Prolog

96.9K 2.2K 104
                                    

(9+11+19)
Althar : The Rubic

Selamat Membaca!

Chapter'

- Prolog -

__

Bangunan berlantai lima yang terlihat sangat megah menggambarkan seberapa elit tempat Resta bersekolah saat ini. SMA Atlantha atau yang biasa disebut Smatha, sebuah Sekolah Menengah Atas swasta yang cukup terkenal di ibukota juga merupakan sekolah swasta terbaik yang selalu menempati peringkat 10 besar di tingkatan nasional.

Sekolah ini didirikan oleh yayasan pendidikan milik Atlantha Group, perusaahan besar yang memiliki puluhan anak perusahaan yang tersebar di berbagai kota. Ketua yayasan pendidikan Atlantha adalah Kenand Atlantha yang tak lain adalah presdir Atlantha Group.

Ah, Resta sampai bingung harus menggali informasi sebanyak apalagi untuk mengetahui apa saja yang dikerjakan oleh para keluarga konglomerat. Maklum, keluarganya bukanlah keluarga yang berkecimpungan di dunia bisnis. Ayah dan ibunya adalah seorang dokter, kakak laki-lakinya merupakan calon dokter. Ia juga akan mengambil jurusan kedokteran ketika kuliah.

Gadis tak terlalu tinggi berambut cokelat sepunggung itu memasuki bangunan perpustakaan yang ditopang oleh lima tiang besar yang menjulang sampai atap. Kelima tiang tersebut menggambarkan '5 sifat kebaikan' yang harus dimiliki setiap manusia menurut pendiri Smatha. Sifat-sifat itu antara lain; konsisten, bekerja keras, pemimpi, berilmu, dan beradab.

Mata Resta membulat menatap takjub menyusuri tiang-tiang itu sampai bagian atas. Tiangnya saja sudah membuatnya takjub, bagaimana dengan koleksi buku-buku di dalamnya!

Gaya perpustakaan klasik, benar-benar imipiannya!

Jika tak banyak orang di sini Resta pasti akan merentangkan kedua tangannya sembari berputar ke sana kemari. Hatinya seolah meluap-meluap melihat banyak sekali buku yang tertata rapi di rak-rak besar yang tingginya mungkin dua kali tinggi badannya.

Resta ingin sekali menjelajahi seluruh isi perpustakaan, menemukan buku-buku unik, tempat membaca yang nyaman, dan ruang rahasia yang mungkin saja terdapat di lantai bawah tanah! Ia sungguh tak menyesal merenggek pada ayahnya agar diijinkan bersekolah di sini!

Mata bernetra cokelat itu bergulir ke sebuah jam besar yang terdapat di dinding sebelah tangga. Jam istirahat akan berakhir 25 menit lagi. Resta harus cepat, menjelajahi satu lantai saja tak akan cukup memakan waktu 30 menit.

"Kak, saya mau tanya rak buku pelajaran di lantai berapa ya? Saya mau cari buku biologi."

Petugas perpustakaan yang tengah menata lembar-lembar kertas mendonggak untuk melihat siapa yang mengajaknya berbicara, ia memperhatikan bet kelas di lengan kiri Resta. Tampak berpikir sebelum akhirnya menjawab dengan ragu, "kamu mau cari buku tentang jamur ya?"

"Iya! Kok kakak bisa tahu?" tanya Resta dengan mata berbinar. Pasti tak akan sulit untuknya menemukan buku yang berisi hampir semua klasifikasi jamur itu. Kali ini nilainya pasti sempurna lagi!

"Soalnya emang kelas sepuluh hampir semuanya nyari buku itu. Daftarnya setebal ini." perempuan yang Resta tebak berumur 25 tahunan itu tersenyum lebar menampilkan deretan giginya, kedua tangannya mengangkat lembaran kertas setebal enam sentimeter.

Resta menganga tak percaya, pupus sudah harapannya. "Tapi masih ada, 'kan, bukunya?"

"Mungkin," balas petugas perpustakaan yang kembali sibuk pada lembaran kertas di tangannya. "Kamu coba ke lantai tiga saja, rak biologi di sebelah jendela besar. Setidaknya masih tersisa sekitar lima ... buku." ia menggelengkan kepalanya ketika melihat Resta langsung berlari ke arah lift sembari berterima kasih.

"Kak," seorang murid laki-laki berpakaian rapi memanggil, ia berdiri di depan keempat temannya yang masing-masing membawa buku tebal berwarna hijau. "Saya ketua kelas sepuluh mipa tiga, kelas saya mau pinjam buku saku jamur empat."

"Anak Pak Kenand juga kelas sepuluh, yang dapet bukunya pasti ... yah, siapa yang tahu." gumam penjaga perpustakaan sebelum memberikan formulir pada kelima murid di depannya.

***

Rasanya Resta ingin menerjang seluruh rintangan yang ada di depannya, ia tak akan membiarkan siapapun meminjam buku itu kecuali dirinya. Buku jamur itu harus ia dapatkan hari ini agar dapat menulis laporannya nanti malam. Jika tidak begitu, jadwal tugas yang telah ia susun akan berantakan karena tidak sesuai urutan deadline.

Pergi ke perpustakaan kota juga tidak akan membantu karena ia harus berangkat les sepulang sekolah sampai jam 8. Resta tak bisa mengandalkan anggota kelompoknya yang sebagian besar laki-laki dan murid perempuan dengan ambisi tak sebesar dirinya. Hahh ... biologi itu sangat penting bila ia mengambil jurusan kedokteran.

Begitu lift dibuka, Resta berlari menuju jendela besar di lantai tiga yang langsung mengarah ke taman utama tanpa memedulikan tatapan aneh dari murid-murid lain yang naik lift bersamanya. Ia hanya perlu menuju jendela lalu mencari rak bertuliskan buku biologi. Melihat keadaaan di lantai tiga yang tidak begitu ramai, Resta mengembangkan senyum. Saingannya untuk mendapatkan buku jamur tak sebanyak yang ia pikirkan.

"TI-TIDAK JANGAN AMBIL ITUUU!!!!" Resta berteriak sembari berlari menuju seorang murid laki-laki yang tengah mengambil buku tebal berwarna hijau di rak urutan dua dari atas. Ah, ia tak dapat menghentikan tubuhnya sendiri.

Sial, tidak! Resta tak boleh menabrak laki-laki itu!!!

BRUGG!!

Badan Resta rasanya sakit sekali, seperti menabrak batu setinggi dua meter! Gadis itu membuka matanya, adegan klasik yang beberapa kali ia tonton dalam drama romansa kini terjadi di hidupnya.

Resta menindih tubuh murid laki-laki itu, kedua tangannya menyentuh lantai. Tidak, tubuhnya ... dadanya dan dada murid laki-laki itu. Wajah Resta kini semerah tomat, dengan sekuat tenaga ia berusaha berdiri. Ini sangat memalukan! Ia bahkan tak berani menatap murid laki-laki itu. Ia harus menutupi wajahnya agar tidak dikenali!

Usaha Resta untuk berdiri sia-sia, laki-laki di bawahnya menarik pinggangnya dengan wajah marah. Tubuhnya yang tak setara dengan kekuatan laki-laki itu kembali terjatuh dengan posisi yang sama.

"Bisa lo jelasin kenapa ini bisa terjadi?" suara rendah yang bagaikan suara malaikat dari neraka masuk ke dalam indra pendengaran Resta yang menutup matanya rapat-rapat. Gadis itu menggeleng cepat sembari berusaha meloloskan diri. Namun laki-laki itu semakin kuat memeluk pinggangnya, merapatkan tubuh mereka.

"Buka mata ... atau lo bakal dapet konsekuensinya."

Bertepatan dengan selesainya ucapan laki-laki itu, bel masuk berbunyi. Suasana perpustakaan menjadi ramai namun hening setelahnya. Murid-murid berhamburan keluar untuk memasuki kelas.

Tu-tunggu bukannya jam istirahat akan berakhir 20 menit-an lagi???!!! KENAPA BEL-NYA SUDAH BERBUNYI??!

"A-aku minta maaf, bisa kamu lepasin tangan kamu sekarang?" Resta masih menundukkan wajahnya, berharap murid laki-laki ini tidak akan mengenali dirinya nanti. Ia berusaha menjauhkan tangan laki-laki itu yang masih berada di pinggangnya, namun lagi-lagi tak membuahkan hasil.

"Kalo ngomong lihat orangnya. Atau lo pengen kaya gini terus?"

Resta tak menuruti perkataan murid laki-laki itu, ia masih berusaha melepaskan tangan itu dari tubuhnya. Namun tiba-tiba laki-laki itu melepaskan tangannya membuat Resta bergegas berdiri sebelum wajahnya didonggakan secara paksa untuk menatap murid laki-laki di bawahnya.

"Masih berani gak dengerin gue?"

__

A JournalXi projects 2019

With Xe'

Rovsifer

- Distrovsie -

Dinosaur 🦕🌼

Thanks for u support 💓

Althar : The RubicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang