Chapter III

28.1K 1.2K 45
                                    

Selamat Membaca!

__

Althar: The Rubic

Chapter III

Suasana kota di sore hari sangat menyenangkan. Resta mengakui bahwa ia suka berkeliling kota dan melihat gedung-gedung besar seperti ini. Namun rasa senangnya sore ini tiada artinya, entah ke mana ia akan dibawa.

Resta baru tahu bahwa Althar adalah titisan pembalap dan seorang pengendara terlampau nekat yang membuat jatungnya hampir berpindah tempat. Tak henti bibirnya meminta pengampunan kepada Tuhan bila saja hari ini merupakan hari terakhirnya melihat langit sebiru ini. Ia mengeratkan genggamannya pada seragam Althar, masa bodoh akan kusut atau sobek sekalipun.

Laki-laki itu tidak sadar saja seberapa besar dan tingginya motor yang mereka kendarai. Jika Resta berubah menjadi laki-laki, ia tak akan pernah membeli motor yang membuat pengendaranya encok seperti ini. Tidak ada tempat penyimpanan barang, berat, dan repot.

Laju motor yang mulai memelan membuat Resta memperhatikan sekitar. Berbelok menuju sebuah pemukiman warga setelah bertolak dari jalan utama. Besar jalan yang mereka lalui kini sangat kontras dengan jalan raya yang berada di depan sekolah- jalanan kecil dan naik turun berkat kondisi tanah yang tidak rata. Beruntung seluruhnya teraspal mulus tidak berlubang.

Rumah-rumah warga tampak berjejer langsung bersekat tembok rumah tanpa halaman. Pondasi rumah yang dibangun dijalan menanjak membuat Resta kagum bagaimana mereka membuatnya- juga mengingatkannya pada desa neneknya yang terletak di pegunungan. Dulu setiap libur panjang ia pasti membawa sepeda kesayanganya untuk berseluncur di jalan menurun bersama teman-teman barunya.

Althar menghentikan motornya di depan sebuah rumah yang terlihat cukup tua dengan model jaman dulu yang terbuat dari kayu dan bata tebal. Pot-pot tumbuhan memenuhi teras yang cukup sempit, buku-buku tertumpuk disisi pintu, dan dari jendela terbuka berteralis besi Resta dapat melihat seberapa banyak tumpukan buku di dalam rumah itu.

Sebuah papan kayu besar di atas pintu membuat Resta memusatkan perhatiannya. 'Daun Buku' tertulis dengan bersambung di sana. Ia berbalik memperhatikan Althar yang tengah memarkirkan motornya di bawah pohon. Kotanya terlihat jelas dari atas sini- pemandangan indah dengan langit jingga. Lalu langit biru berawan di sebelah timur.

Resta mendongak menatap Althar yang mendekat ke arahnya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya melepas kait helm di bawah dagu gadis itu dan menyimpannya di atas spion.

Tanpa berkata apa-apa Althar berjalan meninggalkan Resta yang masih terdiam di tempat, sebelum berlari mengejar Althar yang sudah masuk terlebih dahulu.

***

"Duduk." kata Althar yang sudah duduk manis di sebuah sofa panjang dengan meja di depannya. Tasnya diletakkan di sebelah tembok, laptop berukuran 14 inci dan beberapa buku tertata rapi di meja.

Resta mengedarkan pandangannya sekali lagi, tak henti-hentinya berdecak kagum. Tempat ini adalah bentuk nyata dari imajinasi masa kecilnya. Sebuah rumah tua, buku, tumbuhan, dan sinar matahari. Jika peri memang ada di dunia nyata, apakah peri kecil juga akan tinggal di sini?

"Lo bawa bukunya, 'kan?"

"Iya, bawa kok." ucap Resta begitu mendudukkan dirinya di sebelah Althar. Memindahkan tasnya ke pangkuan dan menggeledahnya. Ia memberikan buku tebal berwarna hijau kepada Althar.

Begitu menerimanya, Althar membuka buku itu. Membaca singkat setiap halaman sebelum menulis catatan di note yang ditinggalkan di beberapa halaman buku. Laki-laki itu menggeser laptopnya ke hadapan Resta dan memberikan buku hijau itu juga. Tindakan yang sangat cepat membuat Resta menatap Althar dengan kerutan di kening.

Althar : The RubicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang