Warning.... adek-adek yang merasa polos jangan mendekat yaaaa. 😂
.
.Laki-laki tegap dengan setelan jaket biru melangkah cepat membawa gadis cantik itu ke dalam kamar, mengunci pintu dan langsung membawanya ke atas ranjang, menindih dan mengunci pergerakan gadis yang telah berada di bawah kukungannya.
Ia tak gentar saat melihat air mata terus mengalir dari pelupuk mata Vela, mata tajam itu menusuk seperti belati pada mata sayu sang gadis di bawahnya.
"Lepasin!" ujar Vela mencoba mendorong tubuh Austin agar menjauh darinya, namun kekuatannya tak sanggup sama sekali mengalihkan barang sedikitpun badan besar di atasnya.
"Kali ini jangan membantah."
Austin langsung meraup bibir ranum itu dengan tergesa, bahkan mata Vela membulat merasakan perlakuan kasar yang di dapatnya dari Austin, Vela tak bisa bernafas dengan benar, bibir itu seakan mengambil celah oksigen yang ia hirup.
Tangan mungil Vela lagi-lagi mendorong, memukul kasar dada bidang lelaki itu, dia tak tahan, apapun yang akan terjadi dia tak perduli, dia harus segera mendorong tubuh Austin sekarang juga.
Austin bahkan tak menggubris sama sekali pukulan serta dorongan yang ia dapat, ia benar-benar telah terbawa emosi, nafsu serta keegoisannya untuk segera menjadikan perempuan di hadapannya menjadi miliknya seutuhnya.
Ciuman Austin berganti menuruni leher jenjang Vela, menghisapnya semakin menjadi saat mendengar suara desahan keluar dari mulut gadisnya.
"Lepaskan Brengsek! AUSTIN KALO KAMU BERANI MACEM-MACEM AKU BAKAL BENCI KAMU SEUMUR HIDUP." Teriak Vela prustasi, ia benar-benar kehabisan tenaga untuk melawan laki-laki ini, pasokan oksigen yang menipis membuatnya lemah, ia tak tau akan seperti apa nantinya.
Austin tak menggubris, ia mengangkat tubuh sesaat, melepaskan pakaian atas hingga tubuhnya yang atletis terlihat di hadapan Vela.
"Jangan! aku bilang jangan mendekat, Austin." Vela sesenggukan mencoba bangkit dan beringsut dari ranjang, Austin tertawa remeh dan setelahnya kembali menindih gadis itu, merobek baju Vela, memperlihatkan dalaman gadis itu di hadapan Austin.
"Jangan pernah ngebantah gue, Yovela Demeter." Austin lagi-lagi mencoba meraup leher istrinya, namun entah kenapa hatinya melemah saat merasakan tangan yang bergetar serta air mata yang turun dari leher gadis itu.
Austin terdiam, mengangkat kepalanya dengan cepat, melihat wajah kusam dan berantakan Vela, entah kenapa hatinya menjadi sakit padahal dia sendiriliah yang memperlakukan Vela seperti ini.
"Maaf, Yovela gue hilang kendali." Ucap Austin pelan tepat di depan mata Vela.
Vela yang mendengar hal itu mencoba membuka mata, memperlihatkan laki-laki itu diam di atas tubuhnya tanpa melanjutkan kegiatan tadi.
"Maaf? Kenapa kamu baru meminta maaf saat aku udah kaya gini? Aku ada salah apa sama kamu? Kalau kamu marah tuh bilang sama aku biar aku paham terus bisa sadar kesalahan aku di mana." Isak Vela menjadi-jadi.
Austin terdiam, dia sadar mungkin hanya terlalu terbawa emosi dan terlalu cemburu akan laki-laki brengsek yang ingin merebut Vela darinya.
"Vela gue benar-benar minta maaf, minta maaf karena mendiami lo, minta maaf karena cemburu sama orang lain yang seenaknya deketin lo sampai-sampai gue gak bisa nahan emosi gue sendiri barang sedikit pun." Asutin menghela nafas, di tariknya tangannya yang tadi bertengger sempurna di pinggang Vela menuju wajah gadis itu, mengelusnya lembut.
"Lo harus tau, gue gak suka lihat yang gue milikin di miliki orang lain juga, gue gak suka, Vela. Dan elo adalah salah satu yang gue miliki, dan gue gak akan pernah ngasih lo sama laki-laki itu dan sama siapapun. Gue minta maaf, gue terbawa emosi, terlalu egois, gue bener-bener minta maaf."
Vela terenyuh mendengar penuturan Austin, jadi selama ini dia mendiaminya karena tak suka melihatnya berdekatan dengan Mario, dia hanya menganggap Mario teman, karena Mario lah yang menolongnya saat dia di perlakukan tidak baik sama Irene beberapa bulan lalu.
"Austin, aku udah maafin kamu dari awal, aku sabar melihat tingkah kamu yang selalu ngediemin aku, tapi perkataan kamu membuat aku sakit."
Austin segera memeluk Vela dengan erat, menghalau rasa sedih yang Vela derita selama beberapa hari terakhir, dia sadar bahwa dia terlalu egois dan mementingkan dirinya sendiri, dia sadar sekarang kalau Vela juga perlu dirinya. Dirinya sebagai seorang Suami yang baik.
Vela melepaskan pelukan Austin dengan perlahan, dilihatnya mata laki-laki itu yang juga ber air. Tapi sungguh, Vela sangat risih seperti ini, sesuatu terus menancap di area perutnya.
"Austin, i... itu, kamu..." ucap Vela tergagap.
"Kenapa, sayang?" Tanya Austin.
"Boleh kamu bangkit dari tubuh..."
Austin tak menggubris perkataan Vela, di lumatnya bibir itu dengan pelan tanpa paksaan serta sebuah kelembutan yang ia kasih, yang entah kenapa membuat Vela terbuai akan sentuhan Austin.
"Boleh gue lanjutin?" Tanya Austin berani.
Vela membulat, pipinya dengan sekejap langsung memerah mendengar perkataan Austin yang seperti itu.
"Tapi aku..."
"Gue akan pelan-pelan, gue janji."
Dan di situlah mereka memulai kegiatan dari awal, dengan kelembutan yang mereka berdua ciptakan, di malam sepi yang akan menjadi saksi bisu kegiatan mereka hari itu.
.
.Gadis itu berjalan melangkah menjauhi pameran malam, baru saja dia menelpon sopirnya untuk menjemput di sini, dia tak mengerti, kenapa Austin setega ini meninggalkannya dan membawa Vela pergi begitu saja. Mario, dengan se enak jidat meninggalkannya juga tanpa sepatah katapun.
"Mereka punya hubungan apa coba? Apa aku aja yang gak tau kalo mereka punya hubungan?" Racau Tania saat dari kejauhan telah melihat mobil jemputannya datang, dia sungguh merasa kesal di tinggal begitu saja sendiri di sini.
Tania membuka pintu mobil setelah mobil itu berhenti di depan matanya, memasuki tempat tumpangan dengan tergesa, membuka ponsel mencari kontak Austin, sudah beberapa kali dia menelpon laki-laki itu, tapi dia tak kunjung mengangkat telponnya, sedang apa mereka memangnya.
Mata Tania tak sengaja melihat sebuah restoran cepat saji, dia berinisiatif kesana karena perutnya juga sangat lapar, gadis itu memerintahkan Sopirnya untuk berhenti sebentar. Setelah mobil terparkir, dia segera memasuki restoran itu dengan cepat.
Matanya melihat sekeliling, ramai sekali. Tak sengaja pandangannya teralih pada sosok Wanita paruh baya yang sedang melahap makanannya, ia tersenyum, melangkahkan kaki ke arah sana dengan bersemangat.
"Tante," ucap Tania.
Orang yang di panggil menoleh, Tania segera duduk sebelum tadi telah meminta izin pada Wanita yang menyandang predikat sebagai Nyonya Demeter itu, Ya, Bibi Lina lah orang yang di lihatnya tadi.
"Kok sendiri aja?" Ucap Lina.
Tania yang memesan makanan pun hanya mengangguk, memesan makanan yang dia suka untuk mengganjal perutnya untuk beberapa saat.
"Tadi sih sama Austin, tapi dia tiba-tiba nyeret Vela buat pulang."
Lina terhenti, di tatapnya mata gadis itu sesaat, sepertinya anaknya menyembunyikan identitas mereka, Lina menggeleng terheran.
"Emang mereka punya hubungan, Tante?" Tanya Tania, sembari memakan makanannya.
Bibi Lina tersenyum, mengangguk menandakan kalau dua orang itu memiliki hubungan, Tania yang melihat terdiam sesaat, matanya membulat, hubungan apa yang mereka jalin sebenarnya.
"Memang hubungan apa Tante?"
"Austin itu Suaminya Vela, Tania."
Sumpit yang di pegang Tania langsung terlepas, matanya membulat menandakan betapa terkejutnya ia sekarang.
"Maksud tante, mereka Suami Isteri?" Gumam Tania tercekat.
"Iya, Nak."
.
.
Tbc
18+ nya gitu aja yaa, aku gak pandai bikin soalnya😂 see you..
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU
Dla nastolatkówEND "Lo mau tau apa maksud gue nyium lo di depan umum?...... Karena gue pengen milikin lo seutuhnya." . . Hanya cerita gadis biasa dan laki-laki teramat sempurna. Namun di balik kata sempurna, tersimpan satu rahasia tak terduga dalam dirinya. Lalu...