Chapter 9

2.8K 70 0
                                    

Prilly berjalan memasuki area SMA Athens dengan sebuah senyuman lebar melekat pada wajah cantiknya, hal yang sangat jarang dan bahkan tidak pernah ia lakukan selama ini.

"Tumben banget tuh nenek sihir senyum." Sebuah bisikan terdengar sampai ke telinga Prilly.

"Mungkin gara-gara nyungsep di jurang sarafnya ada yang kegeser." Bisik suara lainnya

Bodoh! Kalo mau ngomongin orang tuh tunggu sampe orangnya lewat kenapa sih?! rutuk Prilly didalam hati, tetapi tidak mengurangi sedikitpun senyumannya.

Sesampainya dikelas, Prilly disambut dengan heboh oleh ketiga temannya.

"Aaa Prilly! Gue kangen lo!" teriak Jessica.

"Akhirnya lo sekolah juga." Gritte berlari menghampiri Prilly dan langsung memeluk gadis tersebut.

"Gue kangen lo, Pril." Kali ini giliran Ghina yang memeluk Prilly dengan erat.

Setelah selesai berpelukan dengan ketiga temannya barulah Prilly menyadari bahwa teman-teman sekelasnya sudah mengerumuni dirinya dan mengatakan bahwa mereka merindukan sosok Prilly yang jutek tapi perhatian.

Dan mereka pun berkata bahwa mereka sangat merindukan saat-saat dimana Aliando dan Prilly bertengkar layaknya Tom & Jerry. Kontan saja hal tersebut membuat senyuman di bibir Prilly perlahan memudar. Belum sempat teman-temannya menyadari atas perubahan ekspresi Prilly, pak Bandi sudah masuk ke dalam kelas dan membuat seluruh siswa berlarian panik menuju meja mereka masing-masing, termasuk Prilly.

"Selamat pagi anak-anak. Selamat bergabung kembali Prilly." kata pak Bandi.

"Terimakasih, pak." Prilly menganggukkan kepalanya menunjukkan rasa hormat kepada gurunya itu.

"Oke, langsung saja kita lanjutkan pelajaran kita kemarin, buka halaman 121." Pak Bandi mulai menulis materi di papan tulis.

Selama pelajaran berlangsung, Prilly lebih banyak diam dan tidak terlalu memperhatikan apa yang dijelaskan oleh pak Bandi. Aliando yang duduk dibelakang Prilly berusaha mencari perhatian Prilly dengan cara menarik-narik pelan rambut Prilly.

Awalnya Prilly hanya diam saja diperlakukan seperti itu, berusaha untuk tidak terpancing emosinya. Namun lama kelamaan kesabaran Prilly mulai habis. Dan...

BRAKK

Seluruh penghuni kelas, termasuk pak Bandi yang sedang menjelaskan, menatap heran ke arah Prilly yang tiba-tiba bangkit dari duduknya, terlebih lagi Prilly menggeser kursinya dengan kasar.

"Ada apa Prilly?" tanya pak Bandi.

Prilly menggeleng, " Saya ijin ke UKS ya, pak. Kepala saya pusing." bohong Prilly.

Pak Bandi hanya mengangguk seraya kembali menjelaskan materi. Prilly segera keluar kelas dengan berlari kecil.

"Pak saya jagain Prilly ya takut dia kenapa-kenapa."

Aliando berlari keluar kelas menyusul Prilly, membuat seisi kelas gaduh dan pak Bandi kewalahan karenanya.

***

Alunan lembut Give Me Love dari Ed Sheeran terdengar dari earphone yang Prilly kenakan. Kini gadis tersebut sedang bersender pada sebuah rak buku yang letaknya tidak terlihat oleh penjaga perpustakaan. Sehingga ia bisa berlama-lama di tempat itu tanpa khawatir ketahuan oleh si penjaga perpustakaan.

Perpustakaan adalah tempat favorit Prilly semenjak ia mulai bersekolah di SMA Athens. Selain karena tak banyak orang yang berminat pergi ke perpustakaan, tempatnya yang nyaman lah yang membuat Prilly betah berlama-lama berada di perpustakaan.

Prilly sudah nyaris terlelap jika saja tidak ada sebuah tepukan halus dipundaknya. Dengan enggan Prilly membuka kedua matanya dan bersiap untuk memarahi orang yang berani mengganggu ketenangannya.

Ketika melihat orang yang menepuk pundaknya, Prilly langsung memejamkan matanya kembali dengan cepat.

"Ilah, malah pejam lagi." desis Aliando. "Wey, Pril." Aliando menepuk pundak Prilly lagi.

"Pergi." Kata Prilly tanpa membuka sedikitpun matanya yang terpejam.

"Lo kenapa jadi jutek gini lagi sih?" gumam Aliando.

"Pergi." desis Prilly lagi.

"Atau gara-gara kejadian 2 hari yang lalu dirumah lo?"

"Pergi." Tak henti-hentinya Prilly menyuruh Aliando untuk pergi.

"Gue minta maaf buat masalah yang kemaren, gue cuma ngungkapin apa yang gue rasain aja." Aliando tertunduk.

"GUE BILANG PERGI!" bentak Prilly nyaring. Aliando yang terkejut refleks menutup mulut Prilly dengan tangan kanannya.

"Sttt. Nanti kedengeran sama mrs. Rinda!" Bisik Aliando.

Dan benar saja apa yang ditakutkan oleh Aliando, mrs. Rinda penjaga perpustakaan yang terkenal sangat galak langsung berjalan ke arah mereka berdua dengan wajah merah padam menahan amarah.

Secepat kilat Aliando menarik tangan Prilly dan berlari menyeret gadis tersebut. Prilly yang masih sedikit bingung hanya menurut diseret oleh Aliando seperti itu.

"Kalian kalau mau ribut-ribut jangan di perpustakaan!" Bentak mrs. Rinda yang kini sudah berada jauh dibelakang mereka.

Aliando tetap berlari sembari menggenggam erat tangan Prilly walaupun mereka sudah jauh dari perpustakaan dan kini sudah sampai dilapangan luas dengan hamparan rumput hijau diatasnya yang ada dibagian belakang SMA Athens.

"Li, berhenti kek. Gue capek." Ucap Prilly yang berusaha mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.

Akhirnya Aliando menghentikan langkahnya disebuah pohon beringin yang rindang. Genggaman tangannya pada tangan Prilly masih erat seperti tadi.

"Ehem. Bisa lepasin tangan gue?" dehem Prilly.

Dengan cepat Aliando langsung melepaskan tangan Prilly, "Ups, sorry." Cengirnya.

"Kesempatan deh." desis Prilly.

Tidak ada yang berbicara setelah itu. Aliando dan Prilly sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Prilly memejamkan matanya kembali sembari menikmati hembusan angin dibawah pohon beringin yang rindang. Sedangkan Aliando sibuk menatap Prilly, seolah-olah menjaga gadis tersebut agar tidak terganggu atas apapun.

"Udah puas ngeliatin guenya?"

Aliando terperanjat. Bagaimana Prilly bisa tau bahwa dirinya sedang memandangi gadis tersebut. Bahkan gadis tersebut tidak membuka matanya sedikitpun.

"Eh itu.. gue... itu..."

Prilly membuka matanya dan menaikkan sebelah alisnya. Kedua tangannya sudah terlipat didepan dada. Sangat seperti Prilly biasanya yang jutek dan berwajah datar tanpa ekspresi. Aliando sampai salah tingkah dibuatnya.

"Prill, yang kemaren itu..." belum lagi Aliando selesai berbicara Prilly sudah menyambar.

"Nggak usah dibahas!"

"Oh oke." Aliando terdiam sejenak, "Tapi kita bisa temenan kan? Gue udah capek berantem sama lo mulu."

"Okay, off course we can be friend. But in one condition." Prilly sengaja menggantungkan ucapannya.

"What is that?" Tanya Aliando yang sangat penasaran.

"Don't ever fall in love with me. Deal?"

Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang