Setelah cukup lama Vela berdebat secara halus dengan Bibi Lina, Vela mau tak mau akhirnya mengalah dari wanita paruh baya itu. Bagaimana tidak, perkataan seperti "Vela please tante gak ada temen dirumah, anak tante mana ada yang mau nemenin tante kerjaannya berdua tuh main mulu, tante juga pengen ngerasain punya anak perempuan dan blablabla..... " ya begitulah.
Vela sudah memindahkan baju-baju ke kamar barunya, kamar yang cukup luas atau bahkan kamar ini sangat luas dari kamarnya dirumah. Setelah selesai berkemas dan membersihkan diri, gadis dengan kulit seputih susu itu merebahkan dirinya diatas ranjang, memejamkan matanya sebentar.
Ranjang ini begitu nyaman untuknya, ranjang dengan ukuran Queen size yang cukup untuk membantunya merelaksasi badan saat seharian tak istirahat.
Vela lupa besok dia harus sekolah, gadis itu belum sama sekali merapikan buku yang akan dia bawa, ia langsung bangkit dari ranjang dan mempersiapkan peralatan sekolah sesekali membuka buku, mungkin saja ada pekerjaan rumah yang belum dia kerjaan. Dan benar, tugas sejarah belum dikerjakan.
Vela mengambil buku paket dan buku catatan untuk mengerjakannya, mana bolpoinnya tertinggal semua hanya ada satu dan itupun dia tak sengaja menemukannya di atas meja belajar, mungkin milik Austin atau Nolan pikirnya
Vela telah mengerjakan setengah tugasnya dan ternyata cukup mudah, setelah selang beberapa menit tinggal satu soal lagi yang harus dia kerjakan, tapi kesialan menimpanya karena isi tinta bolpoinnya habis.
"Kenapa bisa habis sih, tinggal satu soal lagi ini," racau Vela kesal.
Bagaimana kalau dia pinjam sebentar pada Nolan saja, oke ide yang bagus Vela.
Vela keluar dari kamar mencari kamar Nolan yang memang tak jauh dari kamarnya, dia mengetuk pintu itu beberapa kali, namun tak ada siapapun yang keluar dari dalam. Vela melihat Bibi Lina di depan dan mencoba menanyakannya.
"Emm Tante, Nolan nya kemana? Aku coba ngetuk pintu kamarnya gak ada respon sama sekali," tanya Vela sopan.
"Oh itu, dia baru saja keluar, barusan ada temannya menjemput, katanya ada kerja kelompok,"
"Memang ada apa Vela?" Tanya Lina lagi.
"Ehmm, aku mau pinjam pena tante, soalnya punya aku tintanya habis."
"Loh pinjam ke Austin aja sana dia ada di kamarnya kok, tumben sekali anak itu gak keluar malam ini,"
"Tapi kayanya gak usah deh, aku beli aja sebentar."
"Jangan, pinjam aja dulu disini supermarket jauh."
"Iya deh Tante" jawab Vela terpaksa.
Vela melangkah menuju kamar laki-laki bermarga Demeter itu, dengan gemetar gadis itu mengetuk pintu dengan perlahan, Vela cukup takut kejadian sebelumnya terulang lagi, tapi bagaimana pun dia perlu alat tulis itu sekarang juga.
Vela mengetuk pintu kamar Austin beberapa kali namun tak ada sahutan, tapi setelahnya dia merasakan ada suara seseorang laki-laki dari dalam kamar menyuruhnya masuk, Vela membuka perlahan dan melihat seorang pemuda yang hanya memakai kaos putih polos serta celana pendek.
"Apa?" Tanya Austin datar.
"Mau pinjem pena, boleh?" jawab Vela takut-takut.
Austin bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan kearah laci dan mengambil dua benda panjang kecil itu, tangannya melambai menyuruh Vela mendekat, mau tak mau gadis itu mendekat.
"Makasih ya, nanti aku ganti."
Vela membalikkan badannya hendak keluar dari kamar Austin, namun sebuah tangan lagi-lagi menghentikan langkahnya, pikirannya sudah was-was.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU
Teen FictionEND "Lo mau tau apa maksud gue nyium lo di depan umum?...... Karena gue pengen milikin lo seutuhnya." . . Hanya cerita gadis biasa dan laki-laki teramat sempurna. Namun di balik kata sempurna, tersimpan satu rahasia tak terduga dalam dirinya. Lalu...