Bagian 4

607 69 8
                                    

Chapter ini kupersembahkan
untuk insan yang tak lelah menanti

❝Terkadang aku berpikiruntuk berhenti terbuaidalam tarimu, namun se--mua terasa sia-sia ketikakamu kembali masuk kepanggungku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terkadang aku berpikir
untuk berhenti terbuai
dalam tarimu, namun se-
-mua terasa sia-sia ketika
kamu kembali masuk ke
panggungku.

- O4 -

Genjrengan gitar menjadi peneman sendu siang ini. Udara panas metropolitan membuat peluh berkucur deras dari pelipis, tidak seperti biasanya, siang ini tidak hujan-mungkin sore nanti-pemuda dengan rambut rapi dan kemeja yang tak pernah ia pakai setelah beberapa waktu berdiri dihalte dengan membawa tas selempang. Isinya adalah lembar-lembar surat lamaran pekerjaan yang ia susun semalaman. Berharap beberapa lembar diantaranya diterima-atau setidaknya dibaca-oleh perusahaan.

Pikiranya kalut, kemana lagi ia harus mencari?

Sudah sekitar 3 map ia berikan ke 3 tempat berbeda. Kini jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Pengamen disudut halte yang semula menghibur perorangan kini menaruh atensi pada sosok kecil disana, ia memainkan gitarnya dengan lihai, kelihatanya pengamen itu paham situasi Dongpyo yang sedang sumpek dilanda pengangguran itu.

"Izinkan saya menghibur anda dengan musik lawas tahun 90an-tuan?" pengamen itu terdiam, menunggu respon Dongpyo.

"Randi-"

"Tuan Randi," ucapnya kemudian, jreng memainkan nada awalan. Suara merdunya menyahut kemudian. "Diradio, aku dengar lagu kesayanganmu~"

Dongpyo tahu lagu ini. Lagu legendaris yang sedari kecil ia dengarkan bersama keluarga kecilnya. Disela pengamen itu menyanyikan lagunya-yang membuat Dongpyo merasa lebih baik-pemuda itu terlihat asik menikmati semilir angin.

"Kulihat engkau duduk berdua, bercanda mesra dengan seorang pria, kau cubit kau peluk kau cium~" pengamen itu menggenjrengkan gitarnya. Menghentikan lagunya.

Kini Dongpyo rasa, saatnya ia untuk membayar jasa sang pengamen. Ia mengeluarkan selembar uang 5000an dari dalam dompetnya, saat hendak memberikan pada sang pengamen, tangan itu terlihat menolak.

"Eh, tidak apa-apa pak, ini untuk bapak... Berkat anda saya merasa lebih baik." ucap Dongpyo sebari mengulas senyum.

Pengamen itu kukuh menggeleng, "Saya hanya ingin menghibur panjenengan mas, soalnya sampeyan kelihatan sumpek, hehe." jenakanya.

"Haduh, jadi sungkan saya pak. Kelihatan banget ya?" tanya Dongpyo.

"Inggih, Panjenengan lagi nyari kerja toh mas? Kok dandananya rapi tenan." ucap Pengamen itu, duduk disebelah Dongpyo.

Desah || EunpyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang