Bagian 9

414 37 4
                                    

❝Seorang teman pasti v adauntuk menguatkan sesamabukan melenyapkan salah satu dari mereka yang l e m a h❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang teman pasti v ada
untuk menguatkan sesama
bukan melenyapkan salah
satu dari mereka yang
l e m a h

_________________________________


Gundah berkecamuk dalam dada. Ia harusnya tahu bahwa pergi dengan sikap sok keren tidak menambah kesempatan hidup untuknya, malahan membawa petaka yang besar. Keputusan yang mudah sekali dipilih tanpa dipikir karena emosi membawanya ke sebuah siklus yang terus menghantuinya. Ya, itu adalah Overthinking. Apalagi selain keadaan mengerikan itu, terlebih tiada yang bisa dilakukanya selain berdiri didepan ruang aula sekolah.

Aula sekolah terletak jauh terpencil di lantai dua, sebenarnya dekat dengan areal kelas 12 namun tempatnya jarang di lewati karena tangganya hanya menuju gudang penyimpanan alat-alat olahraga yang bisa diakses lebih mudah dari lapangan. Aula hanya ramai ketika ada penyuluhan, itupun jika benar-benar datang seisi angkatan satu tingkat.

Lantas mengapa Eunsang disini? Jawabanya entah.

Pemuda itu linglung, pertama kali dalam hidupnya ia benar-benar kosong. Tidak ada fokus sama sekali, hanya pikiran-pikiran yang bertimbun dalam kotak pandora dalam otaknya. Membawa malapetaka hebat pada empunya.

"Esah!" panggil seseorang, dengan suara yang tersengkal-sengkal ia mendatangi Eunsang, pemuda tinggi dengan rahang kuat itu terlihat letih.

"Ngapain disini woy, di cariin juga!" ucap Yohan.

Eunsang kembali membuang muka, "Bukan urusanmu."

"Urusan siapa terus?" tanya Yohan lagi.

Eunsang hanya mengangkat bahu, sebenarnya ini urusanya sendiri, tapi entah mengapa dia tak sanggup bicara begitu. Ia berspekulasi jika menjelaskan pikiran rumitnya, otak Yohan akan meledak.

"Sah, dengerin yak," Yohan menepuk pundak sahabatnya. "Fungsi temen itu saling menguatkan, mana bisa lu sembunyiin apapun dari kita."

"Kalian gak akan paham," balas Eunsang.

Yohan menggeleng, "Tapi kita dengerin, aku berani bersaksi sama Tuhan kalau bakal berusaha mendengarkan dan meringankan bebanmu," ucapnya.

Eunsang menggeleng, "Kalian mungkin bakal mendengarkan keluh kesahku, tapi kalian tidak akan menerima fakta..."

"Fakta?" raut Yohan tampak kebingungan.

Eunsang terdiam beberapa saat, nafasnya tersendat-sendat, sesak menghampirinya. Memang tubuhnya kadang merespon aneh pada setiap opsi menegangkan yang ia pilih.

"Oke, aku tau kamu pasti tertekan karena masalah orangtua, ekonomi dan kehidupan yang gak gua ketahui, tapi bagaimanapun faktanya gua bakal berusaha menghargai setiap keputusanmu. Minimal ngontrol mulut ini," ucap Yohan meyakinkan.

Desah || EunpyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang