Coveted

29 4 0
                                    

Kenzie berjalan menuju ruangan tempat penyimpanan barang barang paskibraka. Tempat yang selalu menjadi tongkrongan dengan teman teman nya.

"Woy, dari mane aje lu?", sapa Raka ketika Kenzie masuk kedalam ruangan itu.

"Nugas", jawabnya singkat. Tak heran jika melihat Kenzie menggunakan separuh waktu istirahat nya untuk mengerjakan tugas diperpustakaan, kadang kala ia menghabiskan waktunya untuk membaca buku.

Kenzie merebahkan tubuh nya diatas sofa panjang yang ada diruangan itu. Pada awal nya tempat itu terlihat seperti gudang penyimpanan, namun, semenjak ide kreatif dari Arizona yang ingin merubah ruangan ini menjadi ruangan pribadi geng nya, ruangan ini terlihat seperti rumah kecil atau lah kamar minimalis.

"Ken, lo punya hubungan apa sama adkel kita?", tiada angin tiada badai, Raka melontarkan pertanyaan yang sangat aneh didengar oleh Kenzie.

"Adkel kita? Yang mana?", Kenzie memejamkan matanya seraya menjawab pertanyaan itu.

"Adkel yang sering nge chat lo".

"Banyak, rata rata sih anak osis".

"Yang wajah nya imut, rambut nya panjang, pipinya kek bakpao gitu", Raka berbicara sambil membayang kan orang yang sedang ia bicarakan.

"Lo kira gue apaan, sampe bisa seteliti itu sama adek kelas yang modelan nya begitu", Kenzie membuka matanya menatap Raka dengan ekspresi sulit di artikan.

"Siniin hp lo, gue tuh suka lupa namanya", Raka mengambil handphone Kenzie yang tergeletak diatas paha sang pemilik.

"Nih ya gue cariin".

"Mana sih ig lo".

"Lah, ni dia. Tunggu tunggu".

"Hemm. Ini dia gue nemu, under scor Fredeniaaz", Raka membuka dm Kenzie bersama Denia, padahal Kenzie tak berniat membukanya.

"Dia minta nomer WA lo tuh, emang buat apaan?", dengan lancang Raka membaca semua chat Kenzie dengan Denia.

Sang pemilik? Ia kembali memejamkan matanya, mengistirahatkan tubuh sejenak.

"Jangan jangan tuh cewek naksir Kenzie, ka", ucap Arizona yang sedari tadi hanya mendengarkan obrolan Kenzie dan Raka.

"Yha, jangan dong. Masak disekolah ini rata rata naksir Kenzie? Lo juga ken, kalo punya muka dinormal kan dikit lah", Raka memelas.

"Ngomong apaan dah lu, tong", timbrung Zero.

"Eh, Rakatong, wajar lah Kenzie banyak yang naksir, secara dia juara kelas, lomba selalu juara satu, otak encer, muka pas pas an tap-",

Bhukkk

"Hanjirr, mata lu ketutup tapi kuping lu kebuka ye. Sakit njir otak gua", ucapan Arizona barusan terpotong ketika Kenzie dengan tangan asal ngambil, mengambil botol bekas minuman yang sudah habis isinya, dan ia lemparkan pada Arizona yang tengah berceramah.

Arizona masih mengelus elus kepalanya yang terkena lempar botol. Kenzie pula tak menyangka jika botol yang ia lemparkan tepat pada sasaran, tanpa membuka mata sedikit pun.

"Punya indra ke delapan kali", Zero.

"Bacot kalian aku nikmati", Kenzie bersuara, namun kata kata yang ia lontarkan membuat semua temannya disitu merinding.

Cowok yang terkenal kaku seperti Kenzie, mengenal bahasa hikor seperti itu. Ahh, memang humor seseorang tak ada yang bisa mengetahui.

"Serem lu, ken", ujar Raka.

Mereka terdiam, sibuk dengan aktivitas yang dikerjakan nya sekarang. Kenzie dengan mimpi nya, Raka yang masih sibuk dengan handphone Kenzie mengenai gadis itu, Arizona dengan game cacing nya, Zero yang tengah berkutat dengan tugas yang belum ia selesaikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang