MOS

54 10 2
                                    

Rasa takut itu terus menghampiriku...tuhan...aku mohon, hilangkan rasa takut itu.

°°°

Aduhhh, gue  gerogi banget sih. Temen temen disini kagak ada yang mau kenalan duluan gitu? Masak iya gue yang mulai pertemanan?....hello...gengsi banget tauuukk....

"Kamu Denia?," sapa seseorang cewek memakai almameter nevy yang bertuliskan osis sterrenlicht .

Denia merasakan tangan nya mulai berkeringat karena gugup, "I..iya kak".

"Santai aja kalik. Kenalin, gue Ivy osis disini."

"Ohh, iya kak", Denia tersenyum kikuk. Dibenakanya ia masih bertanya tanya, bagaimana kakak ini tau nama nya.

"Lo, sepupunya Miss Nay kan?", tanya kakak itu.

"Iya kak, kok kakak tau?", Nayla, anak dari Aunty Cece yang sekarang menjabat menjadi guru kursus bahasa inggris di salah satu lembaga bimbel ternama.

"Aku murid nya dulu pas masih kursus. Tapi sekarang nggak, udah pinter bahasa soalnya," Ivy tertawa menampakkan lesung pipinya.

Denia hanya membalas dengan senyuman kecil, canggung untuk memulai pembicaraan lain.

"Oh, iya Den gue kumpul sama anak osis yang lain dulu ya. Kalo ada apa apa nggak usah malu malu panggil gue aja, okay?".

"Eh, iya kak", Denia tersenyum mengikuti langkah Ivy yang pergi menghampiri gerombolan para osis sterrenlicht.

Tatapan Denia berhenti dengan satu objek lawan jenis yang membuat nya mengeluarkan keringat dingin.

Apa mungkin itu kakak yang gue chat? ~batin Denia.

"Untuk para peserta didik baru, diharapkan untuk berkumpul di aula sekarang untuk melakukan materi selanjutnya" suara toa.

Denia tersadar dari lamunan nya saat suara toa itu menggelegar ditelinga.

"Sini dek, yang cewek sebelah kanan yang cowok sebelah kiri ya", ucap Kakak Osis mengarahkan peserta didik baru saat memasuki aula.

Empat jam sudah berlalu. Materi yang diberikan hanya seputar kegiatan dan ekstrakulikuler disekolah itu. Para peserta didik baru dipersilahkan untuk beristirahat.

"Nama kamu siapa? Kenalin,aku Sinta", ucap seorang gadis berkacamata sambil mengulurkan tangan

Denia menatap tangan gadis itu dan mengulurkan tangannya, "Fredenia, panggil aja Denis" diakhiri senyum.

"Lo nggak mau ke kantin? Denger denger jajan yang ada dikantin sini enak enak loh".

Denia tersenyum bimbang, "Nggak deh makasih. Kapan kapan aja aku kesana".

Sinta mengangguk lalu meninggalkan Denia.

Denia mengeluarkan sebungkus roti yang ia bawa dari rumah nya. Jujur ia ingin sekali pergi ke kantin, tapi ia takut karena diluar sana banyak kakak osis yang duduk didepan ruangan itu. Denia takut bertemu dengan kakak kelas yang ia chat kala itu.

"Kudaniel lama banget sih", gerutu Denia bolak balik menatap jam yang melingkar ditangan kirinya.

"Kak Ken lo jadi kagak ngumpul dirumah Gevan?", telinga Denia melebar saat mendengar seseorang menyebut nama 'ken'.

VousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang