momen - harinya ara

1K 160 6
                                    

"Saka, kangen" kataku lewat sambungan telepon

"tiga hari lagi ya, sayang. sabar"

"mau peluk"

"ih tumbenan manja, aku jadi seneng" ledeknya

"pulang, yaaaaang huhu" nadaku meminta

"iyaaa, ntar pulang aku langsung samper kamuuuuuu"

---

tiga hari rasanya kaya tiga tahun, buat Ara yang lagi kangen. hehe. dangdut banget :(

gatau, tapi emang rasanya kangeeeen banget. padahal cuma ditinggal seminggu buat tugas luar kota.

emosi ku emang lagi naik turun, dan itu memengaruhi moodku juga. ternyata, aku cuma mau mens..

receh banget aku kalo mau mens pasti ada aja kelakuannya.

:"

sehari setelah pulang dari tugas luar kota, Saka ke apartmentku. kenapa ga pas dia pulang langsung kesini? ya kasian lah malih kan capeeeek atuh butuh istirahat calon imam akuuu wkkwkw

pintu diketuk, aku membuka dan tidak lain yang dateng adalah Saka. aku senyum lemes banget, terus meluk dia. diem gitu agak lama, masih di dekat pintu.

"kok ga semangat sih? kemaren aja pas telpon katanya kangen" Saka memulai pembicaraan, posisi aku masih di dekapan.

"sakit," balasku

ia merenggangkan pelukannya. lalu aku melepasnya dan berjalan ke kasurku. dia mengekor, dan gak berhenti nanya

"sakit apa? pusing? mual apa gimana? sini aku lihat dulu" sambil menempelkan punggung tangannya ke dahiku

aku cuma menggeleng, lalu meringkuk di kasurku.

"lagi dapet ya?" nah dia paham akhirnya, hehe.

aku mengangguk mengiyakan.

"yaudah aku panasin air dulu, mau aku kompresin ya biar nggak sakit?"

"iya, makasih, yaaa"

beneran dikompresin sama dia :( emang aku ga sekali sih ngeluh nyeri haid gini ke dia. jadi dianya hafal.

jadi gaenak ngerepotin terus, tapi jadi enak juga ada yang ngompresin. soalnya lemes bgt mau bikin sendiri antara iya dan tidak, mending tiduran sambil dinikmatin sakitnya.

setelah ngompresin perut aku yang engga bisa diajak kompromi, sekarang jadinya udah mendingan. lalu Saka ikutan baring di sebelahku. dia mengeratkan pelukannya. lengannya jadi tumpuan kepalaku, tangan kanannya menyisir pelan rambutku.

aku? ngerasain ngantuk campur sakit, jadinya cuma merem aja.

"ra,"

"hmm"

"selamat dua puluh tiga, sayang" lalu mengecup puncak kepalaku sebentar.

aku akhirnya mendongak,

"lah? aku aja lupa sekarang ulang tahun" balasku

"kapan kamu inget tanggal penting? ulang tahun aku aja kalo ga di set alarm paling juga lupa ish"

"hehehe, makasih ya" aku kembali memejamkan mataku seperti tadi.

"mau aku kasih kado nggak?"

"terserah kamu aja"

btw, aku emang bukan tipikal orang yang meng-spesialkan suatu hari. karena menurutku, semua hari berkesan. aku sering lupa tanggal ulang tahun, ultah siapapun itu tanpa terkecuali. birthday ain't that special for me, i don't know why. aku cuma belum menemukan esensi merayakan tambahnya umur ini. yang aku tau, di hari bertambahnya umur aku hanya berdoa untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

"kadonya weekend ya, kita ke rumah ibu" kata Saka

aku auto kaget. ini ada angin apaan ngajak ke rumahku? dia kesambet apa ya. perjalanan ke rumahku ga cuma sejam dua jam masalahnya.

"hah, ngapain? jauh saka. mainnya tar aja pas ada libur panjang"

"kamu cuti aja seninnya, bilang mau dilamar pacar"

tolong saka dikasih tau, jantung saya masih butuh sehat 😭😭😭

"apaan si?"

ini posisinya masih di kasur, tapi pelukannya udah ga renggang. kami saling hadap, dan perutku juga masih agak sakit.

"ra, will you be mine?"

"I'm already yours, dude" jawabku

"be my finale. be my wife, ra" balasnya sembari mengelus pipiku.

"ngelamar pas lagi dilep terus aku juga lagi kucel banget gini. sak, ga bisa bagusan dikit apasih? percuma amat dah nonton drama korea"

"jadinya ke rumah ibu weekend mau gaaaak?"

"ya mau lah"

dia ketawa merasa menang, aku gabisa nahan senyum saat ia mengeratkan lagi pelukannya.

gatau aja aku jejeritan dalem hati ini.

÷
"So, babe, please be my finale"

—day6







TENTANG SAKA; DAY6 SUNGJIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang