Sang pagi telah menyapa. Kegiatan baru akan kembali di mulai, banyak orang telah berlalu lalang serta kendaraan roda empat atau roda dua yang telah berbunyi mengisi kebisingan kota.Vela, selaku murid tingkat akhir sekolah menengah atas itu tengah menunggu laki-laki yang masih sibuk dengan baju seragamnya, mendudukkan diri di bangku sambil mengetukkan sepatu putihnya kelantai Apart, matanya mengelilingi setiap sudut sembari bersenandung pelan melafalkan nyanyian asal di bibirnya.
"Ayo," sebuah sahutan menghilangkan lamunanya, menoleh kearah sumber suara dan tersenyum menyapa.
"Gimana tidurnya? Maaf ya gara-gara aku kamu harus tidur di sofa." Ucap Vela sambil menyamai langkahnya dengan Austin.
"Udah, gak apa-apa. Emang seharusnya laki-laki ngalah sama perempuan." Jawab Austin santai.
Mereka berjalan beriringan menuju mobil yang di parkir cukup jauh dari letak Apartemen, banyak pasang mata yang memandangi pasangan remaja itu dengan kagum, para pasang mata mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih, namun nyatanya perkiraan itu salah besar.
Austin memasuki tempat kemudi di ikuti Vela dengan mendudukkan bokongnya di sebelah Austin, sang lelaki menyalakan mesin dan melajukan mobilnya menuju sekolah tempat mereka menimba ilmu.
.
.Suasana sekolah kembali terlihat oleh Vela, berjalan santai di atas koridor sekolah meninggalkan Austin yang memang sudah lebih dulu pergi entah kemana.
Empat jam dihiasi dengan percakapan seputar pelajaran, waktu bel berbunyi pun terdengar di telinga seluruh siswa dengan nyaring, mengembalikan semangat mereka kembali. Keluar kelas untuk makan atau bahkan untuk sekedar mencari udara segar.
Tepat di atap sekolah, Austin menyendiri bersama ketenangan, merebahkan dirinya di atas meja panjang yang ada di tempat itu, memejamkan mata merasakan semilir angin yang terus menerpa wajahnya dengan lembut.
Pikirannya terus tertuju pada satu masalah, merenung memikirkan masalah yang katanya akan membahayakan dirinya sendiri.
Sungguh Austin tak mengerti, dia tak dapat berpikir apa yang sebenarnya terjadi padanya, kalian bahkan tak akan tau bahwa Ibunya mungkin akan selalu mengawasinya di saat sedang dalam bahaya sekecil kerikil, bahkan Austin sendiripun tak tau apa bahaya itu.
Ia teringat saat Ibunya menangis meraung-raung saat dia masih berada di sekolah menengah pertama, padahal menurut Austin itu cuman luka ringan yang akan sembuh dengan sendirinya.
Austin tersenyum mengingat hal menggemaskan itu, saat dia melihat Ibunya dengan air mata yang tak berhenti mengalir, sungguh lucu di mata Austin.
Austin membuka matanya, menghilangkan ingatan itu, menghilangkan sesuatu bahaya yang selalu di sebut-sebut Ibunya. Dan di saat Austin mulai memasuki bangku sekolah menengah atas, dia mulai mengerti dengan keadaannya sekarang, mencoba bersahabat dengan tubuhnya sendiri merupakan sesuatu hal yang sulit baginya, namun Austin akan selalu mencoba, sampai kapanpun dia akan selalu mencoba.
Tubuh tinggi itu bangkit dari meja, melangkahkan kakinya menuju tangga menuruni atap sekolah, salah satu tempat persembunyian tertenang yang dia miliki.
Dengan santai dia mencoba menjadi normal kembali.
.
.Bel pulang berbunyi, Vela segera mengemasi barangnya dan menenteng tas membawanya keluar dari area kelas, mencari sosok laki-laki yang sedari tadi ternyata sudah menunggunya di depan mobil. Vela sedikit berlari menyusul laki-laki itu.
"Gak ada yang ketinggalan kan?" Ucap Austin, laki-laki yang di cari Vela tadi.
"Sepertinya gak ada," jawabnya sambil tersenyum.
"Oke, gue anterin lo pulang sekarang, soalnya kemarin gue udah janji. Gue juga mau ngasih sesuatu sama Mama." Ucap Austin memasuki mobilnya.
Mereka tengah berada di dalam mobil, Vela meminta izin kepada Austin untuk menyalakan musik karena suasana terlalu sepi, Austin hanya mengangguk membiarkan Vela menyetel lagu sesuka hatinya.
Gadis itu bersenandung sembari melihat jalanan dengan senyum yang tak pudar sedari tadi, matanya tak sengaja melihat sebuah luka dipergelangan tangan Austin yang masih basah.
"Austin ada darah, itu darahnya netes terus, kenapa gak di beri obat? Nanti bisa infeksi. Sebentar aku cari tisu dulu ya." Racau Vela saat melihat banyak darah menetes mengenai celana laki-laki itu.
"Tahan sebentar ya, kamu kenapa sih jadi sampai memiliki luka kaya gini? Ini luka bukan luka kecil loh."
Vela terus berbicara sembari mengelap luka Austin dengan hati-hati, melihat Austin yang masih memamerkan wajah datarnya itu membuat Vela bingung, apa laki-laki ini tak merasa kesakitan sedikit pun, gumamnya.
Vela dengan sedikit sengaja menekan luka itu namun yang di dapatnya sama saja, masih dengan muka datar. Seharusnya Austin akan meringis dengan luka seperti ini.
"Kamu dapet luka kaya gini emang pas ngapain?" Tanya Vela.
"Gak tau, mungkin kegores."
Austin lagi-lagi menjawab dengan mudah, seorang Austin sungguh kebal dengan luka pikir Vela.
"Ayo turun udah sampe," ucap Austin menghentikan tangan Vela yang masih mengusap luka di tangan kanannya.
Langkah mereka memasuki rumah besar kediaman keluarga Demeter, Vela langsung ke kamar untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian santai biasa, sedangkan Austin mungkin mencari Ibunya.
Langkah Vela mulai keluar mencari keberadaan dua orang itu, langkahnya memelan saat mendengar bahwa Lina sedanh marah.
"Austin, Mama sudah bilang hati-hati, jauhi tempat yang membahayakan kamu. Kamu tuh nakal banget, kamu taukan Mama khawatir." Ucapan Lina sembari mengusap lengan sebelah kanan anaknya.
Vela masih mendengar percakapan itu, mulai dari mana ia mendapat luka sampai siapa yang mengobati. Sepertinya Bibi Lina sangat menyayangi Austin pikirnya, dia jadi teringat Ibunya kembali, sudah seminggu semenjak kepergian ibunya. Vela mencoba untuk tetap ikhlas menerima keadaan, ia berpikir masih ada Bibi Lina yang selalu sayang padanya, wanita paruh baya yang tetap cantik itu sangat menyayanginya seperti menyayangi anaknya sendiri. Sungguh Vela sangat bersyukur karena dipertemukan oleh takdir dengan Wanita sebaik Bibi Lina.
.
.
TbcDeskripsinya aku ubah sedikit, supaya kalian tau cerita ini menceritakan apa.😄🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU
Dla nastolatkówEND "Lo mau tau apa maksud gue nyium lo di depan umum?...... Karena gue pengen milikin lo seutuhnya." . . Hanya cerita gadis biasa dan laki-laki teramat sempurna. Namun di balik kata sempurna, tersimpan satu rahasia tak terduga dalam dirinya. Lalu...