Chapter 10

3.8K 83 3
                                    

"Don't ever fall in love with me. Deal?"

Aliando tergugu mendengar persyaratan dari Prilly. Bagaimana mungkin ia tidak akan jatuh cinta kepada Prilly kalau saat ini saja ia sudah mulai menaruh hati pada gadis tersebut.

"Nggak ada persyaratan yang lain apa, Pril?" Ucap Aliando pelan.

"Take it or leave it."

Cukup lama Aliando termenung memikirkan persyaratan dari Prilly. Disatu sisi ia mau tidak mau harus menyanggupi persyaratan tersebut karena tidak ingin terus bermusuhan dengan Prilly. Dan disatu sisi lainnya ia sadar bahwa ia tidak mungkin bisa menyanggupi persyaratan tersebut karena ia sudah mulai menyukai gadis tersebut.

"Jadi?" Tanya Prilly yang menaikkan sebelah alisnya.

"Okay, deal."

Prilly mengulurkan tangannya dan Aliando menyambut uluran tersebut sebagai tanda persetujuan. Prilly tersenyum puas karena ia merasa lega Aliando tidak akan pernah jatuh cinta kepadanya dan membuat semua rencana Prilly selama ini gagal.

"Actually, I thing we need some rules."

"Peraturan? For what?"

Aliando bingung dengan ucapan Prilly, bagaimana mungkin berteman saja membutuhkan peraturan? Batin Aliando.

"Yap peraturan. Karena gue nggak mau lo ngelakuin sesuatu yang gue nggak mau." Kata Prilly.

"Misalnya?" Aliando semakin tak mengerti dengan arah pembicaraan Prilly. Kedua alisnya bertaut dan mulutnya sedikit terbuka.

"Just like this! Rule number one: don't ever look at me with face look like that!" Prilly mengalihkan pandangannya dari Aliando. Entah kenapa jantungnya berdegup dengan kencang.

Aliando semakin keheranan dibuatnya, "Emang tampang gue tadi kenapa? Ada yang salah?"

Nggak, Li. Sama sekali nggak. Lo bahkan keliatan er.. seksi... jerit Prilly dalam hati.

"Pokoknya turutin aja omongan gue."

Prilly berjalan meninggalkan Aliando yang masih tergugu dibawah pohon beringin tempat mereka berdua duduk tadi. Setelah kesadarannya pulih 100% ia langsung menyusul Prilly yang sudah berada ditengah lapangan dengan langkah besar-besar. Hanya dengan beberapa langkah saja ia sudah bisa menyamakan langkahnya dengan Prilly.

Prilly yang menyadari Aliando berjalan disebelahnya langsung bergeser beberapa langkah ke samping menjauhi pemuda tampan tersebut.

"Rule number two: jangan pernah jalan, berdiri, duduk pokoknya jangan pernah ada dideket gue lebih dari 2 meter."

Aliando langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar peraturan konyol dari Prilly.

"Peraturan konyol macam apa itu?" Desis Aliando kesal.

"Rule number three: I always right and you always wrong."

Lagi-lagi Aliando dibuat ternganga oleh ucapan Prilly. Belum lagi ia sempat protes, Prilly sudah melanjutkan kembali ucapannya.

"Rule number four: kalo gue ngelakuin kesalahan, maka kembali ke peraturan ketiga." Prilly tersenyum penuh kemenangan. "Untuk saat ini lo harus ikutin itu 4 peraturan. Bisa aja nanti itu peraturan gue tambahin lagi."

Prilly kembali melangkah meninggalkan Aliando yang masih termenung berusaha mencerna semua peraturan-peraturan Prilly yang menurutnya peraturan-peraturan tersebut sangatlah konyol.

***

Prilly berjalan melewati koridor dengan santainya. Diacuhkannya beberapa pasang mata yang memandang tidak suka ke arahnya.

Gue cungkil itu bola mata baru tau! Emosi Prilly dalam hati.

Baru saja ia mau memasuki kelasnya yang berada diujung koridor, tiba-tiba seseorang menarik tangannya dengan kasar. Prilly sedikit meringis menahan rasa sakit akibat cengkeraman tangan si empunya yang lumayan keras.

"Heh! Lo jadi cewek nggak usah ke ganjenan bisa nggak sih!" Bentak Angel, yang ternyata menarik tangan Prilly barusan. Suara Angel yang nyaring mengundang perhatian siswa-siswi lain yang kini telah mengelilingi mereka berdua.

"Excuse me?"

"Nggak usah sok bule deh lo!"

Prilly hanya menghela nafas berusaha menahan emosinya, "Yang keganjenan siapa ya?"

Mendengar jawaban dari Prilly membuat emosi Angel semakin meledak-ledak.

"Nggak usah sok polos deh lo! Pakai acara pura-pura nyungsep dijurang segala buat ngedapetin perhatian dari my baby honey Ali. Cih, cewek murahan!" Cibir Angel.

PLAKKK

Sebuah tamparan mendarat dengan mulus tanpa hambatan di pipi Angel. Emosi Prilly sudah berada di ubun-ubun.

"Jaga omongan lo, ya! Ambil noh si Ali, gue nggak minat! Lagian juga Ali yang ngedeketin gue, bukan gue yang ngedeketin dia. Jadi bukan salah gue dong ya!"

Baru saja Prilly akan meninggalkan Angel yang masih memegangi pipinya yang panas akibat tamparan dari Prilly, gadis tersebut kembali berbicara.

"Dasar perek lo!"

Emosi Prilly kembali mencapai ubun-ubun setelah mendengar perkataan Angel barusan. Ditatapnya dengan tajam gadis yang mulutnya seperti tidak pernah disekolahkan itu.

Tangan Angel sudah terangkat, hendak membalas tamparan Prilly. Prilly sudah bersiap menangkis tamparan dari Angel. Belum lagi tangan Angel melayang ke arah Prilly, sebuah tangan kekar yang kokoh menahan gerakan gadis tersebut. Angel langsung menyadari bahwa si empunya tangan adalah Aliando.

"Mau ngapain lo?" Ucap Aliando yang menatap Angel dengan tajam dan langsung melepaskan cengkraman tangannya.

Angel terlihat panik, "Eh, my baby honey. Itu tadi aku... err itu..." Angel berbicara gagap.

"Udah gue bilang jangan pernah panggil gue pakai sebutan itu! Gue bukan siapa-siapa lo! Dan gue nggak suka lo kasar sama Prilly kaya tadi." Desis Aliando tajam.

"Tapi kan, dia duluan yang nampar aku." Sebisa mungkin Angel memasang wajah tak berdosanya.

Aliando tersenyum miring, "Lo kira gue nggak denger apa yang lo omongin ke Prilly? Lo emang pantas buat di tampar!"

Prilly tersenyum kecil merasa ia dibela oleh Aliando.

"Jangan pernah deket-deket gue sama Prilly lagi." bisik Aliando sebelum akhirnya menarik tangan Prilly dan masuk ke dalam kelas dengan gadis tersebut meninggalkan Angel yang masih terpaku dan siswa-siswi lain yang sibuk berbisik-bisik membicarakan adegan langka yang mereka lihat barusan.

***

Prilly sedang berkutat dengan buku kimianya. Mencoba memahami kembali apa yang tadi dijelaskan oleh bu Sisca, namun sepertinya hal itu mustahil. Sudah 15 menit ia membolak-balik buku kimia tersebut namun tidak ada satu materi pun yang ia mengerti.

"Pril, kantin yuk." Tiba-tiba saja Aliando sudah berada disamping tempat duduk Prilly.

Prilly hanya melirik sekilas ke arah Aliando dan kembali berkonsentrasi pada buku kimianya. Aliando yang merasa diacuhkan langsung duduk disebelah Prilly.

"Eh, ngapain duduk disebelah gue. Rule number two, remember?" Prilly mengibas-ngibaskan tangannya ke arah Aliando.

Aliando langsung berdiri menjauhi Prilly, "Ribet banget Pril."

"Bodo amat."

"Kalo gitu gue juga punya rules buat lo." Ucap Aliando cepat. "Rule number one: you must go to the canteen with me everyday when breaktime."

Belum lagi Prilly sempat buka suara, Aliando sudah melanjutkan omongannya, "Rule number two: setiap gue ketemu sama lo, gue boleh cubit pipi lo."

"Peraturan macam apa itu." desis Prilly.

"Gue bakalan nurut sama peraturan lo, asalkan lo nurut sama 2 peraturan gue barusan."

"Okay." Jawab Prilly mantap.

Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang