Bagian 14

32 7 4
                                    

Sekilas namun berbekas.

--------------------

Ailve bukan tipe orang yang suka mengingkari janji yang ia buat sendiri. Kecuali janji yang di buat orang lain, ailve tidak menjamin dapat memenuhinya. Apalagi janji manisnya para buaya, beuhh gausah di tanya, sebelum di telen juga ailve sudah meludah duluan.

Seperti saat ini, sudah hampir 20 menit ailve menunggu althaf di lapangan basket dekat rumah sesuai janjinya, bahkan ia lebih awal datang 10 menit dari janji yang ia tepatkan.

Sebenarnya siapa sih yang butuh? Aturan tuh althaf yang menunggu lebih awal.

Lagian ailve juga bisa-bisanya sebaik hati itu.

Jadi yang bersalah siapa?

Perempuan dengan gaya rambut yang asal di cepol itu melirik jam di handphonenya. Oke, 10 menit lagi ia bebaskan althaf. Ia akan menggunakan waktu itu untuk menunggu kedatangannya.

Ailve duduk di bangku samping lapangan yang sudah di sediakan. Kebetulan tempat olahraga itu sedang dipakai, jadi ailve bisa mengalihkan kebosanannya dengan menonton pertandingan basket antar laki-laki berumur SMP tersebut.

Sebenarnya tumben juga sihh, biasanya lapangan itu jarang digunakan, karena komplek perumahan ailve bisa di bilang sepi. Maka dari itu, ailve menjanjikan tempat ini pada althaf.

Kebanyakan penghuni perumahan itu adalah manusia-manusia penggila kerja, yang hanya memiliki satu atau dua orang anak, yang di sekolahkan di sekolah yang cukup lama memakan waktu belajar dan belum lagi bimbel yang harus diikuti oleh anak-anaknya.

Kadang ailve juga berfikir, memang sebegitu sibuknya kah para orang tua mencari nafkah hingga memaksakan pola belajar anaknya, yang menurutnya tak ada waktu istirahat.

Memang ada baiknya juga, untuk pembentukkan karakter anak serta terhindar dari pergaulan zaman sekarang yang semakin bebas. Namun, menurut ailve tidak menggunakan cara yang seperti itu juga.

Dan beruntung ailve tidak termasuk ke dalam kelompok anak yang nonstop akan belajar. Namun, ia termasuk ke dalam daftar dengan orang tua penggila kerja.

Papa nya sihh yang penggila kerja, karena mama ailve sudah lama tutup umur tepat ketika kakak laki-laki ailve lulus SMA, ailve kelas 2 SMP sedangkan adik laki-laki ailve masih duduk di bangku kelas 6 SD.

Meskipun begitu, papanya, arman tidak melepaskan tanggung jawab sebagai seorang single parent. Beliau tetap memperhatikan anak-anaknya meski jarak membentang diantara mereka.

Ya, hanya lewat menanyakan sebatas kabar.

Dan lamunan ailve buyar begitu saja kala ada yang berbicara beberapa meter dari kediamannya, ailve tersentak "Kak lu masih mau disini? udah gelap tau. Ini anak-anak juga udah mau pada balik!" ucap salah satu laki-laki dari pemain basket tersebut.

Ailve sedikit terkejut. Tidak begitu buruk, penghuni kompleknya masih ada yang peduli sekitar ternyata. Terbukti dari anak laki-laki itu yang menegurnya.

"Gue lagi nunggu orang" jawab ailve.

"Ohh yaudah. Kita duluan" sahut nya di ikuti anggukkan dari beberapa temannya yang lain.

Ailve balas mengangguk sopan seraya menatapi kepergian mereka.

Andai adiknya ada di antara salah satu dari mereka. Ailve akan merasa sedikit lega. Ailve akan merasa dirinya dapat diandalkan. Namun, itu hanya pengandaian, nyatanya ia selalu dihantui dengan rasa bersalah.

Entah mengapa ailve merasa terbebani dengan sifat adik semata wayangnya itu yang hingga saat ini memiliki pribadi yang introvert.

Semenjak setelah kepergian mama. Sifat adiknya, lambat laun berubah menjadi sosok yang individualis, angkuh bahkan pemarah apabila ada yang mengusik ketenangannya atau apapun yang dianggap mengganggu kenyamanannya.

ALTEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang