Chapter 11

3.5K 94 3
                                    

Holaaaaaa! Masih ada yang nungguin cerita ini nggak sih? Sorry banget yaa baru bisa update hari ini. Soalnya aku sibuk banget banyak tugas sama bimbel gitu. Harap dimaklumi soalnya aku masih kelas 3 SMA. Semoga masih ada yang nungguin deh, jangan lupa vote sm commentnya yaa, biar aku semangat nyelesein ini cerita:)

***

Prilly menyesali keputusannya untuk menurut pada peraturan yang dibuat oleh Aliando. Saat ini mereka sedang berada di kantin, dan seisi kantin sibuk memperhatikan Prilly dan Aliando yang tiba-tiba pergi ke kantin berdua.

"Tumben banget akur, biasa berantem mulu." Bisik seorang cewek yang tak sengaja didengar oleh Prilly.

Kontan saja Prilly langsung menatap cewek tadi dengan tatapan super tajam yang ia miliki. Si cewek yang ketakutan dengan tatapan Prilly langsung meninggalkan kantin dengan tergesa-gesa.

"Lo mau beli apaan sih?" gerutu Prilly, "Daritadi cuma berdiri disini doang. Kalo nggak mau beli yaudah gue balik ke kelas aja." Prilly segera memutar badannya.

Belum lagi Prilly sempat melangkah, tangannya sudah digenggam erat oleh Aliando, "Gue mau makan baso, lo mau apa?"

Prilly menelan ludahnya dengan susah payah, "Eh.. Anu... Gue pengen cireng. Tapi nggak usah pake saos, cukup dikasih bubuk cabe aja. Kalo Pak Narto nanya seberapa banyak bubuk cabenya lo bilang aja buat Prilly gitu."

"Oke, tunggu disini. Jangan kemana-mana." Aliando menunjuk sebuah meja kantin dengan dua buah bangku panjang dan menyuruh Prilly duduk di salah satu bangku tersebut.

"Iya bawel." desis Prilly.

Aliando pun meninggalkan Prilly sendirian disana. Sepeninggal Aliando, Prilly sibuk berkutat dengan handphone-nya hingga tak menyadari kedatangan Kevin dan Jessica yang langsung duduk dibangku panjang didepan Prilly.

"Lo ke kantin bareng Ali, Pril?" tanya Jessica dengan antusias.

Prilly hanya mengangguk tanpa ekspresi.

"Udah ada kemajuan dong berarti." Kevin menaik turunkan alisnya mengejek Prilly.

"Gigi lo kemajuan." dumel Prilly yang kemudian melemparkan tisu bekas ke arah Kevin.

"Lo ngapain pegangan tangan sama Ali, Pril?" sambar Gritte yang tiba-tiba sudah duduk disamping kiri Prilly lengkap dengan semangkuk bakso panas dan es teh ditangannya, disebelahnya ada Ghina yang membawa sepiring pisang keju dan es teh.

Prilly megerutkan alisnya, "Siapa yang pegangan tangan?"

"Alah, nggak usah ditutupin lagi. Gue sama Ghina udah liat tadi, bahkan satu kantin juga ngeliat kali. Yakan, Ghin?" Gritte meminta persetujuan dari Ghina.

Ghina yang sedang melahap pisang keju miliknya hanya dapat menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa perkataan Gritte memang benar adanya.

"Astaga, gue ditarik, bukan pegangan."

"Tapi kan yang kita liat pegangan, bukan kaya orang ditarik." Tiba-tiba saja Bastian sudah duduk disebelah kanan Prilly.

"Udah jadian, Pril?" tanya Randy yang entah sejak kapan sudah duduk disebelah Kevin.

"Jadian apaan sih? Gue sama dia tuh cuma ada semacam rules gitu. Ya rules dari dia salah satunya ya ini, gue harus nemenin dia ke kantin setiap istirahat. Gue mah cuma sekedar ngikutin doang." jelas Prilly.

Mereka terdiam mendengar penjelasan dari Prilly, bahkan beberapa diantaranya mengerjap-ngerjapkan matanya seolah mencoba untuk mencerna perkataan Prilly.

"Wait a second, bukannya lo paling anti sama peraturan ya? Kan selama ini yang paling sering ngelanggar peraturan disekolah ini kan lo. Kok lo mau ngikutin peraturan dari Ali?" cerocos Jessica, bahkan Prilly kebingungan dibuatnya.

Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang