamar mandi yang terletak di sisi kamar, sambil membawa pakaian ganti, untuk menggantinya di dalam sana.

Vela berjalan, membuka keran air, membasuh muka dan menanggalkan semua pakaian dan mengganti dengan pakaian santai. Tak mau berlama-lama, gadis itu langsung keluar dari kamar mandi, melihat seisi kamar yang sudah kosong, mungkin Austin sudah keluar lebih dulu.

.
.

Tangan laki-laki itu langsung menyambar makanan di hadapannya, duduk di atas kursi dan mengambil air putih dan di minum dengan sekali sentakan.

"Austin, Velanya mana?" Tanya Lina, saat tak melihat menantunya itu tak turun bersama Austin.

"Lagi mandi," ucapnya masih dengan mulut yang berisi makanan.

Lina duduk di depan anaknya, menatap heran kelakuan Austin yang sedikit aneh, tak biasanya anak ini makan dengan lahap seperti ini. Matanya tertuju pada sosok perempuan yang baru saja turun dari arah atas, bibir Lina tersenyum menyambut kedatangan Vela yang di sambut Vela dengan ramah pula.

Vela duduk di samping Austin, mengambil makanan dan langsung memakannya, matanya sesekali melirik kearah samping lalu tersenyum melihat Austin makan dengan lahap, sungguh lucu di mata Vela.

"Aku selesai, aku ke kamar dulu Ma, Vel."

Austin beranjak dari kursi, menaiki tangga, memasuki kamarnya kembali. Vela seakan melihat perubahan dalam diri Austin, bukan kah mereka baru saja bertemu dan Austin sudah seperti ini, bagaimana nasibnya seterusnya.

Vela segera berpamitan pada Lina dan Nolan, berlari kecil menuju kamar melihat laki-laki itu telah merebahkan diri di atas tempat tidur, langkahnya terhenti di depan meja rias, duduk tanpa melakukan apapun, matanya tak bisa luput dari seseorang yang telah memejamkan matanya itu.

"Gak mau tidur?" Austin membuka matanya, melihat Vela yang masih duduk, bergerak bangkit dan menarik tangan Vela untuk tidur bersamanya, gadis itu seakan pasrah oleh tarikan Austin, membawanya ketempat tidur, berbaring dengan berhadapan, sungguh apakah saat-saat seperti ini akan terus di rasakannya nanti, pikirnya.

"Lo kenapa? Kok diem aja?" Tanya Austin.

"Enggak kok, gak apa-apa, aku cuman capek aja."

Mata Austin terbuka, menampakkan gadis cantik polos itu yang tengah memperhatikannya, tangannya bergerak naik mengusap pipi tembem Vela, mengusap kepala itu pelan namun pasti.

"Lo marah sama gue?"

Vela terkesiap mendengar perkataan Austin, kepalanya menengadah menatap wajah Austin yang terlihat mengantuk, ingin sekali Vela menyentuh mata indah itu.

"Enggak," ucap Vela singkat.

Vela tak mendengar perkataan lagi dari mulut Austin, yang ia rasakan adalah pergerakan di tubuhnya, tangan lelaki yang telah bertengger sempurna di pinggang rampingnya dan sebuah kepala telah masuk kedalam ceruk leher Vela.

Vela menghela nafas, tangannya mengelus punggung Austin, memberi kehangatan lewat usapan dan membantu lelaki Bermarga Demeter tersebut menjemput alam mimpi, Vela sekarang seperti sedang menidurkan bayi besarnya saja.

Vela tersenyum, dahinya mengernyit saat merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh kulit lehernya, ia mengangkat tangan kanannya membawanya menuju kepala yang sedari tadi masih berada di atas leher putihnya.

"Austin, kamu ngapain sih?" Tanya Vela, lagi-lagi merasakan bibir Austin menjelajah kulit lehernya.

"Jangan marah sama gue,"

Bisikan lirih yang membuat Vela langsung mematung, matanya mengerjap menyeimbangkan degub jantung yang terdengar berirama.

"Jangan tinggalin gue,"

Vela masih diam, ia ingin mendengarkan lagi penuturan laki-laki dalam pelukannya ini, dia bingung, dia seperti orang yang menghalangi kebahagiaan Austin dengan gadis yang mungkin sangat di cintainya.

"Kalau kamu yang memilih pergi dari aku gimana?" Tanya Vela sedikit berani.

"Gue masih belum bisa mastiin, tapi tolong, Vel. Jangan pergi dari gue, entah kenapa naluri gue seakan bilang lo bakalan pergi dari gue, dan gue gak mau itu terjadi." Ucap Austin semakin lirih.

.
.

Hari ini hari minggu, hari merdekanya bagi semua murid di seluruh dunia.

Vela baru saja selesai mandi, ia mengambil baju dan segera turun untuk membantu Bibi Lina membuat sarapan, meninggalkan Austin yang masih tidur dengan lelap di atas ranjang mereka berdua.

Kakinya melangkah menuju dapur, dengan rambut yang di kepang rapi dia mulai menata seluruh piring di meja makan, membantu menyiapkan masakan yang belum matang, dan juga membuatkan segelas susu, teh serta kopi untuk yang lain. Tangan lihainya mengaduk sup dan menuangkannya ke dalam mangkok kosong, membawa mangkok tersebut keatas meja.

"Austin belum bangun?"

"Iya Ma,"

Vela berniat ingin membangunkan Austin serta Nolan, namun tangan Bibi Lina menariknya seakan berkata biarkan saja, Vela tersenyum dan duduk di atas meja makan.

.
.

Hening, Vela terduduk di atas sofa ruang tamu lalu membuka Tv dan menonton acara yang tengah berlangsung, hari minggu seharusnya keluarga akan berkumpul, tapi sekarang semua orang tengah keluar, Ayah Austin yang bekerja serta Bibi Lina yang membawa Nolan ke Mall, anak itu selalu merengek meminta di belikan sepatu baru, alhasil Bibi Lina pasrah dan menurut sedangkan Austin masih tertidur di dalam kamar.

Vela bosan, tak ada satupun siaran Tv yang menurutnya seru saat ini, ia membuka ponsel, Sera bahkan tak ada menghubunginya sama sekali, pasti gadis itu juga masih tidur, sudah bisa di tebak Sera tak mungkin tidak membalas pesannya kalau gadis itu tidak sedang tidur.

Ketukan pintu berbunyi, Vela menoleh kearah pintu utama, siapa yang bertamu di hari minggu? Bagaimana kalau teman Bibi Lina, dia sedang pergi keluar sekarang, Vela mencoba berjalan pelan, membuka gagang pintu dan menemukan seorang gadis di depan pintu.

Matanya membulat, bagaimana gadis ini tau rumah Austin, Apakah mereka telah memiliki hubungan dari lama.

"Vela? Kamu tinggal di sini?" Ucap gadis itu.

Vela gelagapan, apa yang harus ia lakukan sekarang, dan untuk apa sih gadis ini berada disini? Dari mana juga dia tahu alamat rumah Austin.

"Atau aku salah alamat, ini rumah Austin, bukan?"

"Ah Tania, enggak kok, kamu enggak salah, ini iya-ini rumah Austin."

"Tapi kok, kamu di sini?"

Vela bingung, kalau tau begini dia pura-pura tak mendengar ketukan pintu saja tadi, ah sial.

"Aku anu, aku di minta Bibi Lina untuk menunggu rumah ini selagi dia pergi,"

"Menunggu? Bukannya ada satpam di luar sana?"

"Apa alasan yang harus aku ucapkan padanya? Ah, kenapa dia bisa kesini, sih."
.
.
Tbc.
Maaf typo yaa.
Maaf ya kurang menarik, ide ku belum mengalir sempurna di cerita ini....

YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang