Chapter 4

3.6K 67 0
                                    

"Nggak usah diliatin!" Aliando langsung menarik tangan Prilly, berusaha mencari jalan lain.

"Apaan sih?" Prilly akhirnya melihat apa yang dilihat oleh Aliando. Angel. Prilly pun terkekeh geli.

"Kenapa lo?" Aliando tetap menarik tangan Prilly menjauhi Angel yang sedang duduk didepan tukang wedang jahe tadi pagi.

"Nggak papa, cuma heran aja kenapa lo ngejauhin Angel. Padahal kemaren lo mau-mau aja pasangan sama dia." Prilly menyipitkan matanya.

"Sumpah gue nggak tahan sama itu anak. Udah bawel, ngintilin gue, pas tidur dia ngiler pula. Hih." Aliando bergidik jijik sedangkan Prilly sudah tertawa dengan nyaringnya.

"OEMJI HELLOW! Itu cewek menjijikkan banget. Tapi lo cocok kok sama dia. HAHAHA." Tawa Prilly semakin membahana.

Aliando sampai kesal dibuatnya, "Puas lo ketawa? Gila aja sampe gue sama dia pacaran, ogah banget!"

Melihat Aliando yang kesal, Prilly semakin gencar menggodanya. Sampai tiba-tiba anak lelaki tersebut membalikkan badannya secara mendadak lagi. Kali ini wajah mulus Priily dengan sukses menabrak dadanya.

"ALI!! Coba kalo mau balik badan tuh bilang dulu kek. Gue nabrak mulu nih jadinya." Prilly berteriak dengan sengit, membuat Aliando harus menutup kedua telinganya.

"Prilly, bisa nggak ngomongnya biasa aja nggak usah pake teriak?" Aliando membalas.

"Yaudah, maaf. Namanya juga reflek." Prilly memanyunkan bibirnya.

Aliando terkekeh dibuatnya, "Lo tuh imut banget tau kalo manyun kaya gini." Aliando menjetik pelan ujung hidung Prilly yang mancung. Menghasilkan getaran aneh didada Prilly.

"Apaan sih." Prilly memalingkan wajahnya yang memerah. "Btw, lo ngapain lagi balik badan? Ngga ada Angel lagi kan?" Prilly menaikkan sebelah alisnya.

"Oh, itu. Bukanlah. Fotoin gue sama Ghina dong." Aliando menaik turunkan alisnya seraya tersenyum lebar ke arah Prilly.

"Oh. Mana Ghina nya?" Aliando yang terlalu bersemangat hingga tak menyadari perubahan ekspresi dari Prilly.

"Itu diwarung jagung bakar. Lo tunggu disini, gue panggil Ghina dulu." Aliando menghampiri Ghina yang sedang bersama dengan Bastian, setengah berlari sebenarnya.

Prilly hanya diam termangu melihat Aliando yang sekarang sedang menyela pembicaraan antara Ghina dan Bastian. Kini Ghina tersenyum setelah mendengar ucapan Aliando. Entah apa yang dibicarakan Aliando kepada Ghina. Mereka berjalan ke arah Prilly, sebenarnya Aliando bukan berjalan melainkan setengah berlari dengan semangatnya. Ghina hanya berjalan mengekor dibelakangnya.

"Tolong ya, Pril. Hehe." Aliando cengar-cengir tidak jelas, sedangkan Prilly hanya mengangguk dengan ekspresi yang tidak jelas.

Aliando dan Ghina segera berpose didepan Prilly. Aliando merangkul pundak Ghina dengan senyuman terlebar yang belum pernah Prilly lihat selama ini, Ghina memegang tangan Aliando yang merangkul dirinya dengan menggunakan tangan kanannya.

"Satu.. dua.. tiga." Prilly menghitung tanpa berekspresi sedikitpun. "Udah." Prilly menyodorkan ponselnya ke arah Aliando, bermaksud untuk menunjukkan hasil foto tadi ke pemuda itu.

"Liat deh, Ghin. Bagus ya." Aliando sedikit terkekeh ketika menunjukkan hasil foto tadi, Ghina hanya tersenyum.

"Gue duluan ya, Li, Pril." Ghina berpamitan.

"Thanks ya, Ghin." Aliando melambaikan tangannya. Kemudian mengalihkan pandangannya untuk melihat Prilly. Tetapi gadis tersebut tidak ada dihadapannya.

"Pril?" Panggilnya sembari melihat ke sekeliling. "Ghin, liat Prilly nggak?" Aliando berteriak ke arah Ghina yang belum terlalu jauh darinya.

"Loh? Bukannya tadi sama lo?" Tanya Ghina yang keheranan.

"Tadi emang disini, tp tiba-tiba ngilang." Aliando mulai panik. Ia berlari mencari Prilly tak menghiraukan Ghina yang masih kebingungan. "Pril!" Sekarang Aliando meneriakkan nama Prilly, membuat pengunjung lain menoleh dengan pandangan tak suka ke arahnya.

"Prilly!" Aliando berlarian tak tentu arah. Sekarang ia sudah panik maksimal. Wajahnya memerah karena menahan emosi dan juga panik.

"Pril! Lo dimana sih ah?" Aliando terduduk didekat gerbang masuk pegunungan, tiba-tiba terdengar suara bu Sisca berteriak menyuruh untuk masuk ke dalam bis.

"Anak-anak ayo cepetan masuk ke dalam bis! Kita kembali ke sekolah sekarang!" Bu Sisca berteriak dengan menggunakan toa.

Aliando segera menghampiri bu Sisca dan meminta waktu 10 menit untuk mencari Prilly yang tiba-tiba menghilang. Bu Sisca pun mengangguk dan menyuruh Aliando untuk secepat mungkin kembali ke bis bersama Prilly.

***

Prilly langsung berlari menjauh ketika Aliando dan Ghina sibuk melihat hasil foto yang ia ambil tadi. Entah mengapa ia merasa sangat sakit ketika melihat Aliando dan Ghina berada dalam jarak sedekat itu. Akhirnya ia menghentikan langkahnya dan duduk dipinggir jurang.

Tes....

Air mata Prilly akhirnya tumpah juga.

"Gue ngapain nangis sih ah, nggak ada apa-apa juga sama Ali, ngapain sedih coba." Prilly mengelap air matanya dengan gerakan yang kasar.

"Lo kebangetan ya, Li. Baru aja lo ngebaikin gue, sekarang lo udah sama Ghina aja. Sakit tau nggak, Li. Sakit." Prilly kembali menangis.

Tiba-tiba terdengar suara bu Sisca berteriak, "Anak-anak ayo cepetan masuk ke dalam bis! Kita kembali ke sekolah sekarang!"

Prilly yang bangkit dari duduknya dengan terburu-buru lupa bahwa ia sedang berada dipinggir jurang. Karena ia tak berhati-hati kakinya tergelincir dan ia pun jatuh ke dasar jurang yang untungnya tidak terlalu dalam itu. Tetapi naas, kepala Prilly terhantam ke batu. Ia pingsan seketika dengan kepala yang bercucuran darah.

"Prilly!" Sebelum ia kehilangan seluruh kesadarannya ia sempat melihat wajah Aliando yang sangat panik. Setelah itu semuanya gelap.

***

Aliando segera berlari ke tempat terakhir yang belum ia datangi, dipinggir jurang. Satu-satunya harapan Aliando kini adalah Prilly sedang duduk dipinggir jurang tersebut.

Ketika sudah hampir sampai dipinggir jurang, betapa bahagianya sosok Prilly sedang berdiri membersihkan celananya. Aliando hendak berlari lagi ke arah Prilly, baru beberapa langkah ia melihat kaki Prilly tergelincir dan badan mungilnya menghilang dibalik jurang.

Rahang Aliando mengeras, hormon adrenalinnya meningkat dengan cepat. Dengan secepat mungkin berlari ke arah jurang tersebut dan menemukan Prilly dengan keadaan yang memprihatinkan. Kepalanya bercucuran darah karena menghantam batu.

"Prilly!"

Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang