Bagian 11

418 40 17
                                    

Buat jaga-jaga kukasih tanda 🔞

❝bekasnya tidak akan hilangsemudah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


bekasnya tidak akan hilang
semudah itu.

_________________________________

Dongpyo sampai dirumah pukul 9 malam. Sebenarnya bisa saja lebih larut jika bus tadi tidak lekas menemukan penumpang. Beruntungnya dia masih bisa pulang sebelum tengah malam. Belum saja menaruh tasnya, sebuah pemandangan membuatnya terperangah.

Eunsang yang tertidur di atas sofa terlihat begitu lucu. Tidak, sebenarnya hanya kepalanya yang menempel ke sofa tua itu sedang kakinya dibiarkan menginjak lantai tanpa alas. Terlihat kelelahan seperti biasanya.

Dongpyo mewajari itu, karena memang anak SMA selalu memiliki rutinitas yang melelahkan seperti : tugas kelompok, jam olahraga, ekskul dan lain sebagainya. Dulu dia juga sama seperti Eunsang, lelah setiap pulang sekolah.

Dongpyo meletakan tasnya disebelah sofa kemudian menunduk untuk mengelus surai adiknya, merembet ke kening yang berkeringat lalu ke area telinga yang ditutupi rambut hitam kemerahan yang mulai memanjang.

"Esah pasti capek banget ya?"

Netranya beralih kearah meja kayu yang lumayan tua, diatas sana ada buku gambar yang ditekuk, menampakkan sebuah sketsa yang hampir selesai. Adiknya berbakat sekali, dia pintar, kreatif, pandai berimajinasi dan sangat tenang. Terkadang sifat yang diagung-agungkan kedua orangtua mereka membuat Dongpyo merasa iri pada Eunsang, sayangnya perasaan iri itu tidak mengubah apapun selain menambah kelainan dalam diri dongpyo.

Keahlian Eunsang sangat berbanding terbalik dengan Dongpyo. Dia sama sekali tidak jenius, bahkan ketika harus belajar semalaman mungkin nilai mereka tidak sebanding, juga untuk selera warna dan pemilihan gambar mungkin Dongpyo bukan orang yang akan ditanyai jawaban.

Tapi, dibalik kekuranganya, pemuda manis itu tau apa saja kelebihan yang ia miliki, jadi semua terasa impas.

"Astaga, aku harus memajang ini kalau sudah selesai," ucap Dongpyo kembali meletakkan buku tulis diatas bangku.

Pemuda itu hendak bangkit untuk menyambar handuk di dekat kamar mandi, namun sebuah tangan mencegah pergerakanya, membuatnya tertarik hingga jatuh ke pelukan lebar itu. Dongpyo tercengang sejenak, jantungnya berdegup kencang seolah habis maraton 3 hari lamanya. Hembusan nafas yang menerpa telinga kecil itu membuat Dongpyo merinding, belum lagi tangan yang mendekapnya posesif. Sukses membuat tubuh kecil itu gemetaran hebat.

"Kak," panggil eunsang dengan nada rendah, serak seperti orang baru bangun tidur.

Dongpyo sebenarnya tidak berani menoleh, tapi jemari itu mendorong wajahnya hingga bisa berkontak mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Desah || EunpyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang