Chapter 2

3.9K 71 0
                                    

Ketika sampai dikelas, Aliando langsung mencari pasangan untuknya. Namun sayang, hampir seluruh cewek yang ia tanya sudah memiliki pasangan. Hanya ada 3 orang yabg belum ia tanya, Jessica, Prilly dan Ghina. Kalau Jessica sudah bisa ditebak akan berpasangan dengan siapa. Tentu saja Kevin.

"Ghin, pasangan sama gue yuk!" Cerocos Aliando sesampainya dimeja Ghina dan Prilly.

"Sorry, Li. Gue udah sama Bastian." Ghina memasang tampang semenyesal mungkin

"Yaelah, Ghin." Aliando memasang wajah kecewa yang dibuat-buat. "Yaudah deh, Pril lo sama gue aja! Lo pasti belum punya pasangan, kan?"

Prilly hanya melirik sekilas ke arah Aliando. "Lo kira gue nggak laku kaya lo?! Gue udah sama Halik keleus." Aliando ternganga mendengar jawaban Prilly.

"Lo? Sama Halik? Terus gue sama siapa, Pril?" Aliando pura-pura menangis dengan lebaynya. "Tega banget lo sama gue."

"Bodo amat! Makanya jadi orang jangan nyebelin. Mampus kan lo gapunya pasangan." Prilly memeletkan lidahnya ke arah Aliando. Kevin dan Ghina yang mendengar menahan tawa mereka dengan susah payah.

"Sama gue aja yuk, Li." Tiba-tiba sebuah suara menyela perbincangan mereka. Muncullah seorang cewek dengan wajah indo dan tinggi dari belakang Aliando.

"Apanya?" Aliando memasang tampang polos pertanda bahwa ia tidak mengerti.

Cewek yang ternyata bernama Angel tersebut terkekeh melihat ekspresi Aliando. "Pasangan sama gue aja." Ucapnya sembari menyunggingkan senyuman yang bisa membuat para cowok-cowok tergila-gila dan cewek-cewek sewot dibuatnya. Tapi senyuman itu belum bisa menaklukkan Aliando yang sudah disukainya sejak kelas 10.

"Oh, gimana ya...." Aliando menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Udah lah, Li. Sok-sokan mikir! Tadi aja mewek gara-gara gapunya pasangan. Sekarang ada yang cantik ngajakin pake mikir segala. Sikat aja kali, Li!" Kevin langsung nyerocos karena geregetan melihat tingkah Aliando.

"Lo kira pakaian kali, disikat!" Prilly menimpali dengan sewotnya.

"Kok, lo yang sewot sih Pril?" Kevin tersenyum menggoda yang dibalas dengan tatapan membunuh dari Prilly.

"Jadi?" Terlihat dari raut wajah Angel bahwa ia sangat berharap untuk berpasangan dengan Aliando.

"Hmm. Yaudah deh." Aliando menyahut dengan pasrah sembari mengedikkan bahunya.

"Oke. Gue tunggu besok, ya!" Angel melambaikan tangannya dan beranjak meninggalkan Aliando.

"Li, lo yakin pasangan sama dia?" Ghina bertanya dengan tampang khawatir.

Aliando berjalan ke arah kursinya yang ada disebelah Kevin. "Emang kenapa?"

"Nggak, risih aja liatnya. Dia kan..." belum lagi Ghina menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja Prilly menggebrak meja dengan ekspresi yang tak bisa diduga. Kemudian ia pergi meninggalkan kelas tanpa mengucapkan satu kata pun.

"Kenapa sih tuh anak? Main gebrak meja segala." Aliando mengelus-elus dadanya karena kaget.

"Kesambet kali." Sahut Kevin

"Gara-gara lo sih, Li!" Ghina langsung membalikkan badannya menghadap ke arah Aliando dan Kevin.

"Loh? Kok gara-gara gue?" Aliando menunjuk dirinya sendiri dengan kebingungan.

"Lo emang nggak peka atau pura-pura nggak peka?" Ghina yang kesal langsung menghadap ke depan dan melanjutkan membaca buku.

***

Malam harinya

Jarum jam telah menunjukkan pukul 11.15 malam. Hampir seluruh siswa-siswi SMA Athens sudah berkumpul dan berada di bis mereka masing-masing. Para guru pembimbing sedang mengabsen mereka.

"Aira?"

"Hadir."

"Irgi?"

"Hadir."

"Aliando?"

"Hadir."

"Prilly?"

"......." Tidak ada sahutan dari Prilly.

"Mana Prilly?" Tanya bu Siska.

"Belum datang, bu." Halik, pasangan Prilly untuk rekreasi kali ini menjawab.

"Pasti Prilly! Dia mulu yang ditungguin! Nggak bisa banget itu anak buat nggak ngaret!" Aliando emosi.

"Loh, Li? Kok malah kamu yang sewot? Kan harusnya ibu yang marah." bu Siska menaik-turunkan alisnya, menggoda Aliando. Membuat seisi bis ikut mengejek Aliando. Aliando hanya tersenyum diejek seperti itu, sedangkan Angel yang duduk disebelahnya memasang ekspresi tak suka.

"Ada apaan sih? Bu Siska, maaf ya saya terlambat. Soalnya saya nungguin ayah saya buat ngaterin ke sini. Gataunya ayah lembur malam ini, makanya saya agak telat bu." Prilly memasang wajah paling memelas yang ia bisa.

Bisa banget lo acting, Pril. Sama gue aja lo sewot bener. Batin Aliando.

"Tuh, Li. Prilly udah dateng. Nggak usah khawatir lagi yah." Kevin yang duduk dibelakang Aliando menepuk-nepuk pelan pundak Aliando.

"Apaan sih lo, Vin? Galucu!" Prilly langsung duduk disebelah Halik dengan wajah yang ditekuk.

Selama perjalanan menuju ke Gunung Bromo tidak ada keributan yang berarti. Hanya ada beberapa orang yang masih asyik berkaraoke ria, sedangkan sisanya sudah tertidur dengan pulasnya. Begitu juga dengan Prilly. Tetapi, tiba-tiba saja ia terbangun karena ingin buang air kecil.

"Lik, temenin gue pipis yuk." Dicoleknya bahu Halik yang sedang tertidur pulas, namun tak ada respon sedikitpun dari lelaki itu.

"Lik!" Dipukulnya dengan cukup keras pundak Halik, sehingga membuat Halik terperanjat.

"Kenapa Pril? Mana malingnya? Sini gue hajar tuh maling!" Halik mengepalkan kedua tangannya seperti akan menghajar orang.

"OEMJI HELLOW! Ngga ada maling kali, Lik! Yang ada gue mau pipis!" Dipukulnya sekali lagi pundak Halik yang membuat cowok tersebut meringis.

"Yaudah, yuk." Mereka pun berjalan ke arah toilet yang ada dibagian belakang bis.

Ketika melewati kursi Aliando dan Angel, tak sengaja mata Aliando dan Prilly beradu. Aliando berekspresi yang tidak bisa ditebak oleh Prilly. Ia seperti tidak suka melihat Prilly dan Halik. Disampingnya Angel tersenyum sini ke arah Prilly. Prilly hanya cuek diperlakukan seperti itu.

"Bisa dipake nggak nih?" tanya Prilly. "Coba lo cek, Lik." Maka masuklah Halik ke toilet tersebut. Prilly menunggu diluar sembari mendengarkan mereka yang sedang karaoke. Entah mengapa lagu yang dinyanyikan Aliando terasa ditujukan kepadanya.

Sesungguhnya aku tak rela melihat kau dengannya
Sungguh hati terluka
Cukup puas kau buat diriku merasakan cemburu
Kembalilah padaku

Tiba-tiba saja Jessica berteriak ke Gritte yang duduk dikursi paling depan. "Te, kok kayanya Aliando nyanyi dari hati yah?"

"Yoi, Jess. Buat yang mana sih, Li? Yang P atau G?" Gritte langsung tertawa puas ketika melihat wajah Aliando yang merah padam menahan malu.

"Tau ah, Te. Gue mah di-PHP-in mulu sama tuh dua orang. Udah yang satu galak mulu sama gue." Aliando sengaja menekan kata galak pada omongannya.

"Pril? Kok ngelamun? Nggak jadi ke toilet?" Halik yang ternyata sudah keluar dari toilet bingung melihat Prilly yang terdiam. "Gue kelamaan yah ditoiletnya?"

Prilly menoleh kearah Halik, "Nggak kok, Lik. Tiba-tiba aja gue udah nggak kebelet lagi."

Halik kebingungan melihat tingkah Prilly yang seketika berubah. Mereka pun kembali ke kursi mereka. Sepanjang sisa perjalan ke Bromo, Prilly hanya diam dan tidak berbicara sama sekali. Hanya mengangguk dan menggeleng bila ditanya oleh Halik.

Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang