Chapter 8

3.2K 70 1
                                    

Aliando baru saja selesai mandi dan berjalan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kaos oblong berwarna abu-abu dan celana pendek selutut ketika pintu kamarnya dibuka secara kasar dari luar. Seorang wanita usia pertengahan kepala empat masuk kedalam kamar Aliando dengan wajah merah padam menahan amarah.

Tanpa mempedulikan wanita tersebut Aliando berjalan ke arah balkon yang ada diluar kamarnya. Wanita tadi yang sebenarnya adalah mama Aliando langsung menyusul anaknya yang bengal itu. Ditariknya secara kasar tangan Aliando sehingga mau tak mau pemuda itu melihat ke arah mamanya.

PLAK!

Sebuah tamparan keras menghantam pipi Aliando.

"KAMU MAU SAMPAI KAPAN BIKIN MAMA KHAWATIR TERUS, HAH?!" bentak Resi, mama Aliando, dengan nafas yang tersengal-sengal menahan amarah.

Aliando mengelus-elus pipinya yang panas akibat tamparan dari mamanya.

"Kamu itu maunya apa sih, Li? Mau bikin mama jantungan terus setiap kali dapat telpon dari rumah?" kali ini suara Resi sudah kembali lembut seperti biasa.

Aliando hanya tersenyum samar, "Siapa lagi yang ngaduin ke mama kali ini?" Desisnya.

"Nggak penting! Yang penting sekarang kita ke rumah sakit obatin luka kamu." Resi menarik paksa tangan Aliando dan berusaha menyeret pemuda itu keluar dari kamarnya.

"Mama apaan sih? Ali nggak papa! Lukanya juga cuma kegores dikit." Aliando melepas dengan paksa genggaman Resi dan berjalan kembali ke arah balkon.

"Kamu itu..." tangan Resi sudah terangkat kembali, hendak menampar kembali anak keduanya yang sangat bengal itu.

"Apa?! Mau tampar Ali lagi? Nih!"

Aliando menyodorkan pipinya ke arah Resi, membuat wanita tersebut mengurungkan niatnya dan menurunkan tangan kanannya yang sudah terangkat tadi. Resi segera menarik nafasnya dengan teratur mencoba untuk meredakan emosinya yang meledak-ledak.

"Mulai besok nggak ada lagi pakai motor ke sekolah." Bisik Resi meninggalkan Aliando yang terkejut mendengar ucapan mamanya itu.

"What? Nggak bisa gitu dong, ma!" Aliando berjalan dengan cepat menyusul mamanya yang sudah keluar dari kamarnya.

"Keputusan mama udah bulat, mulai besok kamu bawa mobil ke sekolah. Mama nggak mau kamu bahayain diri kamu sendiri kaya tadi." ucap Resi yang tetap berjalan mengabaikan Aliando.

Aliando mendahului mamanya dan mencegatnya ditangga ketika wanita tersebut hendak turun ke lantai bawah.

"Ma, aku nggak suka bawa mobil. Aku lebih suka naik motor." Aliando memasang wajah paling memelas sebisa mungkin.

Resi mengernyitkan alisnya, "Kenapa? Apa karena kamu nggak suka sama mobil yang mama belikan? Kamu tinggal bilang kamu mau mobil apa, mama langsung belikan hari ini."

Aliando menggeleng cepat, "Bukan! Bukan masalah mobilnya. Aku suka mobil itu, cuma aku ngerasa nggak nyaman aja pakai mobil ke sekolah."

"Temen sekolah kamu banyak kan yang bawa mobil? Atau kamu mau mobil yang paling mahal biar nggak ada saingannya?"

"Bukan! Aku cuma gasuka aja, ayolah ma aku boleh bawa motor aja ya." Aliando menggenggam kedua tangan Resi. Resi menggeleng dengan cepat.

"Oke, kamu boleh tetap bawa motor." Resi sengaja menggantungkan ucapannya ketika melihat Aliando tersenyum, "Tapi, mama bakalan telpon papa kamu sekarang juga. Dan mulai besok kamu tinggal dirumah papa. Deal?" Resi tersenyum penuh kemenangan.

Aliando melepaskan genggamannya dan langsung berjalan meninggalkan Resi, "Sampai matipun aku nggak bakalan mau tinggal sama papa."

"Tapi dia itu papa kamu, Li. Mau sampai kapan kamu nggak maafin dia?" seru Resi yang menatap sendu punggung Aliando yang semakin menjauh.

Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang