Prolog

2.6K 115 13
                                    

“Tiada yang salah, kita bukanlahkesalahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tiada yang salah, kita bukanlah
kesalahan. Bagiku aku adalah harapan
dan kamu adalah orang yang mengharapkan.”

— Desah

.
.
.
.
.
.

"Bukankah itu betul?"

Esah menatap nanar kearah pria dihadapanya yang terdiam, seolah tidak mampu bicara, tidak ingin memperjelas kejadian, menyelesaikan kesalahpahaman. Semuanya tersimpan dalam bibir manis pemuda pendek. Ia bahkan tidak mampu menatap wajah Esah, begitu takut untuk mendapat celah untuk orang lain mulai menelisik kedalam dirinya.

Randi bergelut dengan pikira, membayangkan mengapa adiknya bisa ada disini. Takut, resah, malu, semuanya berpacu menjadi satu. Terutama ketika seisi ruangan menatap mereka dengan penasaran. Situasi ini membuat Randi merasa tidak ingin berada disini, ditempat kotor yang penuh dengan manusia terkutuk dan musik-musik setan.

"Tidak, aku hanya..."

"Hanya apa? Menjadi seorang pelacur ditempat menjijikan ini!?" sentaknya

Randi terdiam, adiknya benar, dia memang seorang pelacur menjijikan. Terlebih dia yang seorang laki-laki menjual dirinya sendiri pada laki-laki lain. Digaji banyak untuk memuaskan lelaki homoseksual lainnya. Ia benar-benar merasa malu.

"Esah," panggil Randi.

"Ayo pulang, aku tidak ingin kakak ada disini." ucap adiknya, esah, dengan tatapan dingin. Pemuda berusia 18 tahun itu menarik tangan Randi dengan keras, membuatnya terpaksa ikut.

Esah, pemuda dengan banyak masalah yang terus ia pendam. Umurnya baru saja menginjak 18 tahun dan dia harusnya punya pengalaman indah untuk akhir masa SMAnya. Namun yang ia dapat hanyalah kejadian memuakkan ini.

Bagaimana Junaedi dan Yoshua menariknya untuk menghampiri tempat minun—yang sering mereka kunjungi—kemudian mengajak Esah untuk meneguk vodka berbau tajam. Belum saja diteguk, sebuah tangan menepisnya, membuat gelas percah dilantai. Kakaknya disana dengan pakaian kebesaran dan wajah merah-merah.

Keduanya sempat terkejut.

Namun akhirnya Esah lah yang kembali meminta penjelasan.

Mengapa kakaknya bekerja ditempat ini? Mengapa dia dilarang minum? Mengapa hatinya begitu sakit saat ini, saat berjalan air matanya berjatuhan dalam diam. Esah tidak mampu menahan gejolak hatinya, hancur lebur mirip bekas perang. Esah tidak terima, takdir memaksa dirinya untuk menerima kenyataan—kakaknya menjadi seorang gigolo dan dirinya yang harus menerima kematian orangtuanya.

Tidak. Esah tidak ingin itu.

Ia tidak ingin kakaknya yang merupakan satu-satunya keluarga kandung yang tersisa merusak diri untuk biaya hidup, ia tidak sudi melihat kakaknya digoda lelaki; homo yang tidak sopan di bar tadi.

Ia tidak ingin hidupnya lebih rusak lagi.

Sesampainya dirumah, bangunan sederhana yang menjadi satu-satunya aset berharga keluarganya, Esah menghempaskan Randi ke sofa. Matanya sembab namun tajam menatap kearah bulir-bulir keringat Randi yang terlihat sangat panik.

"Apa arti semua uang ini jika kamu mendapatkan itu dengan menjual diri?" tanya Esah.

Randi menggeleng, "Aku tidak punya pilihan lain, aku tidak ingin kamu berhenti sekolah."

"Aku tidak peduli, kau sendiri bicara padaku untuk menjaga diri, mengapa kamu yang menjual diri ini bisa bicara sok baik padaku!?"

"Tidak, Esah aku ..."

"Kamu gay?"

Randi tidak bisa menjawab pertanyaan itu, ia kembali terdiam menundukkan kepalanya. Disisi lain Esah tersenyum miris, melirik kakaknya dengan sinis sebelum tertawa pelan. Tabiatnya bermaksud untuk merendahkan Randi, membuatnya malu dengan dirinya.

"Esah." panggil Randi lagi.

"Jangan bicara padaku, jangan ikut campur urusanku lagi, Randi."

Randi menatap kosong kepergian Adiknya, satu-satunya keluarga yang ia jaga. Randi tertunduk, malu dengan dirinya sendiri. Kemudian sebagai lelaki dia menangis dalam diam. Menangis diantara gelap malam yang terus memberikanya rasa hampa dan sunyi.

Berharap takdir bisa dirubah.










 ✩             ✦         ⊹    ⋆。  
✯ ⋆ .      . ˚      ⁺        *               ✦
     .  ˚✦           ✦           .       ⁺
   ✦  

©FaretoMoxa

- D e s a h -

Dalam Esah ada Harap







Pelakon.

Esah Aji Hidayat( ( Lee Eunsang ) )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Esah Aji Hidayat
( ( Lee Eunsang ) )

.
.
.

Randyana Nafar Samodra( ( Son Dongpyo ) )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Randyana Nafar Samodra
( ( Son Dongpyo ) )



[A/N]

Hoewah, saya mencoba genre baru, sejauh ini saya nyaman nulis wkwk, semoga kalian suka.

Omong-omong, karya ini enak nama lokal atau tetap Eunsang dan Dongpyo?

Kasih saran kalian ya♡

Desah || EunpyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang